.
.
Aku menghirup dalam, aroma lavender yang semerbak mendominasi wewangian di ruangan besar ini. Mataku melirik malas ke berkas laporan yang telah tertumpuk rapi di sudut meja. Uh, Pasti hari ini akan sangat melelahkan.Sebenarnya aku ingin menyelesaikan membaca novel favoriteku yang berjudul Vante yang aku ceritakan itu, namun sepertinya aku harus memendam rasa penasaran ini karena aku harus fokus kepekerjaanku dulu.
Ditengah keseriusanku mempelajari berkas-berkas yang tertumpuk, pintu ruanganku diketuk sopan oleh seseorang.
" Iya masuk"
Ucapku mempersilahkan. Mendadak jantung ini berdebar hebat kembali, saat tubuh Jeon berjalan santai menuju tempatku.
Aku harus melakukan apa, aku malu sekali mengingat kejadian semalam. apa aku harus berpura-pura pingsan, atau mendadak hilang ingatan. Ya Tuhan bagaimana ini ?."Nona, saya sudah menghubungi pihak yang anda tunjuk untuk menjadi brand ambassador kita, dan mereka sudah menyetujuinya, hanya tinggal mengkonfirmasi ke media, dan peluncuran resmi product kita kemuka publik"
Ucap Jeon menjelaskan padaku, seirama dengan tangannya menunjuk tulisan yang dia coba jelaskan padaku. dia benar-benar bisa seahli itu memposisikan dirinya di waktu dan tempat yang benar. Sedangkan hatiku, jangan tanya. Debarannya semakin tak menentu merespon tubuh Jeon yang semakin mendekat ke kursi nyamanku. Kenapa rasanya panas sekali hari ini.
"Baiklah, aku sudah mengerti, jadi mana yang harus aku tanda tangani"
Ucapku dengan menetralkan pita suara agar tak terdengar gemetar di depan Jeon. namun sungguh aku tak kuasa menatap langsung wajah lelaki didepanku ini. Semakin aku menatapnya, semakin jelas aku mengingat ciuman itu. Rasanya gugup sekali. Sedangkan dia malah terlihat santai seolah tak terjadi apa-apa semalam. Atau memang Jeon menganggap ciuman itu hanya hal biasa baginya.
"Baiklah, saya pamit dulu"
Pungkasnya buru-buru melenggang pergi. Tanpa ada basa basi lagi. Sebenarnya apa yang terjadi padanya. Dia mendadak berubah. Tak semanis yang dilakukannya semalam. Padahal aku saja hampir gila mengingat kejadian itu.
Kaki Jeon semakin melangkah jauh menuju pintu untuk keluar, meninggalkan diriku dengan kebingungan. Otak ini semakin menerka, apa semalam aku terlihat sangat kacau, atau mungkin..
Oh tidak,
apa Jin menyuruhnya untuk tak dekat denganku lagi. Apa karena semalam Jin memarahinya, hingga dia membatasi dirinya denganku. Apa ini karena sebuah Kasta seperti adegan di drama-drama. Ayolah, ini bukan cerita novel yang membuatku muak karena sebuah perbedaan sosial kan?. ceritanya yang bertele-tele dan penuh dengan penolakan. Awas saja kau Jin."Hmmm, Jingga"
Panggil Jeon sebelum tangannya sempat memegang daun pintu, membalik tubuhnya menatapku. Namun kali ini caranya memanggilku lebih hangat.
"Jingga, kamu tahu, semalam itu adalah ciuman pertamaku"
Ucapannya padaku dengan wajah innocent seperti itu, sungguh membuat hati ini berada diantara rasa bahagia dan malu. Aku tak tahu harus menanggapi pengakuan mendadak itu seperti apa.
"Oh"
Balasku tanpa kalimat lanjutan kembali. Kenapa harus kata 'oh' saja yang aku keluarkan dari bibir ini. Harusnya aku mengatakan padanya, 'Iyah Jeon itu juga ciuman pertamaku dan aku bahagia sekali melakukannya denganmu'.
Ah, jingga pantas saja kau selalu dipanggil bodoh oleh kakakmu itu.Mendadak kecanggungan diantara kami menyeruak setelah jawaban terlewat sederhana yang aku katakan tadi. Kami masih saling menatap, namun sungguh keadaan ini terlihat lebih buruk daripada saat Jeon memasang muka datar padaku sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
FantasyPernahkah kau mengalami Dejavu yang berulang kali? Pernahkah juga kau jatuh cinta pada wajah yang hanya kau temui dalam dunia mimpimu saja?