EPISODE 5. Orang Asing

145 34 7
                                    

Moza mengunyah bubur yang baru saja masuk ke dalam mulutnya dengan ogah-ogahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Moza mengunyah bubur yang baru saja masuk ke dalam mulutnya dengan ogah-ogahan. Sebabnya adalah mama yang tidak henti-hentinya memperlakukan dirinya seperti bayi sejak sadar di atas ranjang rumah sakit. Laki-laki itu menyandarkan punggung ke kepala ranjang dengan mata yang terus menatap tangan kirinya yang dibebat karena patah akibat berbenturan dengan tiang listrik juga banyak memar dan luka yang sudah dibalut perban. Memang kecelakaan yang menimpanya bukan suatu hal yang patut untuk disyukuri tapi begitu tahu kalau seseorang yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi telah meninggal, membuatnya terus menerus bersyukur karena saat ini bisa melihat mamanya.

"Buka mulutnya, Sayang."

Moza cemberut mendengar ucapan mamanya, tapi tidak menolak perintah itu dan segera membuka mulutnya lebar-lebar. Setelahnya tekstur kental namun lembek kembali menyapa rongga mulutnya hingga membuatnya kembali bergidik—entah untuk yang ke berapa kalinya. Tadi pasca sadar dari pingsannya setelah operasi Moza sempat meminta dibelikan ayam geprek, tapi tentu hal itu sama sekali tidak dikabulkan oleh mama dan papa. Padahal seharusnya sah-sah saja untuk makan ayam geprek karena yang sakit itu tangannya bukan lambungnya atau bahkan hatinya.

"Ma, udah. Aku udah kenyang."

Mama yang sudah siap mengangkat sesendok penuh bubur menatap putranya dengan tidak setuju. Dan seakan protes putranya tidak pernah terjadi wanita itu kembali mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke depan mulutnya. Mata Moza memandang dengan melas bubur di atas sendok itu lalu menatap mama dengan serupa.

"Udah kenyang, Ma."

"Satu lagi."

Moza seketika mendengus. "Tadi mama juga bilang gitu."

Itu benar, sekitar tiga menit yang lalu laki-laki itu sudah meminta mama untuk berhenti menyuapi. Mama membalas dengan mengatakan sekali lagi tapi tetap menggerakkan tangan ke mulutnya. Tidak kuasa menolak Moza dengan berat hati menelan suapan demi suapan yang terasa menyiksa dari mamanya.

"Udah, Ma."

"Iya, udah. Nih, mama taruh mangkuknya."

Moza tidak bisa langsung percaya dengan yang mama katakan. Laki-laki itu lebih dulu meminta wanita itu lewat pandangan mata untuk benar-benar menaruh mangkuk berisi makanan lembek itu. Mama pada awalnya tetap bersikukuh memeluk mangkuk itu tapi begitu menyadari putranya benar-benar sudah tidak mau disuapi dengan pasrah wanita itu meletakkan mangkuk yang isinya sudah hampir habis itu di atas nakas.

"Kalau kamu nggak mau makan lagi mama pergi ke kantin rumah sakit dulu, ya? Mama belum makan dari tadi."

"Iya, yang lama ya makannya, Ma."

Mendengar perkataannya mama langsung menatapnya dengan tatapan elangnya. "Ingat Moza, mama bakal tahu kalau kamu makan yang aneh-aneh."

"Nggak bakal, Ma. Lagian mana bisa aku makan aneh-aneh kalau kemarin malam waktu mama dateng ke sini nggak bawa apa-apa."

MENDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang