EPISODE 11. Gagak Putih

116 26 8
                                    

Eisha tidak lagi bertemu dengan Moza sejak menegaskan jika mereka tidak lebih dari orang asing. Selain itu Ira, Dista, dan Lila juga berhenti memberondongnya dengan pertanyaan soal pacar. Entah Eisha harus merasa bersyukur atau tidak, tapi ada rasa kehilangan yang ganjil yang melanda dirinya.

“Kak Eisha mau cari apa?”

Kepala Eisha sedikit menunduk mendengar suara itu lantas dibuat kaget saat menyadari jika mereka sudah sampai di depan toko buku di sebuah mall. Ia menghembuskan napas ketika menyadari dirinya yang melamun sepanjang berjalan kaki tadi.

“Kita cari buku yang kamu butuh dulu, terus kita lihat-lihat novel.”

Galuh mengangguk antusias lalu bergerak menarik tangannya untuk semakin masuk ke toko buku yang lumayan ramai. Keduanya langsung berjalan menuju ke deretan rak yang menyediakan buku penunjang pelajaran di sekolah. Galuh langsung sibuk mengambil beberapa buku dan memeriksanya, begitupun dengan Eisha yang melakukan hal sama untuk membantu.

Hari minggu biasa Eisha habiskan untuk berdiam diri di kamar dan tidur seharian, namun hari minggu ini sedikit berbeda. Tantenya memintanya untuk menemani Galuh mencari sebuah buku karena ada suatu keperluan. Tante dan pamannya harus pergi ke luar kota untuk mengunjungi nenek yang tinggal di luar kota secara rutin. Tadinya mereka semua hendak ikut namun urung dilakukan ketika Tari mengingat hasil ulangan yang buruk milik Galuh.

Bisa dibilang ini adalah sebuah bentuk hukuman yang diberikan tantenya dan Eisha dengan senang hati menemani adik sepupunya. Tadinya mereka hendak berdiam diri di rumah selama seharian sebelum akhirnya Galuh mengingat perlu mencari buku. Eisha bersedia untuk ikut ke toko buku karena dirinya sendiri baru kepikiran untuk membeli novel baru.

“Kak, itu bukannya cowok yang pernah pulang bareng kakak waktu hujan?”

Perhatian Eisha teralih dari buku yang dipegangnya dan menatap ke arah di mana Galuh menunjuk. Awalnya ia sama sekali tidak yakin karena walaupun tidak mengenal secara personal, tampaknya Moza bukan pribadi yang suka membaca saat luang. Namun anggapan itu langsung terbantahkan saat dari jarak yang cukup jauh melihat Moza yang berdiri di depan rak dengan wajah serius.

Eisha ingin segera mengalihkan wajahnya agar laki-laki itu tidak menyadari keberadaannya, namun ia tidak bisa melakukan hal itu. Alih-alih menyentakkan kepala ke samping dan lanjut membantu Galuh mencari buku ia justru semakin memperhatikan laki-laki tinggi itu.

Wajahnya yang serius dan tubuhnya yang hanya dibalut kaus hitam dengan bawahan serupa mampu membuat Eisha menahan napas. Kedua alisnya sesekali berkerut saat membaca bagian belakang buku namun tidak lama menghilang. Wajahnya yang diterpa cahaya lampu yang terang benderang entah kenapa membuat wajah Moza tidak jauh beda dengan seorang model yang hendak melakukan photoshoot.

”Kak Eisha?”

“Ya?” Dengan tidak fokus Eisha kembali mengarahkan pandangannya ke arah Galuh.

“Kakak itu laki-laki yang sama yang pernah kita samperin di trotoar, kan? Aku ngerasa begitu.”

Kini Eisha sudah sepenuhnya memperhatikan Galuh walau dari ekor matanya masih bisa melhat laki-laki tinggi berbaju serba hitam itu. Kepala Eisha lalu mengangguk karena tidak ada gunanya juga menyembunyikan hal itu dari adik sepupunya. Semuanya sudah terlalu terlihat jelas.

“Kakak itu ganteng juga, ya? Tapi sayangnya tangannya dibebat kayak gitu.” Galuh berhenti sebentar lalu kembali pada buku di tangannya, namun tidak lama kembali menatap ke arahnya dan Moza bergantian.

“Maaf kalau aku salah, tapi ... apa kakak itu adalah teman kakak yang bikin kak Eisha pulang malam gara-gara kecelakaan?” Galuh bertanya dengan tidak yakin walau kedatangan Moza di rumah waktu itu sudah diketahuinya.

MENDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang