chapter 8 - Blue Eyes

198 13 5
                                    

"Jinggaaaaaaaaaaaa"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jinggaaaaaaaaaaaa"

Lengkingan suara di pagi buta yang tak asing di Indra pendengaranku, telah memecah  kesadaran yang memaksa untuk menyadarkan diri.

"Jingga, bangun. Kita kesiangan. Ada rapat penting, klien kita akan datang dari Amerika. Cepat bangun"

Aku terperanjat kaget dengan kalimat beruntun Jin. Kukerjapkan netra ini berkali-kali, Mendapati diriku tidur pulas dikamar Jin. Benar, semalam aku menghilangkan kebosanan dengan sedikit berbagi beban dengan kakakku itu. Namun tak dinyana, aku bisa nyenyak juga tidur disamping si bodoh. Ah, wajah itu ternyata hanyalah mimpi. Sial, lagi-lagi itu hanya bunga tidur saja.

Ada rasa ketidakrelaan bahwa itu hanya sekedar mimpi. Rasanya begitu nyata sampai-sampai aku bisa merasakan harum tubuhnya sesegar embun pagi.
Ya Tuhan, sadarkan aku.

Jin dengan buru-buru bersiap membersihkan diri. Sedang aku masih sedikit mengantuk dan ingin rasanya melanjutkan pertemuanku kembali dengan Vante.

"Jingga, cepat kita ada Meeting dengan klien kita dari luar negeri"

Titah Jin yang sekarang tengah berada dikamar mandi, dengan segera membasahi tubuhnya dengan air hangat. Menyegerakan ritual mandinya agar tak terlambat.

Aku berjalan gontai tanpa semangat ke kamar kesayanganku. Andai saja Jin tak mengganggu tidurku, pasti aku akan bersafari dialam mimpi dengan sempurna bersama Vante.

Kutatap ranjang nyamanku, yang seolah sedang melambai agar aku kembali merebahkan nyaman diriku. Yah, tak apa kan memejamkan mata barang lima menit saja. Toh, keberadaanku di pertemuan itu tak terlalu bermanfaat juga. Aku bisa meminta tolong Jeon untuk menggantikanku di Meeting itu.

Rasanya nyaman sekali, setidaknya semalam aku bisa mengurangi rasa rinduku dengan melihat wajahnya. Meskipun hanya sebentar. Ini semua karena Jin yang buru-buru membangunkanku. ah, menyebalkan.

Perasaan aku baru sebentar mulai memejamkan mata, namun tangan seseorang seperti tengah menyeret kakiku untuk segera bangkit dari peraduan mimpi.

"Hei, bodoh. Aku sudah bersiap dari tadi. Kamu malah asik tidur. Ini tamu penting kita, jadi kamu tak bisa alfa kali ini"

Titah Jin yang tak sabar menyeret tubuhku ke kamar mandi. Menyiram wajahku yang masih setengah tidur. Mencepol rambutku secara asal, sedang bibirnya tak berhenti mengumandangkan ultimatum jika saja dia terlambat. Ya Tuhan, memangnya aku ini anak kucing yang perlu dimandikan oleh tuannya.

"Kamu berangkat saja dulu bodoh, aku akan menyusul"

Pungkasku dengan mendorong tubuh Jin agar tak sewenang-wenang berlaku dengan diriku. Apakah dia kira, aku ini masih seorang gadis kecil dimatanya.

                  ***

Kami telah berada di ruang besar tempat biasanya perusahaan kami melakukan meeting atau pertemuan penting. dengan Jeon duduk disampingku sedang Jin berada di seberang meja besar. Dan beberapa karyawan penting kami. Kami masih menunggui seseorang yang di klaim~nya sebagai tamu penting.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang