chapter 28

87 6 1
                                    

Tubuh Jingga pasrah pada bangun ranjang rumah sakit setelah Kalali menemukan dirinya tak sadarkan diri di Apartemen milik Taehyung kemarin. Jingga begitu ringkih sejak kenyataan yang baru ia ketahui terkuak ke permukaan. Setiap kali terngiang segala yang ia lakukan pada Taehyung, hatinya begitu mencelos perih. Air matanya telah tumpah-ruah dan jangan tanyakan seberapa penyesalan yang telah menggunung itu menggerogoti setiap sadarnya.

Wanita berkulit pualam itu sungguh tak mempunyai tenaga lagi. Sorot mata secantik bintang Sirius itu menggantung ke awang-awang__kosong. Tubuh yang tengah membawa malaikat kecil Taehyung itu tumbang, tak mempunyai sisa tenaga barang sedikit. Hidupnya telah hancur, dan entah pribadi yang membuat dirinya begitu miris seperti ini pergi kemana. Taehyung benar-benar meninggalkan dirinya dan anak yang dikandungnya.

"Kau sudah bangun Jingga?"

Kalali mengusap teduh surai panjang Jingga yang baru membuka sepasang jelaga, tubuh ringkihnya masih tak bergeming memasrahkan diri di bangun ranjang dengan mengenakan daster rumah sakit berwarna merah muda.

Seokjin turut berada disamping sang adik, sirat matanya pedih menyaksikan betapa runtutan pilu itu enggan beranjak pergi dari hidup si adik kesayangan. Datang silih berganti, sedang dirinya hanya bisa pasrah tak mampu bergerak di kursi roda. Namun percayalah, jiwa raganya turut hancur bersamaan nelangsanya kisah hidup Jingga.

Pria yang bersurai sedikit memanjang dan dengan sedikit anakan janggut yang mulai tumbuh subur disekitar dagunya tersebut masih tak menampilkan kesehatan yang membaik. Namun setidaknya hanya tubuhnya yang mati, tidak dengan jiwa dan kasih sayangnya pada sang adik.

.
.

Jingga sudah seperti manusia linglung yang tak tahu dirinya siapa. Sorot matanya kosong, paras jelitanya layu, dan setiap kali wajah Taehyung terlintas hanya tangisan pilu yang kembali merembes bersamaan sesak yang Jingga rasai. Ia terus termenung dan mata coklatnya begitu menyiratkan kesakitan yang tak bertepi.

"Tenangkan dirimu Ji, fikirkan bayi diperutmu ini. Aku dan Oppamu akan selalu ada disampingmu"

Tangan teduh Kalali mengusap perut gembil wanita itu, bersamaan menyodorkan sesendok bubur untuk mengisi tenaga Jingga yang ogah menyentuh makanan sejak kemarin. Jangankan membuka bibir pasinya, bahkan bernafas saja ia begitu enggan. Astaga, nyawa Jingga seperti sengaja telah meninggalkan raga.

Gadis Kalali tentu saja memaklumi, merasakan seberapa hancur hati Jingga sampai batas pribadi itu terbujur lemah dirumah sakit ini, terpaksa menopang segala kenyataan yang harus ia terima.

"Kumohon Ji, lihatlah Oppamu, dia sedih melihatmu seperti ini, makanlah satu sendok saja"

Bersamaan sudut mata Kalali menatap pemuda di bangun kursi roda tersebut. Mata sayu Seokjin turut merembeskan cairan bening hangat yang turut menimbun semua sayatan luka dan lebih menyakitkan lagi ia tak mampu melakukan apa-apa untuk sang adik. Merasa gagal menjadi penopang kokoh untuk semua kesakitan yang dialami si gadis kesayangannya.

"Baiklah, beristirahatlah. Aku akan membawa oppamu kembali ke kamarnya."

Kalali mengusap punggung tangan sahabat tercintanya, menenggelamkan tubuh lemah Jingga dalam selimut dengan rapi sebelum meninggalkan pribadi tersebut.

Kalali mengusap punggung tangan sahabat tercintanya, menenggelamkan tubuh lemah Jingga dalam selimut dengan rapi sebelum meninggalkan pribadi tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang