Multimedia: Tampang sangar Mauria Mahardika Sadewa.
*-----*
Dika melirik kecil saat gadis tomboy itu bisa merasakan sepasang mata menatapnya dengan intens, gadis tomboy itu kemudian memberikan senyum kecil pada gadis cantik yang sedang menahan dagu dengan kedua tangannya sambil menatapnya dari dekat.
Malam sudah larut, tapi mereka masih terjaga untuk mengerjakan tugas bersama dan Zahra hanya menatap Dika sedari tadi tanpa membantunya sama sekali.
Pemikiran itu tentu saja membuat si tomboy jadi ingin menoyor wajah cantik yang mengganggunya karena Dika merasa ingin menguburkan bibir miliknya di bibir milik Zahra yang terlihat ranum menggoda. "Kamu ini sebenarnya mau membantuku atau tidak?" karena ujaran itu, Zahra jadi terkekeh sambil lalu melepaskan pandangannya dari wajah tegas milik Dika.
Sambil mulai kembali menatap tulisan rapi milik Dika yang terbubuh di atas kertas polio, Zahra mengambil pensil untuk menandai beberapa kalimat yang akan ditulis oleh si tomboy dari buku paket mereka. "Sebenarnya aku ingin membantu. Tapi kamu menggangguku" jawab Zahra sambil tetap mencari kalimat penting dari buku di hadapannya.
Dika mengankat pandangan dari tulisannya saat ia mendengar jawaban bernada tuduhan dari si cantik, hal yang tentunya membuat Dika jadi ingin memprotes apapun yang di ucapkan si cantik padanya karena itu melupakan kesalahan besar "Aku duduk di sini. Menulis rangkuman dari buku sejarah kerajaan islam disaat kamu terdiam dan memelototiku sepanjang waktu. Bagaimana mungkin aku bisa mengganggumu?" jelas Dika secara pelan dan teliti.
Karena penjelasan itu, Zahra terkekeh kecil "Bagaimana kamu bisa menggangguku, Mauria?" ulang si cantik yang di jawab Dika dengan anggukan sehingga membuat Zahra jadi mengangkat jemari untuk menyebutkan apa yang sedari tadi ada di dalam kepalanya.
"Pertama, kamu terlalu dekat denganku dan aku butuh ruangan lebih karena kepanasan" gadis cantik itu mengangkat telunjuknya sebagai tanda satu.
"Kedua, wajahmu terlihat menggemaskan dengan rahang berkedut dan bibir tercetak lurus yang kadang-kadang berkedut sehingga membuatku memikirkan sesuatu yang lain" lanjutnya sambil mengangkat jari yang lain.
"Ketiga..." belum sempat Zahra menambahkan protesannya, ia dapat merasakan satu buah kecupan lembut di bibirnya.
Dengan segera, hatinya membuncah kegirangan saat merasakan berjuta kupu-kupu di dada dan perutnya. Apalagi ditambahi dengan perasaan hangat yang datang menjalar dari mulai telapak kaki sampai dengan ujung kepalanya dan yang bisa Zahra lakukan hanyalah mengangkat tangan untuk menarik belakang leher milik Dika karena ada hasrat tidak menentu yang membuatnya ingin lebih rapat dengan si tomboy.
No! tiba-tiba gadis di dalam kepala Zahra berteriak kencang untuk menolak keinginan hatinya, membuat Zahra mau tak mau jadi melepaskan bibir miliknya dari bibir basah milik Dika yang tampak masih ingin untuk membalutnya "Astagfirullah" bisik Zahra saat bibirnya terpisah dari Dika sehingga membuat gadis tomboy itu melirik padanya dengan pandangan meminta maaf.
"Aku.."
"Tidak usah dibahas. Karena aku juga membalas ciumanmu"
*BIG SIN 2020 by Riska Pramita Tobing*
Zahra mencoba untuk tetap duduk dengan tenang meskipun Dika tengah melihatnya di kejauhan. Sambil tetap mencoba fokus pada salah satu teman dari ekstrakulikulernya semasa SMP, Zahra mengunyah bakso dengan cita rasa tawar yang ada di hadapannya "Kamu liatin apa sih? Dari tadi tatapannya kok nggak fokus ke aku?" ujaran dari si lelaki yang ada di hadapannya membuat Zahra jadi melepas pandangan dari Dika dan kemudian menatap baksonya yang ingin sekali ia bubuhi dengan berbagai macam saus yang sedari tadi menggoda imannya.
