Multimedia: Hold my hand, and never let it go, Mauria.
*-----*
Zahra mengambil napas panjang saat gadis itu sudah menyelesaikan semua ujian kenaikan tingkatnya dengan cukup baik. Meskipun yakin bahwa ia tidak akan mendapatkan nilai yang sempurna dalam ujian ini, gadis feminim itu tetap saja bersyukur utuk bisa melaksanakan ujiannya dengan baik.
Terduduk diantara banyaknya peserta ujian yang lain, Zahra kemudian mengambil napas panjang saat ia melihat Dika berjalan ke tengah-tengah lapangan sambil membawa beberapa lembar kertas di tangannya.
Sambil memikirkan apapun yang akan dilakukan si tomboy, Zahra mengipasi wajahnya yang kepanasan karena matahari sudah berada tepat di atas kepalanya "Kapan semua ini akan berakhir?" bisik Zahra saat ia melihat Dika membawa microphone dan terduduk di kursi yang sudah disediakan salah satu anggota cakel keluarga *Anggota pencak silat perisai diri yang sudah memakai sabuk berwarna merah.
Dika terlihat mengambil napas sebelum akhirnya memulai dengan mengucapkan salam "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" gadis itu menyipitkan mata saat melihat pada para anggota perisai diri karena sinar matahari mengganggu penglihatannya.
Zahra memberikan senyum pada si tomboy meskipun gadis itu tahu bahwa senyumnya tidak akan dilihat "Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" balas para anggota serempak.
Dika menatap lurus pada kertas di tangannya sebelum akhirnya mengurut kening seperti terlihat pusing, hal yang tentunya membuat Zahra jadi merasa khawatir sebelum akhirnya si tomboy menyerahkan microphone yang sedari tadi di tangannya itu pada salah satu anggota cakel keluarga "Yang di belakang bisa mendengar suara saya dengan baik?" ujar gadis tomboy itu dengan berteriak.
"Ya" balasan dari barisan belakang itu membuat si tomboy mengacungkan jempol sebagai balasan.
"Untuk lulus dari ujian kenaikan tingkat, tentu saja para juri menetapkan nilai yang harus kalian dapatkan dari semua hal yang sudah kami ujikan pada kalian. Nilai minimal yang harus kalian dapatkan adalah 750 poin dan ada enam orang yang tidak bisa mendapatkan nilai yang sudah panitia tentukan"
Zahra menarik napas panjang saat mendengar informasi ini. Semoga saja ia bukan salah satu diantara keenam orang itu, bisik gadis cantik itu di dalam kepalanya.
Dika kembali mengurut keningnya dengan tampang sedih yang membuat jantung Zahra berdebar hebat karena ketakutan "Saya tidak ingin meluluskan keenam orang ini karena nilai mereka sangat jauh dari nilai minimum yang sudah di tetapkan oleh para juri. Tapi bagaimana menurut kalian?"
"Beri mereka kesempatan!!" balas para anggota dengan serempak
"Bagi yang dipanggil tolong ke depan" ujar gadis tomboy itu lantas berdiri tegap sebelum akhirnya menyebutkan satu persatu dari anggota yang memiliki nilai kurang.
Dika mengambil napas panjang "Nisa Awaliah dari SMP 01, Angga Ardiana dari SMP 09, Luki Malik dari SMK 02, Hani Adara dari SMK 04, Tiara Adinda dari SMP 01 dan Khumaira Azzahra dari SMKN 01" dan dengan itu, Zahra meruntukkan umpatannya di dalam hati.
Hapuslah harapannya.
Dengan tertunduk malu, Zahra akhirnya maju ke depan barisan para anggota yang tengah melihat ke arahnya "Astagfirullah" bisik gadis cantik itu saat ia mendapati tatapan tegas dari Dika menusuknya, membuat ia merasa bersalah entah karena apa.
"Jujur saja saya kecewa dengan kalian" bisik Dika tepat di hadapan Zahra meskipun nyatanya gadis tomboy itu tengah berbicara pada semua orang yang ada di depan.
Gadis tomboy itu mengembuskan napas berat "Kurang saya dalam mengajar kalian apa coba?"
"....."
"Saya selalu saja memberikan kalian waktu untuk berdiskusi dengan saya seusai latihan minimal sepuluh menit. Tapi kalian selalu saja menyia-nyiakan waktu yang saya beri dengan berlagak sudah mengerti"
"....."
Dika mengambil napas berat lagi "Tapi apa buktinya?! Nilai kalian itu anjlok sekali! Sangat amat jauh dari target yang sudah ditentukan oleh panitia!"
"DIKA! Sudah cukup!" ujar salah seorang panitia yang sudah memiliki pangkat biru merah di dada sebelah kirinya *menandakan kalau pangkatnya lebih tinggi jika harus dibandingkan dengan Dika sendiri.
"Ayolah Kak Adi, Dika sudah mengajar mereka susah payah dan sekarang ini balasan yang mereka berikan untuk Dika?" protes gadis tomboy itu pada panitia yang ia panggil dengan Adi tadi.
Lelaki berparas garang itu mendekat pada Dika lantas menepuk punggung lebarnya dengan cukup keras "Mereka itu tidak gagal, yang gagal adalah kamu" ujar Adi dengan tampang tegasnya itu, membuat Dika jadi menundukkan kepala karenanya.
"Sebagai hukuman, push up lima puluh kali" lanjut lelaki itu yang langsung saja dituruti oleh Dika tanpa ingin memprotes sedikitpun.
Zahra tidak bisa membiarkan Dika push up! Dika sudah melakukan kegiatan mengajarnya dengan cukup baik! Kenapa pula gadis tomboy itu harus dihukum? Bukannya yang harus dihukum adalah dirinya karena ia tidak bisa mempraktekkan apapun yang sudah diajarkan Dika dengan baik saat ujian tadi?
Maka, dengan pemikiran seperti itu Zahra megambil posisi push up dan ikut melakukannya dengan Dika sehingga membuat Adi melirik aneh pada tingkahnya "Sedang apa kamu?" ujar lelaki itu dengan nada bicara yang sama sekali tidak bersahabat.
Zahra mendongak sebentar untuk menatap wajah tegas milik lelaki itu "Saya tidak bisa membiarkan Mauria menerima hukumannya sendirian, Kak" jawab gadis cantik itu lantas kembali melanjutkan kegiatannya.
"Kenapa kamu berpikiran seperti itu? Ini adalah salah Dika sendiri karena dia tidak becus untuk melatih"
"Karena saya merasa kalau Mauria sudah melakukan tugasnya dengan benar Kak"
"Kalau Dika sudah melakukan tugas mengajarnya dengan baik, lantas kenapa kalian memiliki nilai yang kurang?!"
Zahra sedikit tersentak takut karena nada tegas itu dilontarkan padanya "Itu karena saya yang tidak bisa mempraktekkan apa yang sudah di ajarkan Mauria seperti seharusnya" balas gadis cantik itu dengan suara yang bergetar ketakutan.
"Berdiri!" ujar Adi sehingga membuat Zahra dan Dika segera saja menapakkan kakinya.
Lelaki itu terkekeh kecil "Siapa kamu namanya?"
"Khumaira Azzahra" balas Zahra dengan ragu.
Adi menyerahkan satu lembar kertas penilaian yang ada di tangannya pada Zahra sehingga membuat gadis cantik itu membacanya dengan segera.
NAMA: Khumaira Azzahra
RANTING: SMKN 01
NILAI: 780
DENGAN INI, PESERTA DINYATAKAN LULUS
Zahra menyeruakkan senyumnya saat ia melihat tulisan yang diharapkan olehnya nyatanya terbubuh di atas kertas dengan nama dirinya. Bukan hanya itu, Zahra juga dinyatakan sebagai lulusan terbaik dari semua anggota perisai diri yang mengikuti ujian kenaikan tingkat kali ini.
Dengan itu, Adi menyerahkan satu sabuk putih dengan garis hitam untuk Zahra sebagai ucapan selamat atas kelulusannya. Bukan hanya itu, Dika juga memberikan satu seragam perisai diri yang baru untuknya ditambah lagi dengan satu pelukan hangat disertai dengan ucapan selamat yang terdengar manis di kedua gendang telinga milik Zahra "Aku tahu bahwa kamu tidak akan mengecewakanku. Selamat, Khumaira"
*-----*
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN (COMPLETED)
Teen Fiction"Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan perasaan cinta ini tumbuh pada seorang hamba yang bahkan tidak bisa aku cintai?" BIG SIN by Riska Pramita Tobing