Multimedia: Tampang songongnya Mauria Mahardika Sadewa.
*-----*
Zahra terbangun sedikit telat dihari minggu ini. Alasannya simpel saja, hanya karena gadis itu tidak akan melaksanakan sholat berjamaah dan mengaji di masjid karena sedang menstruasi ditambah lagi dengan tidak memiliki kegiatan dihari minggu pagi seperti ini.
Gadis itu mengikat rambut panjangnya yang berantakan sebelum akhirnya melongok karena tidak melihat Dika di kasur miliknya yang bahkan sudah terlihat rapi.
Sambil memikirkan soal kemana perginya si tomboy yang biasanya bangun lebih siang darinya itu, Zahra melangkah perlahan menuju kamar mandi dan segera saja membersihkan diri.
Setelah bergelut beberapa menit di kamar mandi, gadis cantik itu hampir saja terjungkal gara-gara menemukan si tomboy terlihat berkeringat dengan hanya mengenakan sport bra dan juga celana training menutupi tubuhnya yang terlihat menggoda.
Astaghfirullah! Apa maksudnya itu? Menggoda?
Zahra menggelengkan kepalanya supaya pemikiran nyelenehnya hilang dari sana. Gadis cantik itu kemudian melangkah mendekat pada si tomboy untuk bertanya "Kamu habis dari mana?" Zahra bisa melihat bahwa si tomboy masih kesulitan mengatur napas namun ia berusaha menjawab meskipun napasnya masih panjang-pendek "Lari pagi" ujarnya dengan napas terengah.
"Tumben?" ujar Zahra sambil lalu melangkah menuju sisi kasurnya untuk segera memakai baju.
Zahra bisa mendengar satu kekehan terlontar dari si tomboy saat gadis itu meluncurkan handuknya lantas segera memakai pakaiannya dengan cepat "Memang biasanya juga begini, Khumaira. Kamu aja yang nggak tahu kalau aku suka olahraga" jawaban itu membuat si cantik jadi melirik ke belakang tubuhnya hanya untuk mendapati tubuh Dika yang sedari tadi dihindari oleh matanya itu tertangkap basah olehnya.
"Kamu bisa tutupin aurat kamu nggak? Itu sedikit mengganggu" protes Zahra yang justru membuat Dika jadi mendekat padanya dengan disertai senyum menyungging yang akan membuat siapapun menggila.
Gadis tomboy itu kemudian terkekeh sebelum akhirnya melempari sedikit candaan anti mainstream pada si cantik "Aku tahu kalau aku terlihat sangat menggoda" dan godaan itu nyatanya membuat Zahra jadi menempeleng Dika dengan segera.
"Woah, don't be aggressive" ujar si tomboy lagi-lagi dengan ekspresi menggoda "Kita bisa main pelan-pelan kok" dan lanjutan godaan dari si tomboy yang tidak tahu diri itu membuat Zahra jadi menjitak kening milik si tomboy dengan segera.
Dika hanya bisa mengaduh saat tubuhnya menjadi sasaran empuk dari kejahatan Zahra, gadis tomboy itu bahkan tidak berniat untuk menghindar bahkan sedikitpun dari setiap siksaan yang diberikan sobat sekamarnya karena merasa bahwa dirinya memang berhak untuk mendapatkan semua tindakan kekerasan ini.
Zahra menyerah. Selain karena si tomboy tidak merasakan serangannya sedikitpun, gadis cantik itu juga kehabisan napas karena harus mengejar langkah jenjang milik Dika ke seluruh ruangan yang sebenarnya cukup luas. Akhirnya, gadis cantik itu terduduk dan membiarkan Dika mengejeknya di ujung ruangan yang lain.
Zahra hanya bisa mengumpat kecil "Mentang-mentang jago lari!" dan cibiran itu nyatanya membuat si tomboy mendekat dan menepuk pucuk kepala milik Zahra yang membuat debaran tidak wajar di dalam dada miliknya "Makanya, jangan so-soan" dan senyuman menyungging itu membuat Zahra terpana hanya dalam beberapa detik setelahnya.
Ya Allah, apa yang salah denganku? Bisik gadis cantik itu di dalam kepalanya.
*--BIG SIN 2019 by Riska Pramita Tobing--*
Tidak tahu harus melakukan apa lagi setelah semua peralatan sekolahnya disiapkan dan waktu masih menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi, gadis cantik itu pun hanya bisa bersantai di atas kasurnya sambil mebaca novel pemberian dari Dika tadi.
Tanpa bisa menolak, Zahra sedikit tertarik dengan alur cerita yang disuguhkan salah satu penulis yang berani mengambil cerita sangat langka dari yang lainnya. Cerita soal kaum LGBT yang memang masih dilarang di Indonesia sampai detik ini.
Gadis cantik itu berbaring terlentang setelah sedari tadi tengkurap. Sedikit terperanjat kaget karena mendapati gerakan di sampingnya, Zahra kemudian dikejutkan dengan wajah menawan milik Dika yang sedang menyerahkan satu senyuman manis padanya.
"Kamu dapat novel kayak gini dari mana sih? Kok bisa-bisanya" runtuk gadis cantik itu namun tetap saja membaca buku di tangannya yang baru saja ia umpati.
Sedikit mendekat pada Zahra, Dika kemudian ikut membaca beberapa kosa kata manis yang tertulis di sana namun tetap memberikan jawaban pada si gadis cantik karena ia tahu kalau gadis feminim itu masih menunggu mulutnya untuk terbuka "Teman lama yang ngasih aku novel itu. Aku juga nggak tahu dia dapat dari mana"
Zahra melirik hanya untuk menubrukkan iris mata mereka yang memiliki warna hampir serupa. Tanpa bisa menahan diri, gadis itu menyerahkan senyum pada si tomboy yang tentunya membuat Dika sendiri jadi menyerahkan senyum manis padanya "Menurut kamu, LGBT itu mungkin terjadi nggak sih?"
Pertanyaan itu membuat si tomboy kembali menatap pada novel romantis yang mengapung di dekat wajah miliknya dan milik si cantik "Banyak sekali yang sudah membuktikan bahwa LGBT itu memang ada. Bahkan, di Indonesia sendiri kaum seperti mereka itu sudah merajarela"
Novel yang tadinya melayang karena di genggam oleh Zahra itu jadi turun karena si cantik justru membalikkan badan untuk memfokuskan pandangannya pada si tomboy "Bukannya di Indonesia LGBT itu illegal ya?"
Dika mengangkat bahu sebelum akhirnya melontarkan jawaban "Mereka itu jatuh cinta, Khumaira. Bukan memilih cinta. Begini deh, kalau kamu jatuh kan kamu nggak bisa milih untuk jatuh di tempat tidur, kamu bisa jatuh dimana saja dan kapan saja dengan alasan apa saja. Begitu juga dengan perasaan cinta yang datang tanpa memikirkan dia itu siapa, apa, atau bagaimana"
"Jadi, kalau semisalkan kamu jatuh cinta sama sesama perempuan, kamu akan membiarkan itu terjadi meskipun kamu tahu itu illegal dan juga haram di agama kita?"
Sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan secara muntahan itu, Dika sempat menampakkan ekspresi tidak terima sampai kemudian ia tersadar kalau hal ini memang janggal adanya.
Meskipun gadis tomboy itu sudah tahu kalau ia tidak bisa memilih untuk jatuh cinta kepada siapa, ia tetap saja tidak bisa seenaknya karena Tuhannya telah mengajarkan pada mereka tentang hal itu.
Adam bisa berpasangan dengan Hawa, lantas kenapa sekarang banyak kaum Hawa yang mencintai sesama jenisnya ataupun sebaliknya?
Meskipun begitu, Dika menyerahkan jemari panjangnya untuk membingkai wajah cantik milik Zahra dan kemudian mengusapnya lembut "Aku akan membiarkan cinta itu tumbuh bahkan meskipun hukum dan agamaku melarangnya. Karena jika saja aku bisa memilih untuk jatuh cinta, maka akan kupilih orang lain yang memang bisa bersamaku, mungkin itu akan lebih mudah Khumaira" dan Zahra hanya bisa terpejam menikmati setiap desiran darah hangat di dalam kulitnya yang disentuh jemari milik si tomboy.
*-----*
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN (COMPLETED)
Teen Fiction"Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan perasaan cinta ini tumbuh pada seorang hamba yang bahkan tidak bisa aku cintai?" BIG SIN by Riska Pramita Tobing