EPISODE 30. Hujan Kesedihan

98 23 9
                                    

Moza tidak pernah tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang dan tidak akan pernah lagi bertemu selamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Moza tidak pernah tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang dan tidak akan pernah lagi bertemu selamanya. Kedua orangtuanya selalu bersamanya dan ia harap itu akan bertahan dalam waktu yang lama. Dia pernah kehilangan neneknya tapi Moza tidak merasakan kehilangan yang amat sangat karena kedekatan dan intensitas bertemu yang jarang terjadi membuatnya tidak begitu merasa kehilangan. Tapi rasanya ia mengerti apa yang dialami oleh Eisha.

Setelah bicara dengan Restu yang bicara dengan suara bergetar menahan isak, ia menarik Mendung ke mobil. Membawanya ke rumah sakit di mana mungkin Galuh sudah menunggu di sana di dalam ruangan perawatan. Awalnya Moza kira begitu, namun nyatanya semuanya tidak semudah apa yang diperkirakannya.

Karena alih-alih pergi ke salah satu ruang rawat, perawat justru menuntun mereka ke kamar mayat. Moza berusaha menguatkan dirinya dan mengambil napas sebisa mungkin untuk menghilangkan rasa menusuk dalam dadanya karena Eisha yang tidak hentinya menangis. Ia meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya dengan erat, berharap dengan itu bisa membantu sedikit.

Langkah mereka hampir sampai di kamar mayat ketika mendadak Eisha menghentikan langkahnya dan menatap ke arahnya. Cahaya di matanya yang biasa Moza lihat di sana sudah sepenuhnya menghilang. Digantikan oleh kesedihan yang menusuk dada dan membuatnya meraih gadis itu ke dalam pelukannya.

“Galuh nggak mungkin ada di sana, kan?”

Kalau bisa, Moza ingin mengatakan jawaban yang gadis itu harapkan namun kenyataan di hadapan mereka terlalu tidak bisa diabaikan. Moza meraih kedua sisi wajah gadis itu, menatapnya dengan sungguh-sungguh lalu membisikkan kata-kata sederhana yang ia harap bisa membuat Eisha tenang.

“Gue akan ada sama lo. Apapun yang terjadi.”

Mereka melangkah menuju ke ruangan penuh kenangan menyakitkan dari banyak orang itu. Di sana sudah ada Restu, Tari dan juga beberapa orang dengan wajah sendu yang serupa. Beberapa langsung memalingkan wajah begitu melihat Eisha datang. Terlalu tidak mampu untuk melihat kesedihan yang sama di wajah gadis itu.

Moza menuntun gadis itu ke arah ranjang pasien yang tertutup kain putih menyembul di mana Tari bersimpuh di sampingnya. Isak saling bersahutan di sana membuat Moza berusaha menulikan telinganya untuk tetap membuat Eisha kuat tanpa membuatnya menangis. Namun nyatanya segala terlalu menyedihkan untuk dihadapi hingga dengan mendadak gadis itu jatuh dalam pelukannya. Menyisakan kesedihan yang membuat Moza tidak yakin bagaimana cara menghapusnya.

***

Restu menatap nanar jenazah putrinya yang dihiasi dengan beberapa luka tusuk di beberapa bagian tubuhnya. Kepalanya masih berdentum keras mengingat penjelasan polisi yang menemukan jenazah putrinya di sebuah rumah kosong karena laporan warga. Air matanya meleleh membayangkan bagaimana putrinya menjalani sisa akhir hidupnya dengan cara yang terlalu mengerikan bahkan untuk dibayangkan. Jika bisa Restu ingin menggantikan posisi putrinya dan membiarkan dirinya yang dibunuh.

MENDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang