Multimedia: Mauria dan Khumaira :3
*-----*
Zahra berdiri di deretan paling depan saat upacara ujian kenaikan tingkat ke 54 ini diadakan di sekolah tetangganya yang berdekatan dengan area perbukitan. Dika sempat mengatakan bahwa di ujian kali ini akan diadakan jurit malam menuju bukit tersebut dan sekarang Zahra tengah meremas jemarinya karena perasaan takut datang semakin besar bersamaan dengan langit yang semakin gelap.
Selain karena jurit malam yang akan segera ia hadapi, Zahra juga takut malam akan segera datang lantas kemudian pagi menjelang tak lama kemudian karena Dika akan segera pergi secepatnya dari sisi Zahra jika saja ujian kenaikan tingkat ini selesai, dan Zahra tahu bahwa esok hari ujian ini akan menjadi memori belaka.
Zahra tidak fokus pada pembicaraan Rafael yang menjadi pemimpin upacara pelaksanaan UKT kali ini, gadis itu bahkan tidak bisa fokus pada Dika yang sedari tadi mencuri tatap kepadanya lewat ujung mata. Zahra hanya fokus pada satu hal dan satu hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah bagaimana dengan keadaan Zahra dan Dika setelah ini.
Zahra akan berpisah dengan Dika setelah satu tahun ini saling mengaitkan kasih dalam balutan asmara tak kasat mata. Zahra tidak akan bisa mengagumi Dika dalam tidurnya seperti sebagaimana yang selalu ia lakukan selama beberapa bulan terakhir. Zahra tidak bisa menatap takjub pada setiap pukulan atau tendangan Dika jika saja gadis tomboy itu tengah tampil di hadapan para anggota pencak silat yang diam-diam kagum sekaligus iri pada kemampuannya. Zahra tidak bisa melihat semua rajukannya jika saja gadis tomboy itu dihukum oleh para Ustadzah karena tidak bisa menjawab hafalannya. Zahra tidak bisa melakukan itu semua sampai usia tua seperti sebagaimana yang ia inginkan saat mereka pertama merasakan benihnya rasa suka terhadap satu sama lainnya.
Zahra terpejam saat ia mendengar suara lantang milik Dika yang tengah mengumandangkan janji perisai diri. Mungkin, ini akan jadi janji perisai diri terakhir milik Zahra dan Dika bersama. Zahra mengaku bahwa gadis cantik itu merasakan pisau tak kasat mata mulai masuk ke rongga dadanya dengan perlahan lantas mulai melukai dirinya sampai suara yang ia keluarkan pun bergetar karenanya.
Zahra tidak ingin ini menjadi memori terakhirnya dengan Dika.
*BIG SIN 2020 by Riska Pramita Tobing*
Setelah selesai melaksanakan upacara, para anggota pencak silat segera di bagi kedalam beberapa grup untuk di test dan sialnya Zahra harus di test dengan Dika sebagai jurinya. Zahra tidak ingin hatinya bergejolak menahan tangis karena ini merupakan hari terakhir ia melihat Dika dalam balutan seragam pencak silatnya yang selalu tampak rapi.
Zahra ingin di hukum lagi oleh Dika di hari selanjutnya, minggu selanjutnya, bulan selanjutnya bahkan sampai tahun-tahun selanjutnya. Kenapa harus seperti ini? Bisik Zahra di dalam kepala saat ia dipanggil untuk segera melaksanakan senam 30 gerak yang baru saja dikuasai gadis cantik itu dalam beberapa hari terakhir berkat bantuan Dika.
Lagi, isi kepalanya memutar memori setiap sore mereka berdua yang selalu saja diisi dengan ceramahan Dika soal gerakan Zahra yang selalu tampak canggung dan tidak bertenaga. Membuat Zahra mau tidak mau jadi ingin untuk mengulang itu semua, lagi. Sampai akhirnya ia merasa cukup dengan memorinya dengan Dika.
Meskipun begitu, Zahra tetap berusaha menampilkan gerakan terbaiknya dalam setiap test yang dilakukan. Zahra tidak ingin melihat Dika kecewa, apalagi ini terakhir kalinya mereka melakukan sesi seperti ini bersama. Zahra bertekad untuk membuat Dika setidaknya percaya bahwa gadis tomboy itu telah mendidik dirinya dengan benar.
Berkali-kali Zahra kesulitan untuk menyesuaikan kemampuannya dengan gerakan yang sebenarnya tidak mudah untuk dikuasai. Tapi Zahra enggan menyerah dan justru semakin semangat untuk memperbaiki diri di test selanjutnya sehingga ia dapat merasa puas dengan gerakannya sendiri meskipun ia tahu bahwa itu tidak sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG SIN (COMPLETED)
Teen Fiction"Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan perasaan cinta ini tumbuh pada seorang hamba yang bahkan tidak bisa aku cintai?" BIG SIN by Riska Pramita Tobing