EPISODE 15. The Secret Behind Kara

111 26 7
                                    

Walau cuma sebentar tapi acara jalan dadakan dengan Eisha masih membekas pada dirinya, meskipun itu sudah terjadi seminggu yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Walau cuma sebentar tapi acara jalan dadakan dengan Eisha masih membekas pada dirinya, meskipun itu sudah terjadi seminggu yang lalu. Mereka belum bertemu lagi setelah itu tapi Moza masih sering menghubungi via chat atau telepon. Itu sudah cukup dan lagi tidak ada alasan yang cukup kuat yang membuat mereka harus terus bertemu.

“Kapan perban dan penyangga di tangan lo bisa dilepas? Risih gue lihatnya, berasa kayak bukan lo.”

Moza tertawa kecil mendengar penuturan Ichi yang duduk di salah satu sofa ruang tamu apartemennya. Walau tampak kasar tapi ia tahu temannya itu khawatir dan hanya ingin ia cepat sembuh. Moza tidak langsung menjawab dan meraih sekaleng soda yang dibukanya dengan bantuan dari Ghani yang sekarang sedang sibuk bermain game di ponselnya.

“Entahlah, mungkin dua minggu lagi bisa dilepas.”

“Bagus kalau gitu. Setelah kita bisa nongkrong tanpa harus menarik perhatian yang nggak perlu.”

Kini bukan hanya Moza tertawa bahkan Ghani juga tertawa dan meninggalkan ponselnya begitu saja di sisi lain sofa. Dua temannya ini sejak kemarin mendadak mengungsi ke apartemennya tanpa arah dan tujuan yang jelas. Moza sempat menolak mereka sebenarnya tapi tentu saja ia tidak berhasil menyeret mereka keluar dengan kondisi tangannya yang dibebat saat ini.

“Ngomong-ngomong kalian nggak ada niatan buat balik ke kosan kalian masing-masing gitu?” Secara halus Moza masih berusaha mengusir temannya.

“Lo ngusir kita, ya? Maaf anda belum beruntung. Silahkan coba lagi.” Dengan bodo amat Ghani membalas ucapannya dengan cara yang menyebalkan.

Moza mendengus lalu menenggak habis sekaleng soda di tangannya yang di bawa Ichi sebelum datang kemari setelah pulang dari kampus. Keberadaan dua temannya ini tidak sepenuhnya merugikan dirinya karena Moza jadi terbantu dalam beberapa hal. Seperti membuka kaleng soda contohnya.

“Ah ya, soal teman baru lo yang namanya Kara. Katanya lo mau ngajak dia nongkrong sama kita. Kapan?”

Punggung Moza menyandar ke kepala sofa dan menatap ke arah Ichi yang sedang menonton serial india yang sedang ditayangkan di televisi di hadapan mereka. Laki-laki tampak serius memperhatikan benda persegi itu. Walau dikata dia adalah laki-laki berketurunan jepang, tapi alih-alih menyukai anime khas sana Ichi justru lebih menyukai sesuatu yang berbau bollywood. Beberapa kali Moza dan Ghani menghujatnya namun itu tidak membuahkan apapun kecuali decakan tidak peduli.

“Gue memang hubungin dia beberapa hari lalu, tapi sayangnya Kara masih sibuk. Mungkin lain kali bakal gue coba buat ajak dia nongkrong bareng kita.”

Ichi dan Ghani hanya membalas dengan anggukan lalu mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ghani dengan game di ponselnya, Ichi dengan serial india-nya, dan dia dengan pikirannya sendiri. Namun sesekali Moza sempat curi pandang ke arah televisi untuk dibuat lelah dengan serial yang sedang ditampilkan. Rasanya kadang ia tidak percaya bisa berteman dengan Ichi yang segila itu dengan serial dan film india.

MENDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang