Layaknya sajak-sajak yang menggantung indah di dinding sanubari, merengkuh segala atmosfir sang pujangga yang tengah membuai sang Dewi cinta. Menuturkan ayat-ayat rindu yang mendalihkan sebuah kebahagian menyanjung si pemilik hati dengan kata-kata mesra.
Apa ini cinta?
Pun jika cinta adalah sebuah monopoli, dan yang pertama kali jatuh hati adalah pecundang, maka boleh jadi, akulah pecundang itu sekarang.
Bagaimana bisa aku merasa bahagia hanya dengan memikirkannya?
Bagaimana bisa?
Rasanya duniaku berubah, sebelumnya aku hanya mengenal garis tegak lurus saja dalam irama hidup, namun pemuda itu membuatnya menjadi nada-nada indah dalam setiap bait langkahku. Menarik semakin dalam untuk menjatuhkan hatiku padanya tanpa pengecualian.
Setiap detik, setiap menit, setiap saat.. hatiku semakin terasa menyatu dalam gemuruh rindu. Rasanya ingin selalu memeluk dan memilikinya..
Dan benar, ketika seorang gadis mulai tahu tentang jatuh cinta, dia akan menjadi egois. Seperti saat ini,
aku mulai egois jika sekarang aku ingin hanya akulah yang dia pandang..
Aku mulai egois bila yang aku ingin hanya namakulah yang ada dalam setiap detak jantungnya..
Benar, sekarang aku menjadi egois bukan?
Kini setiap pandanganku hanya tertuju pada wajahnya, dia mendeburkan hati yang tengah bergelora untuk semakin membara. Yah, aku jatuh cinta dengan pemuda angkuh itu.. Aku jatuh cinta dengan Kim Taehyung..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Masih sedikit terasa sakit kaki yang terkilir kemarin, namun entah hati ini kenapa begitu bahagia, rasanya ada taman di lumbung hatiku yang di penuhi bunga yang bermekaran. Rasanya sangat indah, hingga tanpa sadar aku selalu ingin menebar sunggingan senyuman kepada semua orang yang aku temui.
"Apa kau sakit lagi, bodoh?"
Tanya Jin, tapaknya mengoles selai strawberry diatas makanan berbentuk kotak pipih itu.
"Tidak"
Jawabku tipis sedikit tak menggubris.
"Eonma, lihatlah si bodoh itu. Mungkin dokter perlu memeriksa isi kepalanya juga. Aku khawatir karena terbentur sesuatu kepalanya sedikit bermasalah"
Ucap Jin entah tengah mengkhawatiriku atau tengah meledek.
Ibu menempelkan tapak lembutnya ke kening, memastikan suhu tubuhku baik-baik saja.