Saat ini Viany sedang berada dijalan untuk menuju ke sekolah bersama Melvy. Ia pun sedari tadi hanya diam saja seperti ada hal yang sedang ia pikirkan. Melvy yang menyadari hal tersebut bertanya pada sahabatnya itu.
"Lu kenapa dah diem-diem bae dari tadi?"
"Gapapa gue bingung aja, gue sebenernya pengen bilang sama Dymash kalo gue suka sama dia sekalian buktiin perkataan Ilma waktu itu, tapi nanti gue dikira nembak dia. Jatuh lah harga diri gue" ungkap Viany menceritakan kebingungannya. Ia mencoba memikirkan saran dari Melvy, karena ia pikir dengan cara itu ia bisa membuktikan perkataan Ilma.
"Ya emang sih ada sebagian orang bilang kalo nyatain perasaan itu sama aja kayak nembak. Tapi menurut gue itu dua hal yang beda. Nembak tuh saat lu bilang sama orang yang lu suka, dia mau gak jadi pacar lu. Sedangkan nyatain itu lu cuman nyatain perasaan aja tanpa tanya dia mau jadi pacar lu apa ga. Jadi intinya terserah lu sih mau nyatain perasaan apa enggak. Kalo lu mau ya bisa gue bantu gue juga dukung sih biar perasaan lu plong juga" jelas Melvy panjang lebar memberi pendapatnya pada Viany.
"Gue sebenernya mau sih ngomong sama dia tapi gimana ya bingung aja gitu" ungkap Melvy
"Ya kalo lu mau nanti aja pas udah selesei ujian, lu ajak dia ngomong bareng". Ya memang mereka sedang melaksanakan ujian akhir semester. Maka dari itu Melvy memberi saran agar Viany ngomong sama Dymash saat ujian telah selesei.
"Entar deh gue pikir-pikir dulu" ucap Viany menimpali omongan Melvy
"Inget.. apa pun yang terjadi gue, Wirda sama Tiany bakal ada sama lu. Mereka juga ngedukung kan kalo seandainya lu ngomong tentang perasaan lu itu. Intinya tinggal bang Dym aja yang mikirnya gimana. Kalo emang Sampek dia mikir jelek tentang lu kan ada gue yang bisa bantu ngomong sama dia" ya, memang Tiany dan Wirda sudah mengetahui tentang awal mula mengapa mereka tanya hal itu kepada Ilma, dan mereka pun setuju saja bila Viany menyatakan perasaannya pada Dymash dan Melvypun tak berhenti meyakini sahabatnya bahwa apapun yang terjadi mereka akan tetap mendukungnya.
------------------------
Setelah melaksanakan ujian, Viany, Wirda dan Melvy pun keluar dari ruang ujian. Lalu mereka berhenti di depan ruang ujian mereka untuk ngobrol sebentar."Lu jadi gimana? Jadi ngomong yang sebenernya sama bang Dym?" Tanya Melvy pada temannya itu yang sedang memikirkan apakah ia jadi ngomong dengan Dymash atau tidak.
"Gatau nih gue masih ragu" ucap Viany lagi dan lagi dengan keraguannya itu.
"Yaudah sih kalo lu mau ya bilang aja sama Dymash. Dia pasti ngerti maksud lu kok" Wirda pun tak kalah memberi semangat pada sahabatnya itu, agar tak bingung lagi.
Beberapa saat pun mereka diam untuk memberi kesempatan Viany untuk berfikir lagi. Tiba-tiba saat sedang asik diam muncullah Tiany mengagetkan mereka bertiga.
"Woy diem-diem bae kalean" ucap Tiany yang tiba-tiba datang mengagetkan mereka bertiga.
"Lu kenapa jadi hobi ngagetin sih elah. Lagi asik mikir juga" ucap Viany dengan nada kesalnya.
"Mikirin apa sih kok pada diem semua?" Tanya Tiany pada mereka bertiga dengan tatapan heran.
"Nih, si Viany bingung jadi ngomong sama bang Dym apa enggak" ucap Melvy menjawab pertanyaan Tiany.
"Lah, ini si Tiany udah keluar. Dymash udah kelur belom?" Tanya Wirda pada Tiany karena memang Tiany dan Dymash satu ruangan saat ujian.
"Tadi sih gue liat belom ya bentar lagi mungkin"
Tak lama setelah itu keluarlah Dymash dari ruang ujian."Eh tuh tuh bang Dymash keluar. Udah samperin sana" ucap Melvy menyuruh Viany nyamperin Dymash.
"Tapi..." ucap Viany ragu

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Moveon
Teen FictionMove on.. Suatu hal yang sulit dilakukan jika seseorang sudah terlanjur sayang pada orang lain terlebih lawan jenis. Hal itu pula yang dirasakan Viany, ia sudah terlalu dalam memiliki perasaan dengan sahabatnya sendiri. Semua berawal saat datangnya...