chapter 22

92 6 4
                                    

Hari silih berganti, seperti waktu sengaja cepat berputar untuk merestui sejoli itu lekas memadu kasih dalam peraduan mahligai pernikahan. Mengungkung para pribadi terjerat dalam kesibukan yang digeluti sebelum hari sakral itu tiba.

Beberapa hari ini Taehyung dan Jingga sepakat tak bertemu satu sama lain. Dan jangan tanyakan siapa pencetus ide tersebut, tentu saja Jingga.

Pasalnya, ia ingin Taehyung akan pangling melihatnya di altar pernikahan nanti. Ia akan mulai melakukan perawatan kecantikan dan sedikit melakukan diet karena gelambiran lemak tidak tahu diri bersemayam diperutnya. Meskipun di mata pribadi lain, gadis itu masih berpenampilan ramping layaknya model. Jangan salahkan timbangan badan yang melonjak naik beberapa kilo semenjak hari terakhir Jingga menimbang badannya.

Taehyung itu sangat suka sekali memasak segala jenis makanan untuk memastikan gadisnya makan dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung itu sangat suka sekali memasak segala jenis makanan untuk memastikan gadisnya makan dengan baik. Bahkan pribadi itu menyempatkan mengolah makanan jika mendengar sang kekasih ingin melakukan diet katanya. Ah, harusnya Jingga bersyukur menerima banyak perhatian dari pemuda itu. Taehyung sangatlah manis.

Jujur hanya memikirkannya saja rasanya Jingga sampai tak bisa mencerna makanan dengan baik saat ini. Terlebih karena kegugupan yang melanda hanya dengan membayangkan ia akan berjalan di altar dengan kalungan lengan hangat sang ayah saat menyerahkan dirinya pada pemuda terkasihnya itu.
.
.

Keluarga Tuan Kim berkumpul diruang tengah, bersenda gurau seperti kebiasaan yang keluarga bahagia itu lakukan. Pendaran cahaya dari juntai lampu gantung dengan ornamen kristal menemani sesapan secangkir teh untuk sang kepala keluarga, dan segelas cokelat hangat kesukaan si anak kesayangan. Tuan Kim bersikutat dengan layar laptop didepannya, memantau kenaikan pasar saham dan waralaba. Mata tuanya terbingkai lensa baca, yang sesekali ia letakkan di atas nakas saat merasa penat, sembari bibirnya menyesap cairan hangat yang dibuat oleh sang istri tanpa berniat mengalihkan mata dari layarnya.

Sedang Jingga bergelanyut manja dibahu sang ibu yang menyudutkan tubuh tak jauh dari sang ayah, bibir persiknya meneguk cokelat panas dalam beberapa kali tenggak, lantas memainkan layar ponsel canggihnya tengah membalasi pesan masuk dari sang calon suami yang belum apa-apa sudah ingin bertemu karena tak sanggup menahan rindu. Birai merah mudanya tak bergeming dari bingkaian bahagia yang tertuang dalam garis senyum.

Jingga berjingkat dari peraduan sang ibu lanjut menempelkan ruas leher kesandaran sofa seraya menguarkan kehebohan dari birai perasa saat sang kekasih mengirimkan foto bertelanjang dada sehabis mandi dengan rambut setengah basahnya dan bulir bening setia mengarungi surai pirang tersebut. Sengaja menggoda si gadis agar tergiur ajakan bertatap muka yang tentu saja terpaksa dengan berat hati ia tolak meskipun rindu gadis itu sudah setinggi gunung Everest. Baiklah, Jingga harus menyudahi acara bertukar gambar yang sebentar lagi mungkin menjerumuskan otaknya ke fikiran yang iya-iya.

"Jiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnn"

Lengkingan tujuh oktaf gadis yang mampu membuat geger dunia para hantu menyesap kuat ke setiap rungu yang bersimpuh di sofa beludru tersebut.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang