EPISODE 26. Realize

83 26 5
                                    

“Gue nggak tahu kalau dia punya kisah semenyedihkan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Gue nggak tahu kalau dia punya kisah semenyedihkan itu.”

Moza yang sedang menenggak air putih mendongak tidak mengerti ketika mendadak Ichi membuka mulutnya. Matanya menatap ke arah temannya dan mengerjap beberapa kali penuh tanda tanya. Sedangkan Ichi entah kenapa terlihat nampak sangat bersalah dengan sesuatu yang tidak dirinya mengerti.

“Siapa?”

“Pacar lo.”

Seingat Moza dirinya tidak punya pacar untuk saat ini. Nggak tahu besok, lihat aja entar sore juga. “Siapa?”

“Eisha.”

“Oh, tumben lo ngomongin Eisha. Bukannya lo nggak suka banget sama Eisha.”

Ichi yang sejak tadi menumpukan kedua sikunya di paha menjatuhkan punggungnya ke sandaran sofa dan menatap ke langit-langit. Kepalanya kembali memutar kata-kata dan nada bicaranya yang tidak pantas untuk seseorang seperti Eisha. Gadis itu memang sudah menjawab pesan permintaan maafnya dan mengatakan tidak apa-apa, tapi ... apa dia harus meminta maaf secara langsung.

“Tadinya memang begitu, gue bahkan masih nggak suka sama dia ketika lo sama cewek itu makin dekat. Tapi waktu gue jemput dia buat ke sini ... semuanya berubah.”

Moza yang kini duduk di seberangnya dengan dua kaki diluruskan di atas meja sedikit paham ke mana arah pembicaraan mereka. Wajahnya berubah menjadi sedih dan semakin sedih ketika menatap wajah Kara yang duduk di sebelah Ichi.

“Kenapa?” Moza memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu.

“Dia minta buat ziarah ke makan keluarganya lebih dulu, dan....” Lidah Ichi terasa kelu dengan mata yang sudah mulai berembun.

Tidak, Ichi tidak merasakan perasaan khusus untuk Eisha seperti mungkin halnya Moza. Dirinya hanya mendadak merasakan bagaimana kesedihan gadis itu dan bagaimana rasanya menjadi dirinya. Walau kunjungannya ke makan itu tidak begitu lama, tapi Ichi masih bisa mengingat jika keempat makan itu memiliki tanggal kematian yang sama. Bagaimana rasanya ditinggal empat orang paling berarti di hari yang sama sekaligus?

“Lo ingat kecelakaan beruntun di tol sekitar dua tahun yang lalu?”

Dahi Ichi berkerut bingung saat mendadak Moza membicarakan hal yang lain. “Hah?”

“Lo ingat nggak?” Moza bertanya dengan suara yang sedikit bergetar.

“Gue rasa gue pernah dengar, tapi nggak ingat terlalu dalam.”

Sinar di mata Moza perlahan meredup dengan mata yang menatap ke sampingnya dengan sedih. Dari tempatnya duduk Ichi tahu jika temannya itu sedang mati-matian menahan tangis.

“Keluarganya meninggal karena kecelakaan itu dan meninggalkan Eisha sendirian.”

Ada rasa tersengat di ulu hatinya yang membuat duduk Ichi menjadi tidak nyaman. Kini ingatannya justru dipaksa untuk ditarik kembali pada sebuah berita kecelakaan itu. Ichi tidak bisa mengingat banyak tapi jelas dia ingat jika itu adalah kecelakaan besar yang melibatkan banyak kendaraan.

MENDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang