chapter 31

93 7 1
                                    

" Maksud Dokter siapa yang tidak bisa diselamatkan?"

Taehyung bertanya dengan seribu gusar di nadanya.

"Salah satu bayi yang dikandung istri anda tidak bisa kami selamatkan."

"Maksud anda?"

"Istri anda melahirkan tiga bayi, dua perempuan dan satu lelaki. Tapi bayi laki-laki anda tidak bisa bertahan setelah dilahirkan"

Taehyung bingung tentu saja, karena memang ia juga tak mempunyai kesempatan untuk mengantar Jingga memeriksa kandungan, jadi dirinya tidak tahu-menahu jika perut yang selalu dieluhkan Jingga luar biasa berat dan besar itu membawa tiga malaikat kecilnya selama ini, benar-benar kejutan besar.

"Ya Tuhan,"

Taehyung jelas tak kuasa menahan rasa hancur sekaligus haru, akan kehilangan salah satu bayinya tidak pernah terlintas sekalipun. Namun melihat sang istri yang terkulai lemas lebih membuatnya hancur. Sumpah demi apapun, Taehyung rela menggantikan rasa kesakitan yang Jingga alami, terlebih bagaimana perasaan Jingga karena kehilangan sang jagoan kecil yang bahkan belum sempat melihat rupa sang orangtua. Akan tetapi Taehyung tentu harus terlihat tegar demi pemulihan sang istri.

"Tae, bayi kita,"

Ucap Jingga lemah dengan sorot mata sayup penuh sejuta luka.

Taehyung hanya bisa memberi kekuatan sebisanya, tetap di samping sang istri dengan usapan teduh, serta merta memberi pengertian sebisanya dan tak pernah sekalipun meninggalkan ruangan itu.

"Jagoan kita sudah tidur nyenyak di surga. Tapi kita masih punya dua bidadari yang harus kita besarkan. Bersabarlah sayang, Tuhan lebih menyayangi bayi kita"

Mereka hanya berpelukan saling menguatkan, merasa harus tetap bersyukur bagaimanapun juga.

Seokjin juga turut menjenguk buah hati sang adik, yang kebetulan Rumah Sakit tempat Jingga melahirkan tak jauh dari tempatnya di rawat. Maka ditemani Kalali segera pria yang telah resmi menjadi seorang paman itu segera menyambangi keponakannya.

                         ***

"Kurcaci dimana kalian menyembunyikan kunci mobil paman?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kurcaci dimana kalian menyembunyikan kunci mobil paman?"

Ayam belum selesai berkokok saat suara lantang Seokjin menggema ke seluruh sudut ruangan, bersamaan pemakluman gelengan kepala Jingga yang telah terbiasa dengan pekikan suara sang kakak dan kegaduhan yang dibuat oleh paman-keponakan itu.

Sudah dibilang, Seokjin itu semakin bertambah umur bukannya bertambah dewasa justru Jingga merasa mempunyai tiga anak yang kadang merepotkan. Sang kakak kerap menggoda anaknya sampai memecahkan tangis. Katanya, suara tangis mereka adalah alunan yang enak saja didengar ditelinga. Alasan macam apa itu coba?

"Jemima..,"

"Jestina..,"

,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang