BIG SIN - Ten

1.8K 80 16
                                    

Multimedia: Pencak silat perisai diri indonesia

*-----*

               PASKIBRA, PKS, PRAMUKA, PMR, pecinta alam, IREMA (Ikatan Remaja Masjid), dan bahkan beberapa ekstrakulikuler lain sudah tampil di lapangan. Namun, Zahra masih tidak bisa melihat para atlet pencak silat sekaligus Dika dari semenjak pementasan dimulai.

Zahra sempat khawatir bahwa mungkin saja pencak silat tidak akan ditampilkan oleh sekolah, namun ternyata gadis cantik itu harus dikecewakan dengan pemandangan senyum manis milik Dika di kejauhan sana.

Gadis tomboy yang adalah kawan sekamarnya itu sudah terlihat rapi di dalam balutan seragam pencak silatnya yang terlihat baru, kerudung yang ia kenakan dimasukkan ke dalam seragamnya sehingga Zahra bisa melihat bahwa ada logo perisai diri disertai sehelai kain berwarna hijau di dada sebelah kirinya –yang Zahra tidak ketahui apa artinya.

Zahra sedikit terkejut saat menyadari bahwa gadis tomboy itu membawa double stick di tangannya dan ia mendadak cemas karenanya.

Apa Dika akan tampil dengan itu? Dan pertanyaan itu terjawab cepat saat ia melihat beberapa atlet pencak silat yang rata-rata adalah kakak kelas di sekolah dengan Dika di antara mereka maju dengan barisan rapi ke tengah lapangan.

Mengambil napas panjang saat ia melihat Dika berbaris di paling depan dengan double stick di antara salah satu tangannya, gadis cantik itu kemudian bisa melihat Dika menegapkan tubuhnya sebelum akhirnya berteriak cukup kencang "Salam bunga sepasang up!" sedikit tersentak karena Zahra tidak menyangka bahwa suara serak milik Dika ternyata bisa terdengar keras sampai sejauh ini, Zahra kemudian hanya bisa melihat si tomboy melakukan aksinya dengan jantung berdebar.

Zahra hampir saja menjatuhkan dagunya saat ia melihat gerakan cepat mereka yang bertenaga. Ia tidak sanggup melihat ini semua. Bagaimana jika mereka melukai Dika? Gadis itu sempat cemas beberapa kali namun kemudian membuang perasaan cemas tak bergunanya begitu saja karena ia bisa melihat bahwa Dika bergerak lebih cepat dari siapapun yang menyerangnya. Gadis cantik itu bisa bernapas lega sekarang.

Baru saja Zahra bernapas lega karena Dika tampak selesai dengan maneuver berbahanyanya, gadis cantik itu kemudian dibuat cemas kembali saat ia melihat Dika membawa beberapa batu bata dan meletakannya di tengah lapangan lalu kemudian menempatkan tinjunya di sana.

Jangan bercanda! Itu batu bata, Mauria! Bentak Zahra di dalam kepalanya tidak mengizinkan apapun yang akan dilakukan si tomboy setelahnya, dan pemikiran terburuknya terjadi saat gadis tomboy itu benar-benar menghancurkan tumpukan batu bata tersebut hanya dalam satu kali pukulan, hal yang tentunya membuat Zahra jadi bersender tidak kuat pada tembok di belakangnya.

Sudah! Cukup! Sudah! Hentikan semua ini! Zahra tidak sanggup! Teriak gadis cantik itu di dalam kepalanya. Namun ternyata, semuanya belum berakhir. Gadis cantik itu disuguhi penampilan terakhir dari Dika yang membawa samurai di tangannya.

Ayolah! Ini sama sekali tidak lucu, Mauria! Pikir gadis cantik itu kemudian.





*--BIG SIN 2019 by Riska Pramita Tobing--*





               Proses pelajaran tidak terjadi setelahnya karena pihak sekolah memerintahkan kepada semua siswa dan siswi mereka untuk ikut kepada *minimal salah satu dari banyaknya ekstrakulikuler yang disuguhkan oleh sekolah, hal yang ternyata sangat membuat Zahra bahagia karena pelajaran hari ini adalah pelajaran yang dipenuhi Dika di dalamnya, pikir gadis cantik itu kemudian.

Masih berdiam diri tanpa bisa memutuskan untuk memilih ekstrakulikuler apa yang sekiranya harus ia pilih, gadis cantik itu kemudian dikejutkan dengan tepukan ringan di atas bahunya yang membuat Zahra jadi otomatis melirik pada siapapun yang sudah mengejutkannya.

Zahra bisa melihat Dika berdiri dengan senyum merekah dari satu telinga ke telinga yang lain, membuat Zahra berpikir bahwa senyuman seperti ini biasanya disuguhkan Dika untuk menggoda "Bagaimana penampilanku?" ujar gadis tomboy itu dengan alis yang terangkat satu. Apa Zahra bilang, gadis tomboy itu menggodanya.

Zahra menggeleng enggan untuk berkomentar karena sepanjang penampilan yang diberikan Dika kepadanya tadi membuat jantung milik gadis cantik itu menggila "Ada yang salah?" ujar gadis tomboy itu sambil lalu berlutut di hadapan Zahra dan mengusap pipi tembam milik si cantik beberapa saat.

Menarik napas panjang saat gadis cantik itu merasakan bahwa sentuhan milik Dika ternyata semakin mempengaruhinya, Zahra kemudian menepis lembut usapan Dika dari sana dan kemudian menyunggingkan senyum kecil lalu menjawab "Kamu hampir membuatku mati serangan jantung, Mauria" dan dengan pengakuan itu, Dika menyunggingkan senyum menggodanya lagi.

Sial.

"Kamu mengkhawatirkanku?" dan Zahra terpejam enggan mengakui saat ia dilempari nada menggoda itu dari si tomboy.

Sempat mengira bahwa si tomboy akan menghajarnya dengan berjuta godaan seperti sebagaimana yang biasanya ia lakukan, Zahra kemudian membuka mata saat ia merasakan satu usapan kecil di pucuk kepalanya yang disertai ujaran dengan nada serius yang berkata "Aku baik-baik saja" hal yang tentunya membuat Zahra jadi membuka mata hanya untuk mendapati bahwa Dika tengah memberikan senyum bersungguh-sungguh di dalam ekspresinya.

Tanpa bisa menahan diri, Zahra menghambur memeluk gadis tomboy di hadapannya lantas melepaskan perasaan tidak tentu di dalam dirinya.

Ada perasaan semacam tidak ingin di dalam diri Zahra. Gadis cantik itu tidak ingin melihat sesuatu yang buruk terjadi pada gadis tomboy yang kini ada di dalam dekapannya, ia ingin menjaganya.

"Awas kalau terjadi sesuatu sama kamu. Aku nggak akan ngampunin kamu!" ujar gadis cantik itu dengan nada menuntut selagi melepaskan pelukan di antara mereka karena sudah banyak orang yang mulai menatap heran pada keduanya.

Zahra bisa melihat Dika memberikan senyum manis padanya "Aku berusaha untuk baik-baik saja, Khumaira" jawab gadis tomboy itu sebelum akhirnya menarik gadis cantik itu untuk berdiri dari semen lapangan yang kotor.

Zahra melirik enggan pada tangan milik si tomboy yang ternyata terlihat merah, gadis cantik itu kemudian mengambil salah satu di antara keduanya dan menggenggamnya hanya untuk mendapati bahwa tangan milik si tomboy ternyata berdenyut cukup kuat "Kamu yakin kalau kamu baik-baik saja?" ujar Zahra ingin memastikan lagi untuk yang kesekian kalinya meskipun ia bisa melihat bahwa si tomboy memang tidak cedera.

"Aku baik-baik saja, Khumaira" dan senyum serta jawaban meyakinkan itu menjadi penutup perbincangan kekhawatiran berlebih milik Zahra karena Dika kemudian membawa gadis cantik itu kepada kerumunan para atlet pencak silat yang tadi menampilkan ekstrakulikuler mereka dengan sempurna.

Tidak mengerti dengan apa maksud si tomboy yang menggusurnya ke teman seperguruannya, Zahra kemudian dikejutkan dengan lilitan lengan kuat milik Dika yang tiba-tiba saja melindungi dirinya "Yo! Guys!" ujar Dika dengan suara keras membuat semua orang jadi menatap pada mereka berdua.

Zahra bisa melihat salah satu gadis di antara mereka menghampiri dengan senyum manis "Wah, cantik. Dika emang pinter cari cewek" celetuk gadis itu sembarangan membuat Dika jadi menghadiahinya satu tendangan candaan di betis si perempuan.

"Aku mau kalian jaga dia kalau aku lagi nggak ada. Jangan biarin siapapun deketin dia tanpa sepengetahuan aku, okay!" dan dengan itu Zahra melemparkan pandangan bertanya pada si tomboy. Apa maksudnya ini?

*-----*

Riska Pramita Tobing.

BIG SIN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang