Terlihat kegaduhan dikelas yang sedang tidak ada gurunya tersebut. Terlihat murid-murid ada yang sedang bergosip ria, bermain game, bahkan ada yang sedang tidur. Kecuali satu murid yang sedang asik berdiam diri sambil melihat seseorang yang beberapa meter ada dihadapannya yang terlihat menelungkupkan kepalanya diatas meja.
"Dorrr"
Tiba-tiba ada yang membuyarkan kegiatannya untuk melihat seseorang tersebut
"Buset Mel.. lu ngagetin aja ya kerjaanya"
"Ya lu lagian diem-diem bae, liatin apa sih lu"
Ya, yang mengagetkan Viany adalah melvy sang sahabat yang cukup kampret menurut Viany."Enggak.. gue tuh heran aja sama tuh anak baru kek nya pendiem banget gitu" ucap Viany sambil tak lepas memandang Dymash. Melvy pun mengikuti arah mata Viany yang terus menatap kearah Dymash.
"Dymash maksud lu, mungkin emang dia anaknya kek gitu, lu jangan keseringan liatin dia deh nanti naksir loh. Eh tapi gapapa sih kalo lu naksir dia keknya baik anaknya gue setuju aja sih"
"Yeee, lu sembarangan kalo ngomong, terus nanti kalo gue udah suka dia, dianya malah gasuka gue gimana. Lu mau tanggung jawab ga kasian sama gue kalo gue nanti sakit hati" ucap Viany sambil menoyor kepala Melvy
"jangan noyor kepala gue juga kali sakit bege" ucap Melvy sebal sambil mengusap kepalanya
"Bodo"
Tiba-tiba terlihat perempuan parubaya memasuki kelas dan seketika kelas pun sepi senyap, tak lain adalah Bu Vida guru sejarah dikelas itu. Bu Vida pun duduk di meja guru dan mulai menyapa muridnya
"Selamat siang anak-anak"
"Selamat siang bu"
"Hari ini ibu ada urusan mendadak, jadi ibu tidak bisa mengajar"
Seketika kelas ramai dengan sorak bahagia dari para murid yang bahagia mendengar hal tersebut.
"Tapi sebagai gantinya kalian akan ibu bagi kelompok dan kerjakan halaman 129 dikumpulkan besok ya"
Seketika para murid pun diam dari soraknya tersebut
"Ya ibu, kirain kita dipulangin atau enggak ga ada tugas gitu"
Sahut salah satu murid laki-laki dikelas tersebut"Oh tidak bisa, ibu tidak akan membiarkan kalian enak-enakan"
"Yahhh ibu mah"
"Huuuu ibu mah ga asik"
"Capek atuh bukk kita dikasih tugas terus"
Begitulah berbagai keluhan para murid kelas
"Huft... emang dasar yang namanya guru ya gabisa liat muridnya damai bentar"
Batin viany sambil memandang Bu Vida sedikit kesal"Baik ibu akan menulis pembagian kelompoknya di papan tulis"
Bu Vida pun menulis pembagian kelompok di papan tulis. Sedangkan kelas mulai ramai kembali dengan berbagai keluhan dari anak-anak kelas.
"Baik anak-anak ini pembagian kelompoknya, tidak boleh ada yang protes, dan selamat mengerjakan"
Semua murid pun beralih menatap ke arah papan tulis, yang sudah tertera nama mereka semua. Setelah menuliskan nama-nama para muridnya Bu Vida pun berlalu meninggalkan kelas dan anak-anak pun mulai gaduh kembali.
"Ya.. kita ga sekelompok gaes" ucap Tiany saat mengetahui bahwa mereka tidak sekelompok.
"Yaudah lah ya gapapa, gue mau ke kelompok gue dulu kalo gitu" Wirda pun berpamitan kepada mereka bertiga lalu pergi menghampiri dimana kelompoknya sudah menunggunya. Lalu kemudian disusul Tiany yang juga menghampiri kelompoknya berada. Tinggallah Viany dan Melvy berdua.
