chapter 18

111 6 1
                                    

Suara kencang lagu-lagu yang tengah diputar oleh seorang Disc Jockey di mimbar kecil diatas sana, dihanyuti manusia-manusia yang tengah lepas menggerakkan badan di lantai dansa. Pun tempat tenggelam para pribadi jenuh yang menikmati suasana panas dalam sebuah Bar.

Yah, Bar! mungkin tempat ini dirasai Jingga adalah yang terbaik untuk menghilangkan segala sakit hatinya pada sosok Taehyung, kendati secuilpun tak berpengaruh apa-apa baginya. ya Tuhan Jingga merasa miris dengan keadaannya sendiri. Bagaimana bisa Taehyung menghianati dirinya dengan sahabatnya, Kalali. Sialan!

Gadis itu bertengger sendirian di meja Bartender, mengabaikan atensi para pemuda mata keranjang yang mencoba menggodainya. Tak berhenti memesan air setan untuk sekedar meringankan beban otaknya saat ini, sesekali sepasang jelaganya merembes bulir air mata, kemudian kembali meredamkannya dengan tenggakkan. Sepasang pucuk jelaganya mulai kelam sedikit redup, entah sudah berapa tenggakkan alkohol yang dia habiskan di gelas kristal bening itu.

"Sialan kau Taehyung!"

Batinnya mengumpati pribadi yang tengah menjadi peran utama diisi otaknya saat ini. Memilih kembali menenggak air setan itu guna membuyarkan wajah yang masih mengiang. Bagaimana bisa, bagaimana bisa ini terjadi? Apa yang nanti Jingga harus katakan pada keluarganya? Terlebih orangtuanya amat bahagia menyambut kabar kemarin, Jingga tak tega menghancurkan senyum bahagia orangtuanya, Sungguh.

Hingar-bingar ruang redup cahaya itu tak sekalipun membuat suasana hatinya membaik, malah semakin memburuk setiap kali wajah tampan pemuda itu melukisi ingatannya. Hatinya mencelos perih kala mengingat pemandangan pribadi Kim tengah berpelukan mesra dengan sang sahabat. Jingga menenggelamkan wajah cantiknya di meja, menjedor-jedorkan kecil keningnya di meja marmer berwarna hitam mengkilat, dan lagi-lagi Jingga menangis dalam lirih.

                          ∆∆∆

"Kau baik-baik saja Jingga?"

Suara pemuda yang tak asing bagi rungunya, lambat laun mulai mengelus bahunya membuat Jingga berjingkat mencari sang sumber suara. Ditatapinya pemuda yang tengah berdiri disampingnya, kemudian duduk disisi kiri gadis itu.

"J-Jeon. Hikssss"

Jingga berhambur memeluk sang empu nama, mendusel ke dada bidang Jeon Jungkook seolah tengah mengadu. Manik basahnya terusap dalam balutan kemeja hitam yang pemuda itu kenakan.

"Kau kenapa? Ceritakan padaku"

Jungkook membalasi pelukan gadis itu, jemarinya dia gunakan untuk merapikan rambut berantakan gadis kesayangannya.

"Aku rindu padamu hikss, kau kemana saja?"

Gadis kalut itu menatapi wajah teduh seorang Jeon, kemudian kembali lagi merenggut paksa pelukan pemuda yang siap menyambutnya pula.

"Ceritakan padaku, pasti sesuatu terjadi padamu kan?"

Jungkook menitah Jingga menyandarkan kepala di bahunya, dia balasi dengan elusan hangat yang memang saat ini tengah Jingga butuhkan.

"Jeon, Taehyung brengsek, aku benci padanya"

Setiap kata yang gadis itu ucapkan tentang seorang Taehyung, selalu saja dibarengi air mata yang tak tahu diri lolos dibalik kesengsaraannya.

"Sudahlah, berhenti menangisi pemuda brengsek itu"

Jungkook menggertakkan keras dagunya, sepasang mata pekatnya berkobar marah tak terima gadisnya menangis karena pemuda itu. Ingin rasanya dia menyeret pemuda Taehyung bersujud meminta ampun pada gadis kesayangannya saat ini juga.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang