chapter 10

164 13 0
                                    

                   •°•Author POV•°•

Gadis cantik nan malas itu beringsut dari peraduan ranjang. Mencari posisi ternyaman dengan mendalamkan tubuh malasnya. Sesekali sepasang maniknya mengerjap karena terusik kehangatan mentari yang menyembul paksa dari balik tirai yang telah terlampir dengan sengaja. jemari lentiknya semakin merangkul erat guling empuk disamping tubuh bertungkai indah, dengan semakin menenggelamkan wajah bersemu merah miliknya kebantal yang menjadi sandaran kepala. Bagi si jelita nan malas, ini masih terlalu pagi untuk menyapa ramah sang mentari. Jadi dia semakin menikmati acara tidur nyenyaknya kendati cahaya matahari telah menyembul dan dengan sengaja menembus lapisan epidermisnya.

Namun kesadarannya bergumul saat mendengar hentakan langkah seseorang diubin mengkilat, pun terdengar geretan bunyi pintu yang dengan sengaja dibuka perlahan oleh si empunya.

Jingga mengerjapkan netranya berkali-kali memastikan dimana dirinya berada. Mungkin di rumah Kalali, temannya.

Wanita bermata coklat itu memaksa beranjak untuk menenggerkan tubuhnya ditepi ranjang, lantas kesadarannya berada dalam level penuh saat melihat tubuh mulusnya hanya dibalut dengan kaos putih longgar tipis membalut tubuh Jingga seadanya.

Si manis berbibir ranum bak Cherry yang tengah merekah itu mengedarkan pandangan menjelajahi ruangan yang sangat kental dengan kemaskulinan seorang pria. Dengan dinding yang sengaja di cat abu-abu, serta ornamen-ornamen yang khas dengan kamar kaum Adam semisal gitar, jaket kulit, topi baseball dan oh hey, ada teropong. Wanita itu tak sabar mengintip dibalik lubang teropong untuk melihat benda-benda langit namun sayang  ini masih terlalu pagi.

"Kau sudang sadar rupanya"

Manik Jingga melebar dengan jemari memeluk tubuhnya sendiri seolah malu hati saat si pemilik suara itu menanyai. Lelaki pongah berwajah tampan, si Tuan Kim tengah berdiri beberapa langkah darinya, membuka almari pakaian dengan tubuh yang hanya dibalut dengan handuk yang terlihat kekecilan untuk ukuran tubuhnya. Dengan semburat otot yang menyembul paksa di lengan kekar si Kim dan dada bidang yang terbentuk sempurna yang mungkin didapatkan dari olahraga yang dirutininya. Pasti nyaman sekali berada dalam peraduan pelukan pemuda itu__Mungkin fikiran Jingga sedang berkeliaran sefrontal itu.

Namun otaknya masih merapal pertanyaan dalam pangkal otaknya,
Bagaimana Jingga bisa berada di kamar pemuda itu?

Apa si Kim ini yang mengganti pakaiannya?

Apa yang dilakukan pemuda itu saat Jingga sedang terlelap tidur?

Ya Tuhan bahkan Jingga terlalu gusar untuk mengingat kembali kejadian semalam.

Saat dirinya mengotori kemeja milik si Tuan Kim akibat muntahannya.

Saat gadis itu malah semakin memeluk erat si Kim dengan meronta-ronta ingin disambut sang tampan.

Saat Jeon menjemputnya pulang, namun dia lebih memilih ikut pulang dengan si Kim yang dia kira Vantenya.

Oh tidak!
Jingga mengacak kacau surainya saat ingatan itu menari-nari melintasi isi kepalanya. Gila, dia sudah benar-benar gila. bahkan rasanya dia ingin mati saja saat semalam menyerahkan dirinya dengan suka rela kepada si pemuda aneh itu.

"Aku dimana?"

Tanya Jingga dengan manik yang masih menelisik ke sela tubuh yang hanya dibalut kaos longgar yang kini mengekspos tungkai indahnya. Gadis itu menyelimuti tubuh dengan kain seadanya yang diraih dari ranjang itu.

"Kau ditempatku, tenang saja temanmu itu yang mengganti baju kotormu"

Jawaban pemuda tampan itu ketus, seolah telah benar menebak isi otak gadis yang tengah menerka saat memandangi tubuh setengah telanjangnya.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang