"Bagaimanapun juga, aku harus melakukannya Kalali".
.Kalali memastikan sepasang rungunya beberapa menit saat mendengar penuturan Taehyung. Mencermati baik-baik segelintir kalimat yang sempat turut membuat kepalanya hampir pecah. Oke, ini memang sangat mengejutkan, tapi apa yang bisa gadis itu lakukan?
Ia hanya menatap sosok Jin yang berada tepat di depannya dengan kungkungan kursi roda, bersamaan ikut merasa bersalah atas apa yang terjadi, lantas mengelus pundak lebar pemuda itu, seolah-olah disetiap sentuhannya merebakkan jutaan permohonan maaf. sesekali membenarkan syal yang tersemat di ruas leher Seokjin yang sedikit berantakan.
"Aku tidak tahu harus mengatakan apa kepadamu Kim, tapi kuharap Jingga akan baik-baik saja atas semua yang kau lakukan"
Lirihnya bersamaan usapan penuh perhatian pada tubuh Jin. Sesekali masih berusaha menyelimuti tubuh kaku pemuda itu dari sepoian angin yang terlalu sejuk.
"Bagaimana keadaan Jin Hyeong, apa ada perkembangan baik?"
Taehyung menatap Jin dengan perasaan campur aduk. Jujur saja, ia sama sekali tak mempunyai keberanian menemui pemuda yang hampir menjadi Kakak iparnya. Termenung beberapa saat, lantas turut mengapit putik-putik bunga Mugunghwa yang tak sengaja gugur di wajah tampan Seokjin bersamaan desiran angin kelewat sepoi.
"Entahlah Kim. Jujur saja, aku tidak yakin. Seokjin Oppa tidak menunjukan reaksi apapun saat aku memberi rangsangan pada saraf sensoriknya. Aku sungguh-sungguh berharap dia lekas sembuh secepatnya"
Tegas Kalali bersamaan senyum yang terbit dari birai cherrynya. Mengelus tangan hangat pemuda itu seperti mengirimkan kekuatan luar biasa dari palung hatinya. Astaga, seperti ini saja, jantung Kalali masih berdegup tak tahu diri. Kakak Jingga ini memang masih terlihat luar biasa tampan meskipun dengan baju Rumah Sakit berwarna biru yang sesederhana ini. Sungguh, masih tampan sekali kok.
"Semoga saja"
Taehyung tersenyum kecuh, dengan membuang nafas kelewat berat saat mengingat kembali penyebab keadaan pemuda Jin hingga sampai seperti ini. Mendadak menjadi pendosa dengan gunungan penyesalan yang masih ia rasakan.
"Aku pergi dulu Kal, berjanjilah kau tidak akan mengatakan apapun kepada Jingga tentang ini."
Langkah-langkah besar Taehyung menapak aspal untuk segera meninggalkan kawasan Rumah sakit. Dia tak ingin sampai bertegur sapa apalagi membuat emosi Jingga meledak. Bukan, bukan karena ia tak ingin bertemu lagi dengan gadis itu. kalau boleh jujur Taehyung rindu menatap wajah Dewi sang Jingga. Sangat rindu malah. Namun Taehyung tahu pasti seperti apa perangai Jingga jika sudah menghendaki sesuatu. Terlebih Taehyung ingat sekali, dengan tumpahan air mata, gadis itu mengatakan tak sudi melihat wajahnya lagi. Astaga, kenapa terasa sakit sekali hatinya saat ini, setiap mengingat air mata keluar dari pucuk jelaga Jingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future
FantasyPernahkah kau mengalami Dejavu yang berulang kali? Pernahkah juga kau jatuh cinta pada wajah yang hanya kau temui dalam dunia mimpimu saja?