Multimedia: look how cute Khumaira Azzahra is :3
*-----*
Dika menyerahkan senyum kecil saat ia melihat Zahra membawa koper yang penuh dengan pakaiannya sedang menunggu di hadapan kobong "Kenapa kamu di sini?" ujar gadis tomboy itu dengan kedua tangan melipat di dada tanpa lupa disertai dengan ekspresi heran yang ketara sangat jelas di wajah cantiknya yang terlihat merah karena terbakar sinar matahari seharian ini.
Zahra menyerahkan koper miliknya pada Dika "Aku akan pindah kembali kesini" jawab gadis cantik itu dengan senyum terkubur di bibirnya yang ia gigit.
Dika mengambil koper dari tangan Zahra dan membiarkan gadis cantik itu masuk ke kobong mereka "Bukannya aku harus berhasil lulus dalam tes hafalan agar kamu kembali ke kobong kami?"
Zahra memberikan senyuman kecil "Aku yakin kamu bisa lulus di tes hafalan nanti malam" ujar gadis cantik itu sambil lalu terduduk di ujung tempat tidur yang sudah ditutupi dengan sprey yang baru.
Dika menghampiri si cantik dan ikut terduduk di sampingnya setelah menutup pintu kobong mereka rapat-rapat dan menaruh koper milik Zahra di samping lemari milik si cantik yang sempat di tinggalkan barang beberapa minggu ke belakang "Bagaimana kamu tahu kalau aku akan lulus?"
"Karena aku yakin bahwa kamu tidak akan mengecewakanku" Zahra menarik belakang leher jenjang milik Dika dan kemudian menjatuhkan satu ciuman pada bibir milik gadis tomboy itu sebelum akhirnya menjauh dan mengubur wajah merahnya di balik tangan.
*BIG SIN 2019 by Riska Pramita Tobing*
Zahra terduduk di deretan paling depan bersama dengan para panitia yang akan mengetes hafalan Al-quran para santriawan santriwati yang baru melewati satu semester pembelajaran. Gadis cantik itu mengenakan hijab berwarna hitam dengan disertai kemeja putih dan dilengkapi dengan rok yang serupa warna dengan hijab yang menutup kepalanya dengan apik.
Gadis cantik itu bisa melihat Dika duduk di deretan ke tiga dengan pakaian yang rapi. Gadis tomboy itu bahkan mengenakan rok seperti sebagaimana para santriwati yang lainnya bahkan meskipun Zahra yakin bahwa Dika terpaksa mengenakannya.
Ustadzah Kiara sudah datang lantas memulai pembukaan acara tes hafalan dengan ucapan basmallah yang di ucap ulang oleh Zahra sendiri "Bismillahirrahmanirrahim" bisik Zahra saat ia melihat bahwa ustadzah Kiara sudah mulai memanggil satu persatu santriawan santriawati ke panggung kecil untuk di tes.
Zahra bahkan tidak sanggup untuk memperhatikan saat sang ustadzah memanggil nama Mauria Mahardika Sadewa agar maju ke atas panggung. Gadis cantik itu bisa melihat bahwa si tomboy menyerahkan senyum kecil padanya, hal yang tentunya tidak bisa di tolak oleh si cantik dan kemudian membuat si cantik jadi ingin membalas senyuman itu kembali.
*Beberapa saat kemudian*
Dengan senyum merekah di pipi tembamnya, Zahra menyerahkan daftar nilai dengan nama Mauria Mahardika Sadewa pada gadis tomboy itu. Nilai yang dimiliki Dika nyatanya tidak mengecewakan meskipun gadis tomboy itu tidak mendapat nilai sempurna.
Zahra bahkan bisa melihat senyum pahit yang sempat diberikan Dika kepada dirinya "Kamu lulus, Mauria! Jangan cemberut seperti itu" ujar si cantik saat mereka sudah sampai di kobong mereka.
Dika masih saja memasang wajah enggan pada Zahra yang mencoba membuatnya tersenyum "Kenapa aku nggak bisa dapat nilai lebih baik dari ini ya?" gumam si tomboy yang membuat Zahra jadi mendekat padanya lantas memberikan satu kecupan kecil di pipi tirus miliknya untuk menghibur.
"Kamu sudah melakukan yang terbaik, Mauria" bisik Zahra sambil lalu mengangkat dagu milik si tomboy karena gadis tomboy itu tetap saja kukuh menatap raport kecil di tangannya yang menampakkan nilai 89 di sana.
"Kalau kamu bisa mendapat nilai terbaik di perisai diri, harusnya aku juga dapat nilai yang terbaik di hafalan ini. It's not even fair" protes Dika, lagi untuk yang kesekian kalinya.
Zahra menarik pipi tirus milik si tomboy lantas menangkupkannya di kedua tangan "Kamu guru yang hebat, Mauria. Aku bisa mendapatkan nilai seperti itu hanya karena kamu membantuku dengan segenap jiwa kamu. Tapi aku? Aku bukan ustadzah, aku bukan guru yang handal. Aku hanya ingin kamu lulus dengan nilai yang baik di tes hafalan ini dan kamu sudah melakukannya"
Dika menyerahkan senyum kecil pada si cantik yang tengah mengusap pipinya itu "Bagaimana bisa aku jauh dari kamu, Khumaira? Kamu sudah mencuri sesuatu dariku" bisik si tomboy sebelum akhirnya menutup mata dan menyatukan kening mereka berdua.
Belum sempat Dika memberikan ciuman seperti sebagaimana apa yang ingin dilakukan olehnya, Zahra lebih dulu menjauhkan keduanya dengan disertai bisikan "Maaf" yang membuat si tomboy jadi mengerutkan kening karenanya.
Gadis cantik itu menarik napas dalam saat ia akan memulai "Kamu tahu kan kalau kita nggak bisa kayak gini?" ujarnya dengan ekspresi sakit yang tertara jelas di wajahnya.
Ujaran bernada tidak rela yang keluar dari bibir merah merona milik Zahra membuat Dika enggan menjawab "....."
Zahra menarik napas sangat panjang saat ia bisa melihat Dika tidak ingin membahas apapun yang akan di ujarkan ia pada si tomboy di hadapannya "Kalaupun aku mengakui bahwa aku peduli dan jatuh hati sama kamu, kita nggak akan pernah bisa jadi seperti itu"
"....." masih tidak ada jawaban dari si tomboy.
Dan Zahra berbisik kecil "Maaf.." sebelum akhirnya memberikan jarak diantara keduanya.
Dika terpejam enggan saat gadis tomboy itu melihat si cantik menjaga jarak darinya "Khumaira.." ujar gadis itu dengan bisikan kecil yang membuat Zahra jadi menggetarkan bahunya karena ada perasaan sakit saat ia mendengar ujaran yang dikeluarkan oleh si tomboy padanya.
"Kumohon" Zahra menggigit bibir bawahnya saat ia mendengar lanjutan dari ucapan si tomboy yang sempat terhalang dengan satu tarikan napas yang panjang dan berat. Gadis cantik itu kemudian melirik pada Dika, keputusan terburuk dirinya karena ia jadi tidak bisa untuk mengalihkan pandangannya dari si tomboy itu.
"Aku jatuh hati padamu"
Dika mengaku.
Dia sudah mengatakannya.
Zahra bahkan tidak bisa menahan seyumannya saat gadis keras kepala dan egois itu sudah berani menyerahkan diri pada dirinya. Gadis tomboy itu menyerah terhadap egonya dan Zahra ada di balik alasan itu? Bagaimana mungkin Zahra tidak tersenyum?
Dengan senyum kecil yang masih terpahat di wajah cantiknya, Zahra menarik Dika kedalam pelukan "Terimakasih telah mengatakannya" ujar gadis cantik itu sambil lalu membubuhkan satu ciuman manis di pucuk kepala milik si tomboy "Aku juga jatuh hati padamu" aku si cantik sebelum akhirnya mengangkat kepala milik si tomboy dan menyatukan kedua bibir mereka yang sudah saling menginginkan satu sama lainnya.
Tuhan. Biarlah Zahra melakukan dosa besar ini. Gadis cantik itu sudah tidak bisa menahan rasa yang ada di dalam dadanya. Maka hukumlah ia dan Dika jika saja mereka hengkang dari dunia ini. Tapi tolong, berilah kesempatan pada mereka untuk menikmati indahnya cinta terlarang mereka untuk sementara.
*-----*
Riska Pramita Tobing.
![](https://img.wattpad.com/cover/202070093-288-k967923.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN (COMPLETED)
Teen Fiction"Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan perasaan cinta ini tumbuh pada seorang hamba yang bahkan tidak bisa aku cintai?" BIG SIN by Riska Pramita Tobing