EPISODE 33. Peace For Galuh

95 23 3
                                    

Kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal yang layak dengan Galuh?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal yang layak dengan Galuh?

Bagaimana jika seandainya ia benar-benar mendapatkan itu? Apa itu mungkin terjadi? Sejak beberapa hari tanya itu terus berulang kali hilang timbul di kepalanya. Timbul saat dia benar-benar putus asa dan ingin bertemu Galuh, mengatakan walau selama ini dia tidak banyak memperhatikan tapi sebenarnya Eisha menyayanginya. Hilang saat menyadari jika hal itu terlalu tidak masuk akal untuk terjadi.

Eisha sudah kembali masuk ke sekolah karena memang ujian kenaikan kelas sudah hampir dekat dan Restu dan Tari juga tidak ingin ia terlalu ketinggalan pelajaran. Rumah mereka masih diselimuti kesedihan bahkan setelah seminggu pasca kepergian Galuh. Wajar, namun entah sampai kapan hal itu akan terjadi. Semoga saja tidak selamanya.

Sudah hampir seminggu Moza tidak datang menemuinya dan hanya menghubunginya lewat ruang obrolan chat juga telepon. Laki-laki itu terlalu sibuk dengan kuliahnya namun sudah berjanji padanya akan menemuinya di akhir pekan seperti biasanya dan itu berarti besok. Seperti biasa? Eisha tertawa dalam hati ketika menyadari betapa bergantungnya dirinya pada Moza saat ini. Kakinya melangkah menyusuri trotoar dengan sepatu yang sedikit basah karena melewati genangan air bekas hujan siang tadi.

"Zio?"

Langkah Eisha terhenti ketika menemukan sosok Zio dengan kaus kebesaran dan celana olahraga duduk di depan indomaret dengan tangan memegang sesuatu. Penasaran dengan keberadaan Zio di sana yang tidak biasa ia melangkahkan kaki mendekat dan berjongkok begitu saja di depan kursi besi di depan adiknya. Sesuai dugaannya bocah itu kaget dan tanpa Eisha dua langsung menyembunyikan sesuatu berwarna keperakan di belakang punggungnya.

"Zio kenapa di sini?"

Bocah itu masih terlihat kaget dengan keberadaannya dan melihat ke sembarang arah sebelum fokus padanya. Dengan canggung Zio tersenyum ke arahnya lalu meraih botol minuman cokelat yang ada di meja sampingnya. Seakan lewat situ mengatakan jika kedatangannya ke sini untuk membeli itu.

"Udah lama?"

"Nggak, baru aja. Kak Eisha baru pulang sekolah, ya?"

Eisha mengangguk lalu berdiri dan hendak duduk di kursi besi lain namun batal karena Zio melompat turun. Tangan bocah itu lalu terangkat, meminta untuk digandeng lalu berjalan bersama di trotoar. Sebenarnya Eisha penasaran dengan benda keperakan yang Zio sembunyikan darinya namun bocah itu dengan gesit memasukkannya ke saku celana olahraganya saat berdiri tadi.

"Kak Eisha mau nemenin Zio?"

"Ke mana?"

"Mau ziarah ke makam kak Galuh. Mau, kan?"

Eisha masih ingat betul bagaimana Zio menangis di pelukan Moza seminggu lalu dan bilang merindukan Galuh. Namun berbeda dengan apa yang ditemukannya hari ini. Mata Eisha masih sangat sehat untuk melihat jika di sana tidak ada wajah sedih yang ditemukannya seperti beberapa hari yang lalu.

MENDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang