chapter 9

172 11 0
                                    

Sengaja ku belenggu kesadaran ini agar tak terarah kepada sosok pongah berwajah malaikat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sengaja ku belenggu kesadaran ini agar tak terarah kepada sosok pongah berwajah malaikat itu. Seharian ini, sungguh otakku hanya tertarik dengan pesona yang ia tawarkan untuk kewarasanku. Begitu mudahnya diriku menyerahkan hati dengan sosok pemuda yang bahkan pelit senyum kepadaku itu.

Bibir yang kemerahan bak Cherry yang telah matang dan siap dipetik, manik biru sejernih laut yang seolah menawarkan air sejuk dalam kegersangan. Dan jangan lupakan tubuhnya, dengan bahu lebar dan perut rata yang tersembunyi di balik kemeja rapinya hingga terbersit betapa indah dan menyenangkan jika bisa menyentuhnya. Dan cara dia menatapku, oh ya Tuhan, bagaimana aku bisa semenggila ini hanya dengan memikirkannya. Sialan!

Aku hanya berputar-putar di ranjang nyamanku, melakukan hal remeh dengan sedikit melakukan gerakan kecil seperti menendang-nendang kaki ini keatas langit-langit dinding, agar sedikit membentuk betis berisiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku hanya berputar-putar di ranjang nyamanku, melakukan hal remeh dengan sedikit melakukan gerakan kecil seperti menendang-nendang kaki ini keatas langit-langit dinding, agar sedikit membentuk betis berisiku. Lalu berguling-guling tak jelas, masih dengan bayangan wajah pongahnya. Sebenarnya, apa yang aku pikirkan, bagaimana bisa si pemuda aneh itu bisa aku samakan dengan Vanteku yang manis. Tidak mungkin aku sudah gila bukan?
.
.

Terik matahari telah mengintip hangat di tirai jendela yang sengaja belum aku selampirkan, aku masih malas. Rasanya ingin berbaring seharian tanpa melakukan aktivitas apapun. Aku malas menatap wajah si Tuan Kim, lalu kemudian dibarengi dengan pikiran aneh yang menggerayangi isi kepalaku lagi dan lagi. Oh Tuhan, ada apa denganku ?

Ayo bangkit Jingga, kau tak boleh terlihat semurahan ini! Tunjukan pesonamu kepada lelaki congkak itu. Bukankah ibumu bilang kau secantik Dewi. Jadi mari solek wajah dewimu, agar si lelaki congkak itu menyesal telah menolak senyuman ramahmu kemarin. Huh!

Aku mengeluarkan semua isi di lemari pakaian. Mulai sekarang aku akan berhias diri, agar wajah yang biasa kutampilkan seadanya ini bisa menyilaukan semua mata lelaki. Oh, bagus Jingga, ayo kita mulai.

.
.

Pilihanku jatuh kepada blouse hitam berpotongan rendah, yang sedikit menilikkan belahan dadaku, dan aku sandingkan dengan miniskirt denim, dengan diakhiri membalut kaki telanjangku dengan highheels berwarna cream. Sempurna, mari kita silaukan mata lelaki itu agar tak pongah lagi!

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang