Multimedia: Hold my hand, Mauria
*-----*
Zahra memajukan bibir bawahnya saat ia di jemur diantara sinar matahari pagi yang sedang semangat menyinari. Gadis cantik itu bahkan ingin mengumpat sejadi-jadinya saat ia melihat bahwa Dika bisa enak-enakan duduk di atas teras sekolah yang terjauh dari sinar matahari sementara dirinya sedang melakukan push up di lapangan yang terasa panas ini.
Sial. Ujar gadis cantik itu di dalam kepalanya.
Kalau saja diingat, semalam Dika dan Zahra mengikis semua kejanggalan yang ada diantara keduanya. Mereka melupakan bagaimana Tuhan mereka melarang perbuatan mereka semalam. Bukan hanya itu, Zahra juga melupakan janjinya di masa lalu saat berkata bahwa ia akan menjaga tubuhnya untuk siapapun jodohnya nanti. Lalu, ditambahi dengan tidak ada lagi istilah bahwa kejanggalan yang mereka lakukan semalam itu adalah salah belaka membuat Zahra tidak percaya kalau sekarang semua itu kembali ada.
Dika kembali menjadi guru silatnya dan kemudian Zahra kembali menjadi muridnya yang bisa saja dihajar habis-habisan oleh Dika sendiri jika saja Zahra sengaja menghapus status guru dan murid antara dirinya dan Dika. Hal itu tentunya membuat Zahra kesal seketika. Bagaimana bisa mereka menjadi orang yang tidak saling kenal di siang hari dan kemudian menjadi sepasang kekasih dikala malam datang menghampiri bumi?
"KHUMAIRA!!!" Zahra tersentak saat ia mendengar namanya diujarkan dengan keras dari kejauhan. Gadis cantik itu kemudian melirik pada semua anggota pencak silat yang sudah berdiri dengan rapi sementara dirinya masih telengkup di atas rumput lapangan.
"Apa kamu tidak memperhatikan?" ujar Dika sambil lalu melangkah mendekati Zahra dengan tampang yang mengeras.
Zahra memejamkan matanya seperti sedang menghitung dari satu sampai tiga sebelum akhirnya gadis cantik itu memutuskan untuk membuka matanya dan menatap gadis yang semalaman tadi bergelut dengannya di atas kasur. Astagfirullah! Apa yang salah dengan Zahra sekarang? Kenapa dia jadi terdengar sangat cabul?
"M.. maaf" balas Zahra sedikit segan pada ekspresi tegas milik Dika yang diserahkan kepadanya.
Zahra bisa melihat kalau Dika mengeraskan rahangnya dan hal itu membuat si cantik mau tidak mau jadi tunduk karenanya. Zahra tahu kalau gadis tomboy itu tidak suka dengan apapun yang baru saja dilakukan gadis cantik itu, dan sekarang Dika tengah marah kepadanya karena mencampuradukkan hubungan mereka di siang dan malam harinya.
"Fokus" ujar Dika seraya mengangkat dagu milik Zahra agar gadis cantik itu memandang lurus padanya.
*BIG SIN 2020 by Riska Pramita Tobing*
Zahra terduduk di deretan paling depan saat sedang diadakan tes hafalan kitab, beda halnya dengan Dika yang memilih untuk duduk di paling akhir deretan karena gadis tomboy itu belum hafal betul dengan apa yang seharusnya ada di dalam otaknya sejak beberapa hari yang lalu.
Setelah Zahra selesai di tes, gadis cantik itu kemudian berlalu meninggalkan Dika yang tengah memasang wajah memelas yang meminta pertolongan padanya.
Jujur saja, Zahra tidak bisa berkata tidak pada wajah memohon milik si tomboy. Selain karena Dika tidak pernah mengeluarkan ekspresi selucu itu, Dika juga memiliki daya tarik sendiri jika saja gadis tomboy itu memohon dengan ekspresinya yang mampu membuat Zahra ingin mengabulkan apapun yang diinginkan si tomboy.
Namun, Zahra menutup mata hatinya yang berkata kalau ia harus membantu si tomboy dengan egonya. Jika saja Dika ingin memiliki hubungan yang berbeda diantara siang dan malam mereka, maka Zahra juga bisa melakukan hal yang sama.
