EPISODE 23. Sick

110 24 9
                                    

Jika disuruh memilih antara tim bubur diaduk atau tidak diaduk maka Moza memilih untuk tidak memilih keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika disuruh memilih antara tim bubur diaduk atau tidak diaduk maka Moza memilih untuk tidak memilih keduanya. Bisa dibilang ia adalah salah satu haters fanatik nasi lembek itu mau bagaimanapun cara memakannya. Ibarat kata di dunia penggemar lelaki korea dia adalah haters berdedikasi yang tanpa lelah akan meninggalkan banyak komentar buruk tentang bagaimana tidak enaknya bubur apa lagi saat masuk ke mulut.

Moza membuka mulutnya dengan paksa untuk kesekian kalinya saat Eisha menyodorkan nasi lembek ke depan wajahnya. Wajahnya jelas menunjukkan ketidaksukaan dan sudah hampir dibuat muntah merasakan makanan lembek itu, namun Eisha tetap memaksanya. “Kayaknya udah, deh. Gue udah nggak kuat lagi.”

“Itu karena lo nggak makan dari kemarin. Ini, makan lagi.”

Logikanya bisa saja Moza menolak untuk membuka mulutnya, namun kenyataannya mulutnya terbuka lebar dan menelan bubur itu dengan paksa. Wajahnya cemberut dan semakin cemberut ketika Eisha terus menyendok bubur di mangkuk hingga semuanya tandas. Gadis itu tersenyum senang lalu berdiri hendak membawa mangkuk itu ke dapur.

“Gue ke dapur dulu, sekalian ngambil minum buat lo minum obat.”

Moza menjawab dengan anggukan dan membiarkan gadis itu pergi begitu saja. Tidak lama suara langkah lain terdengar dan sosok Ichi masuk ke dalam kamar dengan melemparkan jaket miliknya ke arahnya. Dengan cepat Moza bisa menangkap jaket itu dan melemparkannya ke sisi lain kasur, mencegah benda itu mendarat tepat di wajahnya.

“Dasar cowok ganjen!”

Tubuh Moza masih terlalu lemas untuk menjawab hinaan Ichi dan lebih memilih menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Temannya itu mendekat lalu duduk di tepi kasur dengan wajah mengejek.

“Dari kemarin gue tawarin makan nggak mau, eh giliran tuh cewek lo sampai habis semangkok, ye.”

“Apa sih lo? Nggak jelas banget.”

Sebenarnya Moza tahu betul apa yang dimaksud Ichi, namun tentu saja sudah fitrahnya sebagai manusia untuk tidak mau mengakui kebenaran sepele. Tentu saja dia terlalu gengsi untuk mengakui kalau ia terlalu tidak tega untuk menolak setiap suapan yang Eisha sodorkan padanya.

Ichi berdecak menanggapi ucapannya bersamaan dengan Eisha dengan seragam putih abu-abunya masuk membawa segelas air putih. Gadis itu sempat kaget dengan keberadaan Ichi namun dengan cepat bisa menguasai diri dan dengan santai menyerahkan gelas di tangannya.

“Lo harus minum obat,” ujar Eisha setelah mengambil beberapa pil dan menaruhnya di tangan Moza.

Moza menerimanya dan dengan sekaligus menelan beberapa pil itu lalu meminum air. Ichi sendiri langsung berdiri saat Eisha mendekat dan membiarkannya untuk mengurus temannya itu lebih jauh. Ichi memandang interaksi dua orang itu sebentar lantas meraih ponsel di saku celananya untuk memeriksa jam.

”Tante Tyas tadi nelepon gue, katanya bentar lagi sampai ke sini.”

“Lo ngasih tahu nyokap gue?”

MENDUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang