chapter 21

111 8 4
                                    

Mentari memancar aura semerbak bunga  plum yang merekah di musim semi, menghantar desir bersamaan hembusan restu Dewi cinta menaungi roman bahagia dua sejoli Kim. Setelah memutuskan akan mantap ke jenjang pernikahan, Jingga dan Taehyung mulai berjibaku mengurusi segala hal yang dibutuhkan, dari pembookingan tempat pemberkatan pernikahan, gedung acara resepsi, penyebaran undangan pernikahan, dan hal-hal lain yang dibutuhkan.

Percayalah, Taehyung yang paling antusias diantara manusia yang berjubal mengurusi pernikahannya, tentu saja. Sampai hatinya begitu tak kuasa ingin segera melihat betapa cantiknya sang kekasih yang berjalan menuju altar pernikahan. Sungguh, demi RM BTS yang mendadak menggunduli rambutnya, pemuda itu sudah mengancang-ancang akan melakukan bulan madu ke beberapa negara guna melancarkan aksi__menanamkan benih-benih menggemaskan di rahim Jingga, dan nama apa saja yang akan ia sematkan untuk Kim Juniornya kelak. Ya Tuhan, boleh tidak sih Taehyung memesan bayi mungilnya sekarang kepada Tuhan, bahkan memikirkan bagaimana menyenangkan hidupnya kelak saja, dirinya tak sabaran.

Dua sejoli itu semakin tenggelam dalam segala hal tentang mahligai pernikahan, bahkan Taehyung tak segan meminta sedikit wejangan dari pasangan yang lebih lama mengarungi biduk rumah tangga. Meskipun terkadang mereka saling bertengkar kecil menentukan pilihan seperti tema dekorasi nanti, makanan-makanan apa saja yang akan dihidangkan, dan masih banyak masalah klise yang menguji hubungan. Setelahnya mereka berbaikan kembali, layaknya pasangan lain menghadapi dilema menjelang hari bahagia.

Jingga meraup nafas lega setelah memastikan segala urusannya telah rampung, maka menyandarkan diri di kursi kayu dengan menyesap secangkir teh beraroma mint dan tenggelam dalam buku tebal bertema pernikahan, bukanlah keputusan yang buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga meraup nafas lega setelah memastikan segala urusannya telah rampung, maka menyandarkan diri di kursi kayu dengan menyesap secangkir teh beraroma mint dan tenggelam dalam buku tebal bertema pernikahan, bukanlah keputusan yang buruk. Menunggui sang kekasih didalam sana tengah menyambangi gedung pencakar langit milik koleganya mengadakan rapat agar mereka bisa lepas meninggalkan sesaat tanggung jawab untuk acara bulan madu bersama ke negeri romantis selepas pengikraran janji suci di depan pendeta.

.
.

"Kau sudah siap sayang?"

Taehyung mencium area favoritenya pada paras paripurna Jingga__apalagi sudah tentu birai merekah sesegar buah persik yang amat lihai jika berurusan dengan ciuman. Lantas mengelus surai jelitanya, menuntun menuju mobil miliknya untuk bertandang ke suatu tempat lagi seperti yang mereka telah sepakati.

"Kau lama sekali Tae, aku hampir mati kebosanan"

Jingga menyandarkan kepala disekat jendela mobil Taehyung, menatap lamat air hujan yang tak terprediksi mengguyur kota besar yang sarat akan kemajuan tersebut.

"Apa kau begitu merindukanku, sampai-sampai tak bisa menahan barang satu jam saja"

Taehyung yang tengah mengacu kemudi, membawa tangan satunya mengelusi pipi merah gadisnya, sesekali menatap paras ayu Jingga yang mulai sayup terserang kantuk.

"Memangnya aku tidak boleh merindukanmu, karena sebentar lagi aku akan menjadi istrimu, begitu?

Jingga menatap sayup pada sosok pria yang tengah menarik tuas gigi, mencibik kesal yang dibalasi cubitan gemas dipipi oleh si empu hati.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang