Matahari pun telah bersinar menyambut hari yang telah berganti ini. Tak terasa Viany dkk telah menginjak kelas 11 meninggalkan kelas 10 yang bagi Viany banyak memberikan cerita yang sedih maupun bahagia. Hari ini hari pertama ia masuk sekolah setelah libur. Namun ada hal yang membuat pikirannya terganggun, yang tak lain adalah tentang perasaanya dengan Dymash. Sampai hari ini pun ia belum dapat melupakan perasaanya walaupun ia sudah berusaha keras.
Untuk saat ini pun ia akan mengikuti saran dari Melvy untuk bersikap biasa saja dengan Dymash. Bagaimana pun juga ia harus bisa berdamai dengan perasaanya kan, tak mungkin ia terus-menerus seperti ini..setidaknya walaupun rasanya tidak bisa hilang ia masih bisa bersikap biasa saja kan.
"Hari ini hari pertama gue masuk sebagai siswa kelas 11. Saatnya gue mulai hari yang baru. Gue harus bisa ngesampingin perasaan gue sama dia, ya gue harus eemangat" ia pun mencoba menyemangati dirinya sendiri walau hatinya menolak sebenarnya.
Viany terlihat berjalan ke arah gerbang sekolah sambil menunduk. Lalu tiba-tiba Melvy datang menghampiri Viany dan menepuk punggungnya dari belakang.
"Oi.. lu kenapa deh ngomong sendiri gitu" ya memang Melvy melihat sahabatnya itu berjalan sambil berbicara sendiri untung tidak dikira gila oleh orang lain.
"Eh mel, gapapa kok hehe" ia pun malu karena ketahuan berbicara sendiri
"Udah siap kan buat hari ini? Kita udah naik kelas waktunya nyiptain suasana baru kan"
Paham dengan apa yang dimaksudkan oleh Melvy pun Viany menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.
"Iya gue siap, gimana pun juga kan ga boleh sedih terus"
Melvy yang melihat semangat Viany pun ikut tersenyum. Setidaknya ia bersyukur gadis itu masih bisa tersenyum walau hatinya mungkin tidak.
Saat mereka terus melangkah menuju kelas, dari belakang terdengar suara seseorang memanggil mereka. Yang tak lain adalah Tiany.
"Oy... Vi, Mel. Tungguin kita"
Tiany pun berlari menghampiri Viany dan Melvy di ikuti oleh Wirda dari belakang.Melvy dan Tiany yang merasa namanya dipanggil pun menoleh. Mereka menggeleng-gelengkan kepalanya heran dengan tinggal sahabatnya itu. Bagaimana tidak ditengah koridor yang rame ia berteriak kencang yang menimbulkan tatapan heran dari beberapa murid yang berada disana. Rasanya mereka ingin melupakan sejenak bahwa Tiany adalah sahabatnya.
"Ebuset.. santai aja napa lu, larinya sampek nabrak gue ini"
Melvy pun protes kepasa Tiany yang menabrak punggungnya saat berlari."Hehe maap ye gue jadi kagak bisa ngerem, nih sepatu gue licin" ucap Tiany sambil tersenyum meringis ke arah Melvy
"Udah deh, mending kita kekelas, biar dapet tempat duduk di belakang"
Ucap Wirda menengahi omongan kedua sahabatnya tersebut"Yeee, lu mah dimana-mana tuh anak sekolah duduknya didepan. Ya lu malah hobi di belakang biar bisa chat an ama doi ya lu" Viany pun menggoda Wirda yang memang semenjak ia mempunyai pacar jadi hobi duduk dibelakang
"Hehe tau aja lu, lu kan juga pasti seneng kalo duduk di belakang ga perlu tegang-tegang buat ditunjuk ngerjain soal yakan"
Wirda menimpali omongan Viany dengan senyumanMereka pun akhirnya berjalan ke kelas. Ternyata dikelas sudah ramai dengan anak-anak yang berangkat lebih awal untuk cepet-cepet memilih duduk di bangku belakang. Jadi yang tersisa hanya lah bangku yang ada di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Moveon
Ficção AdolescenteMove on.. Suatu hal yang sulit dilakukan jika seseorang sudah terlanjur sayang pada orang lain terlebih lawan jenis. Hal itu pula yang dirasakan Viany, ia sudah terlalu dalam memiliki perasaan dengan sahabatnya sendiri. Semua berawal saat datangnya...