"Eh liat tuh Vi, kita sekelompok sama Dymash" ucap Melvy sambil menunjuk papan tulis dengan sangat hebohnya
"Ya terus kenapa emang? Heboh banget deh lu"
"Ya kan lu bisa kenalan sama dia elah, sapa tau kan bisa nyantol" Viany pun mendengus kesal mendengar ucapan Melvy
"Elah Mel, lu kalo bahas dia selalu nyambungnya kali aja bisa deket, atau suka kalo ga nyantol, lah lu pikir jemuran bisa nyantol"
"Yakan demi lu juga kali, biar lu ga jomblo lagi. Gue kan sebagai sahabat yang baik kan mendukung"
Viany pun membungkam mulut Melvy agar dia tidak ngomong terus"Gini deh gini, emang lu mau tanggung jawab kalo seandainya gue baper ama perkataan lu yang terus berusaha comblangin gue sama dia terus gue suka sama dia yang endingnya dia ga suka sama gue"
"Ya ga gitu juga sih, kan maksud gue apa salahnya gitu dicoba yakan"
"Apa salahnya, apa salahnya. Ya jelas salah, disini gue juga mikirin segala kemungkinan yang terjadi juga. Kemungkinan baik dan buruknya"
"Yaelah, santai aja kali. Gue yakin dia anak baik kok"
"Tau dari mana lu dia anak baik"
"Gini loh Vi, gue kan kemaren sempet ngobrol tuh sama Dymash, disana juga ada Melvin, Ferry, sama Wizky juga. Eh ternyata dia tuh anaknya enak gitu diajak becanda. Dia tuh sama kayak lu pendiem kalo belum akrab aja. Coba kalo udah akrab gue yakin lu pasti bisa nyaman sama dia"
"Dih, omongan lu udah Sampek nyaman-nyaman aja"
"Ya maksud gue tuh, kalo seandainya emang lu baper sama dia atau emang kedepannya lu ada rasa sama dia karena ke kepoan lu sendiri ya syukuri aja. Nyaman yang gue maksud tuh kalo dia nolak lu atau ga suka sama lu seenggaknya lu bisa akrab sama dia sebagai sahabat. Percaya deh Ama gue ga ada ruginya kenal dan Deket sama Dymash"
"Kenapa lu yakin banget sama omongan lu"
"Ya gue feeling aja sih. Sekarang tinggal kitanya aja yang usaha mengakrabkan diri sama Dymash"
Viany pun sedikit dibuat berpikir dengan apa yang diucapkan Melvy. Karena memang menurutnya omongan Melvy itu ada benarnya juga. Apa salahnya dicoba, toh kalo Viany tidak bisa dengan Dymash dalam artian lebih dari teman suatu saat, dia bisa menjadi sahabatnya.
Sebenarnya Viany juga masih ragu, apa ia mampu mengakrabkan diri dengan Dymash. Mengingat kata Viany ia dan Dymash sama-sama pendiam jika belum akrab dengan seseorang.
"Udah deh mending kita ke Dymash terus ngerjain tugasnya daripada lu ngomong terus kan malah bikin gue pusing"
Viany pun berlalu meninggalkan Melvy untuk menghampiri Dymash"Heran gue sama tuh anak. Tapi feeling gue kok kayaknya dia sebenernya ada rasa sama Dymash tapi dia nya masih ga peka ya"
Melvy pun berucap terheran sambil memandang Viany yang meninggalkannya.~~~~~~~~~~~~~~~~
TO BE CONTINUE

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Moveon
Teen FictionMove on.. Suatu hal yang sulit dilakukan jika seseorang sudah terlanjur sayang pada orang lain terlebih lawan jenis. Hal itu pula yang dirasakan Viany, ia sudah terlalu dalam memiliki perasaan dengan sahabatnya sendiri. Semua berawal saat datangnya...