Tangan milik Zahra sempat melayang untuk mengambil satu saus dari dekat si pemuda sebelum akhirnya ia mendapati tatapan tegas dari Dika yang bisa ia lihat dengan jelas meskipun nyatanya Zahra sudah mencoba untuk menghiraukan si tomboy. Karena ragu, Zahra kembali menaruh tangannya di atas garpu sebelum akhirnya ia mendapati bahwa Rifal memberikan saus yang hampir di jangkaunya ke hadapan si cantik.
"Bilang dong kalau mau saus. Gitu aja susah" ujar Rifal dengan disertai kekehan di akhir katanya.
Zahra jadi salah tingkah dengan tingkah sobatnya ini "Terimakasih. Tapi kayaknya hari ini aku nggak makan pedas dulu" dan Zahra justru mendorong saus itu jauh-jauh.
Rifal justru tertawa keras karena tingkahnya "Zahra.. Zahra" ujarnya diantara tawanya yang renyah "Aku itu kenal kamu dari semenjak kita masuk PMR sama-sama. Dari dulu, kamu nggak pernah absen sekalipun untuk makan makanan pedas. Dan sekarang? Mendapati bahwa kamu enggan untuk menyentuh saus sedikitpun rasanya sangat aneh"
Benar apa yang dikatakan Rifal padanya. Lelaki dengan paras imut yang bahkan banyak diidamkan oleh para perempuan itu sering sekali menjajani penganan bercita rasa pedas untuknya karena Zahra memang tidak pernah absen untuk menambahkan saus pada apapun yang ia makan. Rasanya Zahra juga ingin tertawa karena Dika berhasil membuat dirinya menurut dengan keinginan si tomboy padanya.
Padahal, Rifal dan teman-temannya yang lain sudah terlalu sering memberitahu padanya bahwa makanan bercita rasa pedas itu tidaklah sehat jika terlalu sering dikonsumsi. Dan Zahra ditampar dengan kenyataan dimana Dika hanya meminta satu kali untuk menghentikan kebiasaan buruknya sehingga ia benar-benar menututi apa kemauannya.
Gila.
Bagaimana mungkin gadis tomboy itu melakukannya? Runtuk Zahra di dalam kepalanya.
"Zahra?!!" Zahra tersentak saat ia mendapati satu tepukan ringan di punggung tangannya. Gadis itu kemudian mendapati satu sendok saus sudah dimasukkan Rifal pada kuah baksonya sehingga membuat Zahra menelan ludah karena gemuruh itu datang secara tiba-tiba.
"Loh? Kok dimasukin sih sambalnya?" ujar Zahra mencoba untuk protes meskipun sebenarnya ia ingin untuk melakukan hal itu sedari tadi.
Rifal terkekeh sebelum menjawab dengan nada menyebalkan "Habis dari tadi lihatin sambal terus. Kasihan sambalnya kalau cuma dikasih harapan palsu" dan karena itu, Zahra jadi tertawa dengan cukup keras.
Sambil mencoba menutupi tawanya yang sepertinya mengganggu kebanyakan orang di kantin sekolah ini, Zahra menyerahkan mangkuk bakso pada Rifal serta berbisik "Aku dimarahin kalau makan pedas"
"Hallah.. basi amat kamu!" ejek si pemuda, lagi untuk kesekian kalinya. "Dari dulu kumarahi juga tetep aja makan pedas kok" Rifal masih asik mengganggu si cantik sehingga membuatnya cemberut habis-habisan.
"Karena yang memarahinya saya jadi dia nurut" Rifal dan Zahra melirik bersama-sama pada suara berat yang tiba-tiba saja datang menghampiri keduanya sehingga membuat tawa Rifal berhenti saat itu juga.
"E.. ehh Kak Dika, mm.. maaf"
Dika mengangguki apa yang diujarkan si pemuda padanya sebelum akhirnya melirik tidak suka pada mangkuk berkuah merah milik Zahra "Kamu boleh pergi. Sudah selesai kan makannya?" ujar gadis tomboy itu kemudian.
"Mauria? Apa sih? Kok ngegaggu?" protes Zahra yang kemudian dihadiahi tatapan tajam dari si tomboy padanya yang otomatis menbuat Zahra jadi menunduk takut karenanya.
"Eh.. nggak papa kali Ra, lagian aku udah selesai" Rifal segera bangkit dari tempat duduknya sambil lalu berpamitan pada keduanya sehingga memaksakan Zahra harus berhadapan dengan Dika yang sepertinya marah akan sesuatu.
Sial. Umpat si gadis cantik di dalam hatinya.
*-----*
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN (COMPLETED)
Teen Fiction"Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan perasaan cinta ini tumbuh pada seorang hamba yang bahkan tidak bisa aku cintai?" BIG SIN by Riska Pramita Tobing