EPISODE 22. The Truth

92 24 7
                                    

Jam di kelas saat ini menunjukkan waktu istirahat kedua di mana suasana sekolah sedang panas-panasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam di kelas saat ini menunjukkan waktu istirahat kedua di mana suasana sekolah sedang panas-panasnya. Kebanyakan murid terutama yang tidak membawa bekal jelas akan memilih pergi ke kantin sekalian melipir ke kamar mandi untuk sekedar mengguyur wajah untuk mendinginkan sedikit suhu badan mereka. Eisha sendiri masih berada di kelas untuk mencatat tulisan di papan tulis yang tersisa.

“Sha, gue mau ke kantin dulu.” Ira yang ada di sebelahnya bergerak membereskan mejanya lalu berdiri.

Eisha buru-buru menoleh ke arah teman sebangkunya itu dan mencegah pergerakannya dengan mencekal lengannya. Ira langsung menghentikan pergerakannya dan menautkan dua alisnya. Jelas ini bukan hal biasa dan sama langkanya dengan kedatangan komet halley. Untuk itu Ira langsung memperhatikan temannya itu.

“Apa?”

“Tunggu bentar, gue beresin buku dulu. Gue ikut ke kantin.”

Reaksi Ira di detik pertama tentu saja adalah menggosok telinganya. Memastikan jika suara yang masuk ke gendang telinganya adalah suara Eisha. Lima menit kemudian dia dibuat cengo saat sudah duduk di salah satu bangku kantin untuk menunggu mie ayam pesanan mereka datang.

Ini yang di hadapannya benar Eisha, kan?

Atau jangan-jangan siluman yang sedang menyamar membentuk wujud Eisha?

“Tumben lo mau ikut ke kantin? Biasanya kan lo cuma nitip.”

Teman sebangkunya yang terkenal karena terlalu pendiam itu mengangkat wajah dan melepaskan sedotan es dari mulutnya. Matanya memandang Ira dengan bingung lalu diikuti dengan bahu yang terangkat.

“Gue lagi pingin ke kantin. Katanya Lila sama Dista nyusul ke sini? Mana mereka?”

“Mungkin ke kamar mandi dulu—ah, itu mereka.”

Ira menunjuk ke sebuah arah yang memisahkan kantin dengan area kelas-kelas siswa. Tangannya terangkat dan memberikan petunjuk pada dua temannya lain keberadaan mereka. Tidak berapa lama Lila dan Dista sudah bergabung ke meja mereka setelah memesan makanan lebih dulu.

“Eisha, tumben lo ke kantin? Ada apa?”

Mendengar pertanyaan yang sama membuat Eisha jadi bergerak tidak nyaman dan menggeser duduknya di bangku panjang kantin. Menyadari jika ketiga teman sekelasnya kini memandang takjub kepadanya seolah dirinya sama sekali bukan dirinya. Tapi bukankah seorang siswa ke kantin adalah hal yang wajar?

“Memangnya aneh banget ya kalau gue ke kantin?” Eisha bertanya lagi setelah makanan yang mereka pesan sudah ada di hadapan masing-masing.

Dista mengurungkan gerakannya meraih garpu dan sendoknya lalu beralih mengusap dagunya dengan wajah sok meneliti. Ia menatap Eisha dengan pandangan serupa seorang detektif yang mulai menganalisa kasus.

“Sebenarnya ada yang lebih aneh dari pada lihat lo yang mendadak ikut ke kantin.” Dista akhirnya mengeluarkan suara.

“Apa?”

MENDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang