Dunia seorang Jingga, kini berpayung nestapa dirundungi penuh malang. serasa badai tsunami telah memporak-porandakkan hidupnya. semua kebahagiaan yang ia miliki hanyut dibawa gelombang angkara tak menyisakan sedikitpun. sepasang matanya menjadi saksi kala kedua orangtua tercinta merenggang nyawa saat mobil yang mereka tunggangi terguling karena sebuah mobil diseberang sengaja menabrakkan diri kearah mobilnya. Dan kini sang kakak, terbaring koma di Rumah Sakit. Beruntung, gadis itu terselamatkan. hanya tak sadarkan diri sebentar, dan bangun dengan mendapatkan luka kecil, dan kenyataan pahit atas perginya kedua orangtua yang harus ia terima.
Gadis itu hanya termenung, dengan isakan pilu, hanya tangan gagah sahabatnya, Jeon Jungkook yang setia mendampingi pribadi mengenaskan itu.
Mencerna ketiaadaan orangtua membuat hatinya mencelos sakit, rasa bersalahpun meraung dalam dirinya. Keinginan mengakhiri hidupnya memenuhi otak, jika saja ia tak memikirkan nasib sang Kakak kelak. Ingin sekali ia menemani ayah dan ibunya ke alam riba. Demi apapun, Jingga lebih rela jika dirinyalah yang mati, daripada harus memaklumi takdir yang tiba-tiba menghampiri hidupnya.
.
.Tak ada gelak tawa, uraian nasihat penuh kasih sayang lagi. Semua sosok-sosok terkasih dalam hidupnya tak bisa ia lihat kembali, tak ada pria gagah penuh wibawa dalam sosok sang Ayah yang selalu menuruti kemauan Jingga dan selalu membela gadis itu saat ia terlibat masalah, atau apapun kecerobohan yang dilakukan gadis itu.
Tak ada pula, belai kasih dari tapak hangat sang Ibunda, yang selalu mengusap air mata kesedihan saat gadis itu merasa sepi. Tak ada tatap penuh cinta dari sirat bening penuh ketulusan dari wanita yang melahirkannya itu.
Tak akan Jingga lihat sosok yang akan selalu mengisi piringnya di meja dengan masakan-masakan enak, tak ada lagi petuah sang ayah yang sarat akan perhatian dan kasih sayang, tak ada lagi, sungguh kasihan sekali nasib gadis malang itu.
Jingga ditinggal sendirian, menjadi yatim piatu menjelang hari pernikahannya, bukankah itu hal yang paling mengenaskan?
.
.Jingga menatap penuh sendu pusaran makam orangtuanya, gundukan tanah itu terbaring orangtua tercinta yang tentu saja masih tak bisa ia terima kepergiannya.
Maniknya sembap tak berhenti meneteskan buliran kristal bening, pun tak berhenti menyalahkan dirinya sendiri.
Andai saja, ia tak memaksa melakukan perjalanan, tentu tak akan pernah terjadi kecelakaan itu.
Andai saja, ia tak egois dan mau mendengarkan, pasti orangtua dan sang kakak masih bisa ia lihat sepuas hati.
Andai saja, andai saja.
***
Buliran air langit membasahi pemakaman orangtuanya seolah turut berduka atas perginya pribadi-pribadi itu kembali ke sang pencipta. keluarga, kerabat dekat, dan beberapa kolega menghadiri pemakaman Tuan dan Nyonya Kim. Termasuk keluarga Jeon Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
FantasyPernahkah kau mengalami Dejavu yang berulang kali? Pernahkah juga kau jatuh cinta pada wajah yang hanya kau temui dalam dunia mimpimu saja?