EPISODE 7. Kebenaran yang Menyakitkan

137 33 6
                                    

Sudah satu bulan sejak terakhir kali Eisha menjenguk Moza dan sudah sebulan juga Ira terus memberondongnya dengan pertanyaan yang tidak jauh beda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah satu bulan sejak terakhir kali Eisha menjenguk Moza dan sudah sebulan juga Ira terus memberondongnya dengan pertanyaan yang tidak jauh beda. Eisha lo udah punya pacar? Pacar lo anak mana? Kok lo nggak pernah cerita sih kalau udah punya pacar?

Di awal, tentu Eisha dibuat geram sendiri dengan pertanyaan seperti itu setiap kali bertemu dengan Ira. Namun setelah beberapa hari dan mendengar cerita sebab temannya bisa mencecarnya dengan pertanyaan semacam itu gadis itu agaknya sedikit mengerti. Ia adalah gadis yang terlalu pendiam di sekolah dan mendadak Ira tidak sengaja melihatnya di rumah sakit mengunjungi seorang laki-laki yang mana itu adalah Moza. Kalau jadi Ira kemungkinan besar Eisha juga akan memiliki kecurigaan yang sama.

Setelah mengetahui duduk permasalahannya tentu saja Eisha langsung menjelaskan kalau ia menjenguk seorang teman, akan tetapi entah kenapa itu tidak membuat Ira puas. Sejak sebulan belakangan ini teman sebangkunya itu selalu punya cara untuk mengganggunya dan terus menanyakan siapa laki-laki yang dijenguknya dan apa hubungannya dengan Eisha.

"Dia cuma teman gue." Kata-kata ini mungkin sudah seratus kalinya Eisha katakan pada Ira sejak sebulan belakangan ini.

"Masa, sih? Kok gue nggak percaya."

Dan sayangnya jawaban semacam itulah yang Eisha terima. Kalau saja ia memiliki sedikit jiwa kebarbaran ala anak muda zaman sekarang tentu gadis itu akan mengomeli Ira panjang lebar sepanjang jalur rel kereta api di pulau Jawa. Sayangnya Eisha tidak memiliki kebarbaran itu dan yang bisa dilakukannya hanyalah menghela napas lelah dan terus berjalan.

Eisha sedang berjalan melintasi koridor sekolah setelah sekitar lima menit yang lalu bel berbunyi. Di belakangnya ada Ira yang berjalan tergopoh-gopoh mengikutinya. Wajahnya memasang wajah penasaran seperti yang sudah-sudah walau sudah tidak menanyakan pertanyaan yang sama. Eisha membiarkannya saja bahkan ketika mereka hampir sampai di area depan sekolah.

"Sha, ada pacar lo, tuh!"

Eisha berdecak kesal mendengar ucapan Ira. Ia kira setelah menjelaskan berkali-kali termasuk saat mereka berada di kelas saat pergantian pelajaran tadi Ira akan berhenti bertanya, tapi ternyata tidak. Eisha menghentikan langkahnya begitu saja dan memutar tubuhnya ke arah temannya itu yang sontak juga langsung berhenti mengikuti gerakannya.

"Gue udah bilang kalau kak Moza itu bukan pacar gue." Eisha bicara dengan suara tenang walau dengan raut wajah yang jelas menggambarkan sedikit kekesalannya.

"Oh ... jadi namanya Moza...." Ira mengangguk-anggukkan kepalanya dengan wajah puas. Sesaat kemudian gadis itu menatap ke arah belakang bahunya dengan pandangan berarti sebelum akhirnya kembali menatap Eisha.

"Itu bukan orangnya?"

Punggung Eisha langsung menegak begitu mendengar ucapan Ira walau seharusnya itu tidak terjadi. Teman sebangkunya itu bisa saja hanya iseng dan mengerjainya dengan mengucapkan hal itu. Meskipun Eisha langsung menanamkan doktrin itu di dalam otaknya, tubuhnya entah kenapa memaksa untuk berbalik. Matanya yang menatap ke arah Ira sedari tadi dibuat terbelalak ketika mendapati keberadaan Moza yang tampak mencolok di antara kerumunan murid berseragam putih abu-abu serupa dirinya.

MENDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang