Pendaran cakrawala mengiras segala hitam diatas dunia seorang Jingga. Gadis itu telah bersumpah diatas pusaran makam sang orangtua, akan meninggalkan segala cintanya untuk pemuda Taehyung. Mengubur mati begitu dalam relungan hatinya, semua rasa yang ia patri untuk seorang Taehyung kini ia lepaskan.
Percayalah, tak ada lagi Jingga, si gadis manja, gadis mudah menyerah, gadis cengeng, gadis yang bergantung kepada pribadi lain. Siapa sangka, gadis penuh pesona itu berubah dalam sekelebat masa?
Ia menjadi wanita tangguh, dan mengabaikan tragedi haru-biru sebagai pembelajaran. Yah, Karena satu-satunya alasan ia masih bernafas di udara ini hanyalah untuk membuat bangga orangtua yang telah kembali kepelukan yang maha kuasa. Demi apapun, Jingga tak akan membiarkan manusia lain mengacaukan dunianya lagi. Sudah cukup nasib buruk merenggut semua yang ia miliki sampai tak tersisa. Namun tidak untuk Jin. Sang kakak akan ia jaga sampai hembus nafas terakhirnya. Gadis itu sudah bersumpah, sungguh-sungguh akan menjadi wanita tangguh dan hebat, yang akan mampu melakukan apapun sendiri, tidak butuh bantuan dari siapapun, ah, apakah nasib baik masih berpihak kepadanya?
.
.Jingga menatap pantulan cermin, mengamati tubuhnya yang terlihat sedikit berisi. Ia ingat sekali, sentuhan hangat sang ibu, tatkala dulu ia bimbang mengenakan pakaian yang cocok untuk ia pakai, ibunya lah yang selalu mengatur apa yang harus gadis itu kenakan setiap harinya, sang ibunda memang mempunyai selera yang bagus. Ya Tuhan, Jingga sangat merindukannya.
Jingga sadar, selama ini satu-satunya pekerjaan yang ia lakukan dengan baik hanyalah bernafas, semua terima beres. Jin yang bertugas membangunkannya, yah, walaupun dibumbui sedikit adu gulat dan lengkingan horor dari bibir tebalnya. Sedang sang ibu, ah, jangan tanyakan, Jingga amat tergantung dengan wanita paruh baya itu. Dan jangan lupakan, ia mempunyai ayah terhebat di dunia, mereka begitu mencintai dan mencurahkan kasih teramat sayang pada gadis itu.
Jingga terisak tangis, kala membayangkan kehangatan kemarin. Begitu rindunya, ia amat rindu meski hampir dua bulan mereka berpulang ke alam riba.
Tapi ia harus kuat, ia sudah berjanji akan menjaga sang kakak, dan semua pekerjaan yang secara langsung menjadi tanggung jawabnya.
Dan ada satu alasan lagi, kenapa ia harus semakin kuat. Jujur saja, ia sendiri baru mengetahui kenyataan ini setelah kecelakaan kemarin, Dokter yang memeriksa keadaan Jingga justru mengabarkan kabar luar biasa.
Yah, Jingga hamil!
Oh, apakah ia berbahagia?
Tentu saja, dia senang mendengar kabar kehamilannya, meskipun sedikit menyesal dengan pribadi penanam benih di rahimnya.
Ah, ia jadi teringat saat ia berdebat dengan Taehyung tentang urusan beranak-pinak. Apa katanya? ia ingin punya lima orang anak, dan menyusut menjadi tiga saja? Ternyata sekarang jadi juga yah?
Sial!
Untuk apapula ia mulai memikirkan pemuda berhati iblis itu. Birai persiknya berdecih, tak sudi kala sekelebat sileut senyum bahagia Taehyung terbayang jika saja pemuda itu mendengar kabar ini secara langsung.Jingga ayolah, ingat. Kau sudah berjanji tidak akan sudi melihat wajah pemuda sialan itu bukan? Apapun itu kau harus memegang janjimu, jangan lemah!
Terlebih, ada mahluk kecil lain dibalik perut gembilnya, yang ingin segera melihat warna warni dunia. Ia mengusap lembut perutnya, tak menyangka ia tengah membawa benih yang mulai membentuk kecil dengan usia sekitar tiga bulan. jingga teramat bahagia lebih dari apapun, ia merasa sedikit terberkati dengan hadirnya mahluk kecil nanti yang akan mengusap air mata dengan tangan kecilnya, mengisi sepinya dengan segelintir pertanyaan remeh dari celoteh mahluk menggemaskannya nanti. Astaga, hanya meracau seperti ini saja, degup jantung Jingga bertalu keras serasa ingin cepat-cepat melihat wajah anaknya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
FanteziePernahkah kau mengalami Dejavu yang berulang kali? Pernahkah juga kau jatuh cinta pada wajah yang hanya kau temui dalam dunia mimpimu saja?