EPISODE 16. Sendu

103 22 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari ini adalah hari sabtu di antara banyak hari sabtu tenang yang sering Eisha jalani. Sejak pagi setelah membantu tantenya memasak dan membereskan rumah ia tidak memiliki kegiatan apapun kecuali membaca novel yang dibeli kemarin bersama Moza. Novel itu adalah salah satu dari karya milik penulis favoritnya yang baru saja keluar tidak lama setelah ia membeli novel bersama Galuh.

“Kak Eisha.” Suara Galuh terdengar dari balik pintu kamarnya diiringi dengan ketukan beberapa kali.

Eisha langsung bangkit dari posisi tengkurapnya dan segera membuka pintu. Di sana sudah ada Galuh yang mengenakan kaus panjang dan celana pendek dengan rambut basah. Gadis itu baru bangun setelah ia dan tantenya selesai memasak dan sekarang baru selesai mandi.

“Mama sama papa lagi ke luar kota. Mau hadirin nikahan anak dari bos papa. Tadi mama nitip ke Kak Eisha buat beli minyak di indomaret soalnya di sana lagi ada diskon minyak goreng. Tadinya mama mau nyuruh aku tapi nggak jadi soalnya takut duitnya nggak pas karena aku beli chiki. Padahal aku kan nggak gitu.”

Eisha tersenyum singkat. “Kalau gitu aku nanti bakalan ke indomaret agak siangan dikit.”

Galuh tersenyum dengan riang. “Kalau gitu aku nanti ikut, ya? Nanti aku beli chikinya pakai uang jajan aku sendiri. Beneran.”

Tanpa berpikir dua kali Esha menggeleng keras dan langsung membuat adik sepupunya itu cemberut. “Kenapa?”

“Bukannya kemarin kamu bilang teman kamu bakalan datang buat kerja kelompok? Lagi pula Zio sama sekali belum bisa diandalkan buat jaga rumah.”

Galuh seketika tambah cemberut mendengar alasannya. Zio memang tidak ikut mama dan papa karena menolak. Entah ada apa dengan anak itu yang belakangan ini sering menolak diajak ke manapun.

“Kalau gitu aku ke kamar dulu.”

Eisha mengangguk lantas membiarkan Galuh menjauhi kamarnya untuk masuk ke kamarnya sendiri. Ia memandangnya sebentar lalu kembali masuk ke dalam kamar untuk selanjutnya dibuat tersenyum saat menatap novel yang tergeletak di atas kasur. Perlahan langkah Eisha kembali ke kasurnya hingga tangannya meraih buku itu dengan senyum simpul.

Ini mungkin agak aneh dan sangat tidak biasa baginya tapi melihat buku itu langsung mengingatkannya pada Moza. Bagaimana laki-laki itu yang tiba-tiba muncul di depan sekolahnya dan mengajak menonton film walau itu berakhir dengannya yang tidak menyukai film itu. Namun bukan berarti Eisha tidak menyukai pertemuan mereka waktu itu yang sampai kapanpun tidak akan pernah dilupakannya.

Sejak saat pertemuan yang berakhir dengan Moza lalu makan malam bersamanya dan keluarga om-nya mereka belum bertemu lagi. Namun mereka masih saling terhubung dengan saling mengobrol via chat juga beberapa kali mengobrol lewat telepon. Tadi setelah selesai membantu tantenya Moza sempat menghubunginya lagi dan membahas beberapa hal ringan dengannya.

MENDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang