BIG SIN - Eleven

1.7K 75 0
                                    

Multimedia: Mauria Mahardika Sadewa

*-----*

               Zahra berusaha terpejam di antara detak jantungnya yang menggila. Tanpa gadis cantik itu sadari, waktu untuk tidur akhirnya tiba dan ia bisa melihat bahwa Dika sudah menikmati kasur miliknya, meninggalkan Zahra di dalam pemikiran tidak yakin untuk menidurkan dirinya di samping si tomboy karena ada perasaan ragu di dalam dadanya.

Semua pemikiran buruk sampai dan menggerogoti isi kepala milik Zahra saat ia melihat Dika terlelap manis di dalam mimpinya. Gadis cantik itu takut kalau-kalau ia mungkin saja memeluk si tomboy di alam bawah sadarnya ataupun sebaliknya. Ia tidak ingin.

Namun kemudian pemikirannya mempertanyakan ini semua. Sungguhkah Zahra tidak ingin utuk di peluk oleh tubuh tegap berisi milik Dika dan kemudian menikmati semua aroma manis dari tubuh si tomboy yang tidak pernah gagal untuk membuat gadis cantik itu jadi lebih nyaman karenanya? Bayangkan saja jika lengan-lengan panjang dan berisi milik Dika melindunginya dari semua yang ia takuti dan kemudian ia juga bisa menikmati setiap desiran yang akan ia dapatkan dari itu semua, betapa nyamannya...

Astaghfirullah!!

Zahra menampar dirinya ke alam nyata. Apa itu barusan? Apa ia baru saja mengimajinasikan betapa nyamannya sentuhan Dika dan efek dari semua itu? Apa ia baik-baik saja? Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Apakah benar bahwa ia jatuh hati pada gadis tomboy itu?

Apa ini?

"Khumaira..?" Zahra tersentak saat mendengar panggilan bernada serak itu keluar dari si tomboy, namun sentakannya justru membuat si tomboy jadi menarik lengan berisi miliknya lantas kemudian membawa gadis itu ke dalam pelukan hangat "Sudah malam, kamu harus tidur" ujar gadis itu dengan seruan lembut.

Ya Allah. Apa ini? Kenapa terasa nyaman sekali? Bagaimana mungkin Dika berhasil menghilangkan kecemasan Zahra hanya karena satu sentuhan lembut? Kenapa Dika bisa melakukan itu kepada tubuhnya?

Dalam diamnya, Zahra menelusuri setiap detail dari wajah cantik nan tegas milik Dika yang terlihat damai di dalam tidurnya.

Kedua matanya yang tertutup seolah menghilangkan sosok keras kepala dan tegas yang biasanya ditampilkan gadis itu ke dunia luar. Hidung mancungnya yang mengeluarkan napas teratur seolah menepis semua hal yang berhubungan dengan betapa tempramennya bocah tengil ini. Lalu kemudian, bibir berisinya yang sedikit terbuka.. "Khumaira, berhenti memandangiku. Kamu harus tidur" dan dengan itu Zahra mengumpat di dalam kepala.

Maka, meskipun Zahra kesulitan untuk mengatur debaran jantungnya yang menggila seperti genderang yang di tabuh saat akan melaksanakan perang, gadis cantik itu mencoba untuk terlelap. Berusaha untuk menenangkan semua akal yang tiba-tiba saja berkecambuk dengan semua perasaan anehnya pada gadis di hadapannya.



*BIG SIN 2019 by Riska Pramita Tobing*



               Zahra membuka mata hanya untuk mendapati bahwa seorang gadis tomboy yang semalaman memeluknya dan membuat ia merasa nyaman di dalam mimpinya itu berubah jadi guling berbalut sprey karakter dora emon.

Sambil terheran-heran dengan hilangnya Dika dari dalam pelukannya, Zahra kemudian mengangkat tangannya ke udara untuk merenggangkan semua ototnya yang beristirahat dengan baik sejak semalam.

Rasanya aneh tidak menemukan gadis tomboy itu di sisinya disaat Zahra tahu betul bahwa semalam Dika lah yang menuntunnya menuju alam mimpi "Oh, sudah bangun rupanya. Selamat pagi" sapaan bernada lembut itu membuat Zahra melirik pada Dika yang sedang sibuk mengeringkan rambut panjangnya, terlihat jelas bahwa gadis tomboy itu baru saja selesai mandi.

Sedikit mengucek matanya karena Zahra masih merasakan kantuk, gadis cantik itu kemudian menorehkan senyum sebagai balasan dari sapaan si tomboy padanya "Kamar mandi sudah siap kalau kamu mau bersih-bersih" ujar si tomboy tiba-tiba membuat Zahra jadi mengerutkan kening heran dengan sikap manis yang diberikan Dika padanya.

"Apa kamu sedang menjilatku agar aku ikut bergabung di perguruan pencak silatmu?" tampang Zahra terlihat menampakkan ekspresi heran yang tepat dan karena itu Dika jadi terkekeh sampai bahunya naik turun tak terkira. "Anggap saja begitu. Tapi, kalau kamu memang benar ingin tahu, aku bukan sedang menjilatmu. Namun merupakan tanda terimakasihku karena kemarin kamu sudah mengkhawatirkan keselamatanku"

Tanpa bisa menahan diri, Zahra memberikan senyum pada si tomboy dan langsung memberi gadis itu sedikit kecupan singkat di pipi "Jangan kira aku sedang menjilat. Kalau saja kamu tahu, itu tanda terimakasihku karena kamu mau berbaik hati padaku" dan dengan itu, Zahra beranjak menuju kamar mandi dengan perasaan tidak menentu masih menempel di dalam dadanya.

Dengan jantung yang masih berdebaran tak tentu alasan, Zahra masuk ke dalam kamar mandi untuk mendapati bahwa handuk miliknya sudah di cantolkan di sana, belum lagi air di dalam bak sudah penuh dan di tambah lagi dengan keadaan kamar mandi yang bersih tidak terkira "Apa dia bangun sepagi itu?" gumam si cantik sambil lalu membuka piyamanya dengan perlahan dan meletakannya di wadah cucian.

Sambil membasahi tubuhnya dengan perlahan, Zahra terpejam menikmati setiap perasaan segar yang menyentuh pori-porinya dan membuat Zahra merasa semangat entah karena apa. Gadis itu kemudian cepat-cepat melanjutkan kegiatan mandinya karena tidak ingin tertinggal berjamaah sholat subuh.

"Khumaira?" seruan dari luar kamar mandi itu membuat Zahra sempat behenti dari kegiatannya yang sedang menggosok gigi "Hmmm?" jawab gadis itu tanpa mampu mengeluarkan satupun kata karena sikat gigi sedang menyumpal mulutnya "Bisa tolong ambilkan plester?" meskipun mengerut karena tiba-tiba saja si tomboy memerlukan alat kesehatan, gadis itu tetap membuka pintu sedikit hanya untuk menyodorkan plester pada tangan si tomboy yang terlihat dilumuri dengan darah.

APA? DILUMURI DENGAN DARAH?!!!!

Dengan gerakan cepat tak terkira, Zahra berkumur lantas segera membungkus tubuh telanjangya dengan handuk lalu keluar hanya untuk mendapati bahwa si tomboy tengah meringis sambil memegangi telapak tangannya. "Astaghfirullah. Kamu kenapa, Mauria?" ujar gadis itu panik tak terkira sambil lalu kembali ke dalam kamar mandi untuk mengambil kapas, alkohol serta perban karena plester saja tidak akan mungkin cukup untuk menutupi ataupun mengobati luka sobek di tangan milik si tomboy.

 Kamu kenapa, Mauria?" ujar gadis itu panik tak terkira sambil lalu kembali ke dalam kamar mandi untuk mengambil kapas, alkohol serta perban karena plester saja tidak akan mungkin cukup untuk menutupi ataupun mengobati luka sobek di tangan milik s...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun dengan tangan bergetar takut dan tidak yakin, Zahra terduduk di hadapan Dika dan memegang tangan kanan milik si tomboy untuk melihat seberapa besar luka yang di alaminya.

Sambil meringis karena mendapati luka sobek yang cukup besar di sana, Zahra kemudian menuangkan alkohol pada kapas dan segera mengobati luka itu tanpa lupa masih bertanya-tanya "Kenapa bisa sampai begini sih?" ujar si cantik dengan tangan bergetarnya yang berusaha menghentikan pendarahan dari tangan si tomboy.

"Tadi, lemari punya kamu hampir jatuh karena tersenggol. Terus, aku tahan supaya lemarinya kembali ke tempat semula. Tapi ternyata ada kayu tajam di sana dan merobek telapak tanganku" jelas si tomboy dengan sedikit ringisan tertahan saat Zahra kembali menuangkan alkohol ke atas tangannya.

"Dasar ceroboh!" omel si cantik sambil lalu melanjutkan ocehannya dengan disertai tampang khawatir tak terkira "Ingat kan kalau aku sempat bilang kalau terjadi sesuatu sama kamu aku akan menghajar kamu, eh?" dan Dika terkekeh sedikit saat melihat tangannya sudah di balut rapi dengan perban.

"I would like to see it" dan Zahra melemparkan senyuman ketus saat mendapati bahwa si tomboy masih saja menggodanya meskipun dalam situasi seperti ini.

*-----*

Riska Pramita Tobing.

BIG SIN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang