***Kupandangi cermin, menatap diri dari ujung kepala sampai ujung kaki. memastikan bahwa ini adalah penampilan terbaikku. Aku sungguh ingin terlihat cantik malam ini, dan Jeon adalah alasan wajahku memakai riasan sedikit tebal.
Aku bukan tipe wanita yang akan memakai riasan tebal untuk menutupi wajah asliku. Wajahku sudah cantik dari lahir, itu kata ibuku.Aku memakai gaun pendek berwarna merah tanpa lengan, namun aku memberi kesan sopan dengan memakai denim jacket dan memakai sepatu kets putih favoriteku. Aku tak ingin mempunyai kesan berlebihan. karena Jeon hanya akan mengajakku kerestoran yang terkenal dengan steak nya.
Setelah yakin dengan penampilanku, aku menuju ruang tamu dimana Jeon telah menunggu dari tadi. Keluargaku tentu mengenal dia. Ayah Jeon adalah sahabat akrab ayahku, jadi tentu saja dia sudah tak asing lagi dengan suasana rumah ini.
Kulihat Seokjin sedang menemani Jeon duduk di ruang tengah. apalagi yang dilakukan oleh seorang lelaki jika bukan bermain game bersama. Mereka saling memegang handphone tak mau lepas masing-masing ditangannya, dengan mulut yang tak berhenti menyebutkan istilah-istilah aneh. seperti apa itu ?, AFK (away from keyboard) GG (good gamer), MID (middle), yang sungguh sama sekali tak kupahami. Sedang orang tuaku sedang bersantai di mini bar dekat dapurku.
"Ayo Jeon mau jalan sekarang ?"
Titahku ingin segera pergi, aku sudah menahan lapar dari tadi siang agar tubuhku tak terlihat lebih berisi. Aku ingin sesempurna mungkin dihadapan Jeon.
Bukan, kami sama sekali tidak berpacaran. Maksudku, selain menjadi sekretarisku, bagiku Jeon itu adalah teman istimewa karena mengerti aku dengan sifat anehku. dan tentu saja sifat sedikit abstrak keluargaku. Mungkin sifatku ini diturunkankan langsung dari nenek moyangku, entahlah.Dan sebenarnya Jeon adalah cinta pertamaku, itu dulu. namun sungguh kami tak mempunyai hubungan seistimewa itu. Aku tahu dia hanya menganggapku sebagai teman, atau apalah.
Kami pergi dengan mobil lamborgini hitam Jeon. Sebenarnya ayah Jeon mempunyai perusahaannya sendiri. Yah, walaupun kemajuannya tak sepesat perusahaan kami. namun entah kenapa Jeon lebih memilih mendedikasikan dirinya menjadi bawahanku, ketimbang mengelola perusahaannya sendiri. Dia berdalih ingin mandiri tanpa bantuan orang tuanya. Itu yang membuatku kagum dengan sosok Jeon.
Sampailah kami ditempat yang dituju. Restoran itu terletak di atap gedung tertinggi di kawasan Gangnam. Sungguh pemandangan yang luar biasa, pantas saja banyak pengunjung datang meskipun harga makanannya merogoh kocek dalam. Aku bisa melihat seluruh pemandangan kota Seoul dari atas sini. Dengan dihiasi warna warni lampu yang semakin mendukung kecantikan kota ini.
Jeon mendorong kursi untuk kududuki. Dia membuka Jacketnya untuk disampirkannya dikursi yang dia duduki. Seperti biasanya dia memakai kemeja hitam, dengan dipadankan celana jeans yang masih membuat penampilannya terlihat agak santai.
"Aku sudah memesankan beefsteak classic seperti yang biasa kau pesan, dan cocktail"
Jeon membuka percakapan denganku yang masih saja takjub dengan view yang kulihat saat ini. Langit malam ini yang penuh bintang, semakin mendukung suasana romantis diantara kami. Rasanya hatiku bahagia sekali.
"Oh ya Jeon ini ada sesuatu untukmu, semoga kamu menyukainya, dan selamat ulang tahun sekali lagi"
Tuturku, dengan mengambil kotak kecil hitam, mengeluarkan jam tangan yang mendadak kubeli tadi sore saat perjalanan pulang.
"Sungguh aku menyukainya, kamu paham sekali seleraku. hmm, bolehkah kau memasangkannya ditanganku juga ?"
Tanyanya, sedang Jeon membuka jam tangan lamanya sebelum aku memberikan, lalu menyodorkan lengannya didepanku untuk kupasangkan jam yang kuberi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
FantasyPernahkah kau mengalami Dejavu yang berulang kali? Pernahkah juga kau jatuh cinta pada wajah yang hanya kau temui dalam dunia mimpimu saja?