EPISODE 3. Slender Man

213 38 10
                                    


Moza harus berangkat pagi-pagi buta hari ini karena kelasnya akan di mulai di pagi hari. Jalanan sudah cukup padat saat motor miliknya ikut turun pada keramaian jalan. Sambil berusaha untuk fokus menyetir sesekali Moza mengusap wajahnya yang tidak sempat kena air pagi ini. Iya, ia tidak mandi sebelum berangkat ke kampus. Lagian, buat apa juga mandi kalau dengan ketampanannya saja cewek-cewek sudah melirik manja ke arah dirinya. Maka dari itu Moza sama sekali tidak mau repot-repot berjalan ke arah kamar mandi dan langsung menyambar kemeja flanel yang entah sudah berkunjung ke binatu atau belum.

Pandangan Moza fokus pada jalanan yang sudah lumayan ramai, namun sesekali pandangan juga melipir ke arah gambar-gambar lucu yang biasa ada di belakang truk, bus, dan kendaraan besar lainnya. Salah satu yang paling menyita perhatiannya adalah kata-kata yang menurut Moza sangat amat berfaedah dan mungkin juga adalah salah satu doa yang dipanjatkan oleh setiap pengguna jalan ketika akan menghidupkan mesinnya.

"Ya Allah jauhkan lah diriku dari ibu-ibu pake motor yang lampu sen-nya ke kiri tapi beloknya ke kanan."

Namun perhatiannya pada bak bagian belakang truk itu langsung teralih ketika ia menyentakkan kepalanya ke trotoar. Moza tidak tahu apakah ini sebuah takdir yang coba direncanakan Tuhan atau apa, tapi di trotoar Moza bisa menangkap dengan jelas keberadaan Mendung. Gadis itu masih sama dengan apa yang ada diingatannya, kepala menunduk tepat ke arah trotoar yang sama sekali tidak menarik. Tapi ada yang tidak biasa Mendung, karena untuk pertamakalinya ia menemukan gadis itu tidak sedang sendirian, tapi bersama dengan gadis lain yang memakai seragam SMP.

Tanpa pikir panjang Moza menepikan motornya dekat trotoar. Bodoh amat lah ya telat masuk kelas. Lagian lebih baik telat karena ngelihatin cewek cantik dari pada masuk kelas tepat waktu untuk lihat dosen yang tentunya nggak lebih kinclong dari Mendung.

Beberapa kali di belakangnya ada pengendara lain yang mengklakson dirinya. Tadinya sih Moza berniat untuk tidak menggubrisnya sama sekali akan tetapi sebagai warga negara Indonesia yang budiman tapi tetap santuy ia tentu tidak bisa melakukan itu. Maka dari itu Moza menoleh sebentar ke belakang dan dengan sangat santainya tersenyum . "Monggo, Bu...."

Lalu balasan apa yang Moza dapat setelahnya? Apakah Moza digaplok atau diajak baku hantam? Tentu jawabannya adalah tidak. Apa yang didapatkannya justru berbanding terbalik dengan itu. Karena kebanyakan atau bahkan seingatnya hampir semua yang menekan klakson di belakangnya adalah wanita, mereka tentu saja tercekat seketika. Akan tetapi jenis ketercekatan itu bukan jenis yang sama seperti mendadak menginjak tai kucing atau ayam. Mereka tercekat dengan cara yang menyenangkan sebelum akhirnya tersenyum seakan baru saja memenangkan lotre dua milyar.

Setelahnya Moza dengan santainya menyentakkan kepalanya kembali ke depan yang seketika langsung dibuat kalang kabut karena keberadaan Mendung yang raib entah kemana. Saking paniknya ia bahkan harus menghentikan motornya dan menoleh ke kanan dan ke kiri demi menemukan keberadaan Mendung. Namun sekeras apapun ia mencoba mencari gadis kuburan itu tidak ada di sekitaran trotoar yang tadinya dilewatinya. Kalau begini Moza jadi curiga kalau Mendung itu benar-benar salah satu pengabdi ratu pantai selatan yang kerjaannya bertapa di gua demi mendapatkan kekayaan dan kekuatan?

Di tengah kepanikannya itu tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk bahunya dengan cukup keras hingga membuat Moza sedikit terlonjak. Tadinya ia pikir itu adalah tukang pentol keliling yang iseng mengajaknya bicara beberapa hari yang lalu, karena entah kenapa justru pria itu yang melintas dipikirannya. Mungkin karena pentol dagangannya enak dan Moza berniat ingin membeli lagi atau sekalian memborong kalau ketemu lagi. Tapi takdir tentu tidak semudah itu mempertemukan seseorang yang sekali bertemu langsung akrab. Bukannya tukang pentol dan gerobaknya yang ia temui melainkan Mendung yang menatapnya dengan wajah terusik.

MENDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang