Gadis itu memutar jengah manik bulatnya, bibir ranumnya memberenggut menatapi sang Kakak yang berdiri beberapa langkah disana, tengah berada dalam dunianya sendiri. Sedang Taehyung entah kemana, setelah pertengkaran hebat kemarin dia tak menghubungi Jingga sama sekali, yang membuat suasana hati gadis itupun ikut memburuk. Sepasang jelaganya menatap malas pemuda Seokjin yang tengah memainkan meja tembus pandang nan canggih yang terhubung langsung ke layar selebar 33 inch yang menempel gagah di dinding tembok.
Jingga menyimpuhkan tubuhnya di sudut sofa panjang yang berada di ruang kerja sang kakak. Mengayunkan tungkai kakinya, bosan menunggui pemuda yang masih mengabaikan eksistensinya. Bulu lentiknya berjingkat-jingkat kala mata coklatnya memutari pemandangan ruangan yang cukup redup nan sarat akan kecanggihan. Ruangan berwarna coklat muda yang menampakkan kesan hangat berbanding terbalik dengan kecanggihan yang mendominasi ruangan tersebut. Ditatapinya layar plasma besar menempel gagah di dinding yang melebihi ukuran tubuh kecilnya, tak jauh dari layar itu terdapat meja besar yang tembus pandang, meja itulah tempat jemari pemuda itu berselancar, mengotak-atiknya, menggeser jentik panjangnya kekiri dan kekanan.
Si Jelita meraup nafas enggan, mungkin saja bosan. Pasalnya, seumur-umur gadis itu selalu menolak untuk memasuki ruangan yang baginya sangat menyeramkan. Tentu saja, mengingat ada saja penolakan yang dia sematkan ke sang kakak. Entah itu dengan alasan sakit kepala, tak enak badan, dan entah sudah berapa alasan yang dia buat untuk mengelabuhi kakaknya itu.
"Kemarilah, scan retina matamu dulu agar layar ini bisa mendeteksimu dan kau juga bisa menggunakannya"Jin menitah sang adik yang dilihatnya kebosanan menunggui ritualnya mencumbu layar-layar canggih itu. Dengan bibir menggembung malas, Jingga membuang nafas kasar menuju tempat sang kakak berdiri.
Pemuda itu menginstruksi adiknya untuk berdiri menatap benda yang mirip teropong kecil tersebut. Benda itu mengeluarkan sinar merah seperti laser yang membuat bola mata Jingga mengerjap kaget. Setelah sukses benda itu mengidentifikasi retina milik Jingga, lantas Jin menitahi sang adik guna menempelken tapak halusnya ke meja multifungsi tersebut.
"Lebarkan telapak tanganmu di meja ini untuk mengidentifikasi saraf sensorikmu"
Ucap Jin, kemudian jentiknya mengetik beberapa digit kode rahasia yang mungkin dirasai, adiknya itu belum saatnya mengetahui. Setelah melewati beberapa ritual tadi, layar itu berbunyi beep menandakan suksesnya pemindaian yang diperlukan dari sosok sang adik, sehingga si gadis malas Jingga, bisa ikut andil mengakses penemuan yang masih terbilang dirahasiakan ke muka publik tersebut.
Difikirnya, bagaimana cara otak Taehyung dan Seokjin itu bekerja selama ini, sedangkan baru beberapa jam saja Jingga berada di tempat sakral itu membuat kepalanya pening, paru-parunya seketika butuh pasokan udara lebih. Kalau saja kekasihnya itu tak terus menerus membujuknya, mungkin sejengkal langkahpun gadis itu amat enggan memasuki ruangan itu. Oh, Apa kabar Taehyung yang seharian ini tak memberi kabar, jujur saja Jingga amat rindu dengan pemuda itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
FantasyPernahkah kau mengalami Dejavu yang berulang kali? Pernahkah juga kau jatuh cinta pada wajah yang hanya kau temui dalam dunia mimpimu saja?