"sayang, aku ingin menunjukkan sesuatu. Bangunlah"
Taehyung mengelusi pipiku yang masih gemulai di sofa. Ranjang nyaman itu kosong tak berpenghuni. Kami memilih menghabiskan semalam suntuk di sofa empuk ini.
Pemuda itu terlihat masih sedikit berantakan, rambut anakan yang sedikit acak-acakan, kemeja putih yang lusuh, belum lagi raut wajahnya kusut yang masih nampak terserang kantuk.
Aku menatap keluar dari jendela bening, langit Lazuardi masih gelap gulita. namun entah kenapa pemuda ini malah mengganggu tidurku.
Entah apa pula yang ingin dia tunjukkan padaku.Aku bangkit dan mencepol asal rambut yang berantakan, menitah tubuh mengekori pemuda yang sudah berjalan keluar. Kemudian dia duduk dipinggiran pegangan besi, dan ikut menatap ke arah langit yang masih gulita.
"kau mau menunjukkan apa Tae?"
Mataku masih sangat berat, jujur saja aku tak pernah bangun sesubuh ini. Namun pemuda bermarga Kim itu membuat aku terpaksa melawan angin sedingin kutub Utara.
"Sebentar lagi kau akan melihatnya"
Katanya, lalu meraih jemariku menitah duduk disampingnya.
Manikku ikut menyusuri apa yang Taehyung saksikan saat ini. Bentangan luas yang gelap, berada di Kapal Pesiar di tengah riuhan ombak sungguh aku tak pernah membayangkannya sekalipun.
"Lihatlah itu"
Taehyung menelunjuk cahaya jingga yang masih remang, tengah mengintip malu menggantikan atensi sang rembulan. Mentari itu terbit dari ufuk sana, membuat bumi menghangat sedikit demi sedikit terpapar cahayanya.
Aku tak pernah tahu sebelumnya, jika matahari terbit akan terlihat secantik ini terlebih dengan keberadaan Taehyung disampingku. Roman bahagia menyelipi raut wajah sedikit lusuhnya ~namun percayalah Taehyung masih sangat terlihat tampan~ seakan membuat aku tersenyum adalah kewajiban pemuda manis ini.
Sang mentari lambat laun naik kepermukaan, menerangi temaram menjadi cahaya.
"Ya Tuhan, ini sangat cantik sekali Tae"
Ucapku masih memandangi sang mentari dengan rekahan senyuman. Taehyung membalasi dengan kecupan kecil dipipiku saat manik kami saling menatap.
"Kau lebih cantik dari sang mentari itu, matamu bahkan lebih bersinar dari cahaya sang purnama"
Kecupnya manis di pipiku, lantas setelahnya jemarinya mengelusi pipi yang sudah memerah ini.
"Benarkah aku secantik itu Taehyung?"
"Kau lebih cantik dari segala-galanya sayang"
"Jingga"
Panggilnya, dengan tapak halusnya menangkup pipiku mempersempit jarak kami berdua. Membiarkan aku merasakan raupan serakah nafas hangatnya, binaran maniknya menatapi milikku begitu dalam.
"Jingga, menikahlah denganku"
Apa, apa yang dikatakannya tadi?
Apa dia baru saja melamarku, dipagi sebuta dan sedingin ini?
Di kapal pesiar, di tengah lautan?
Ya Tuhan, apakah gadis sepertiku berhak bahagia sebanyak ini?
"T-tae, bukankah ini terlalu cepat. Aku bahkan belum melakukan sesuatu yang selama ini aku inginkan. Maksudku kita kan baru saja menjalaninya. Aku takut.."
"Ssssttttttt"
Taehyung memotong kalimatku dengan telunjuk jemari bertengger di bibir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
FantasyPernahkah kau mengalami Dejavu yang berulang kali? Pernahkah juga kau jatuh cinta pada wajah yang hanya kau temui dalam dunia mimpimu saja?