Boleh dibilang ini adalah sebatas pembalasan belaka karena Zahra tidak rela ditatap dengan mata tajam si tomboy saat di lapangan. Maka sekarang, jangan salahkan Zahra jika gadis cantik itu lebih memilih untuk melengos begitu saja dari hadapan Dika dan membiarkan gadis tomboy itu memelas di sana. Karnasanya, Zahra juga tidak ingin jika hanya Dika yang bisa mengontrol dirinya.
*--*
"Ada apa denganmu?!" ujar si tomboy setelah ia membuka hijabnya di hadapan Zahra. Hal yang tentunya membuat si cantik jadi mengerutkan kening karena Dika bahkan tidak mengucapkan salam padanya dan justru mendampratnya dengan pertanyaan bernada sentakan "Ada apa bagaimana?" jawab Zahra mengembalikan pertanyaan dari gadis tomboy itu.
Dika menampakkan ekspresi keras miliknya "Kenapa kamu meninggalkanku sendirian di masjid?" dan pertanyaan itu membuat Zahra menggulingkan bola mata ke belakang karena bosan "Kamu bahkan membentakku setiap saat kami latihan silat, Mauira!" balas si cantik sehingga membuat Dika semakin mengeraskan ekspresinya "Karena aku memang dituntut untuk tegas kepada semua muridku, bahkan meskipun itu kamu!"
Zahra terkekeh sarkastik "Kamu pikir para Ustadzah akan membiarkan aku tidak tegas pada murid yang tidak bisa diatur sepertimu?" ujar gadis cantik itu dengan nada menyindir yang tepat.
Ujaran itu membuat si tomboy terkekeh kecil "Jadi kita akan menjadi seperti ini, Khumaira?"
"....."
"Saling tidak mengetahui di siang hari lantas kemudian tiba-tiba saja menjadi sepasang kekasih di malam hari?"
"....."
"Begitu maumu?!!" bentak Dika yang membuat Zahra sedikit meringsut karena ada perasaan takut datang padanya.
"Bukankah itu inginmu, Mauria?" ujar si cantik dengan suara serak yang sedikit gemetar karena ragu.
"....." Dika terdiam di tempat, gadis tomboy itu hanya membiarkan si cantik menegapkan tubuh di hadapannya dan menatap lurus pada manik matanya yang mencari penjelasan dari gadis cantik di hadapannya.
"Kamu yang membuatku jatuh hati padamu sehingga aku melupakan tugas Tuhanku yang berkata bahwa aku tidak bisa jatuh hati pada mahluk sesamaku. Kamu yang membuatku masuk ke dalam pesonamu meskipun aku sudah berusaha sekeras mungkin untuk tidak masuk kesana. Kamu yang berhasil menggoda hatiku untuk memberikan kepercayaan padamu meskipun kamu tidak pantas untuk aku percayai. Kamu yang memulai ini semua, Mauria" isakan Zahra terdengar begitu jelas diantara gendang telinga milik Dika dan itu lebih menyiksanya dari apapun yang ada di atas dunia ini.
Ucapan Zahra benar adanya. Bukan gadis cantik itu yang memulai ini semua, melainkan dirinya yang menyeret si cantik untuk memasuki dunia miliknya.
Zahra bahkan tidak pernah tahu menahu akan dunia yang dimiliki oleh Dika, dan sekarang? Mendapati bahwa gadis cantik itu berani memperosokkan diri ke dalam dunia miliknya hanya karena dirinya membuat gadis tomboy itu merasa bahwa dirinya adalah bajingan kelas kakap yang menyesatkan orang se suci Zahra dan membawa gadis itu ke dalam dunia gelapnya.
Apa yang sebenarnya tengah ia lakukan?
Kenapa ia melakukan semua ini?
Bagaimana mungkin Dika menengadah sombong dengan sikap bodohnya?
Sekarang, gadis tomboy itu tahu kalau apapun yang dilakukannya pada Zahra adalah salah belaka. Dia telah lancang mengenalkan dunia asing pada si cantik polos yang tidak tahu apa-apa dan Dika harus berhenti sebelum semuanya semakin mendalam.
*-----*
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN (COMPLETED)
Teen Fiction"Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan perasaan cinta ini tumbuh pada seorang hamba yang bahkan tidak bisa aku cintai?" BIG SIN by Riska Pramita Tobing