BIG SIN - Six

2.2K 94 7
                                        

Multimedia: Khumaira Azzahra

*-----*

          Zahra tidak bisa tidur. Selain karena otaknya menggerayangi gadis cantik itu dengan sejuta pertanyaan soal LGBT yang dibicarakan dirinya dengan Dika tadi, gadis cantik itu juga memiliki sedikit perasaan tidak menentu di dalam dadanya saat ia berdekatan dengan si gadis tomboy.

Apa ini? Zahra menggumam di dalam kepala. Gadis cantik yang sedang terlentang melihat atap pondok yang sudah mulai terlihat kusam itu masih saja terjaga meskipun jam sudah mulai menunjukkan angka dua belas.

Bagaimana mungkin ia bisa memiliki perasaan aneh semacam ini kepada teman sekamarnya sendiri yang bahkan baru ia kenal selama kurang dari satu minggu? Lanjutnya di dalam kepala.

Zahra merasa heran kepada dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia merasakan kenyamanan disaat Dika berada di dekatnya. Apa mungkin ini yang dinamakan cinta? Secara tiba-tiba, gadis cantik itu mengumpat di dalam dada hanya karena satu pertanyaan terlarang itu keluar dari isi kepalanya sendiri.

Apa-apaan dia?! Kenapa ia bisa berpikir suatu hal yang sangat janggal dan terlarang seperti itu? Zahra merasa otaknya sudah bergeser dari tempat asalnya karena pemikiran gadis cantik itu sedari tadi terus-terusan mengarah pada hal seperti itu.

Apa mungkin kehadiran Dika di sisinya membawa sisi buruk?

"Astaghfirullah" bisik gadis cantik itu kemudian.

"Kamu nggak tidur?" mendapati suara yang akhir-akhir ini sering ia dengar membuat Zahra jadi mengangkat pandangan hanya untuk melihat tampang linglung milik Dika menyambutnya.

Zahra menggeleng lantas terduduk dan membiarkan si tomboy mengisi tempat di sisinya "Otakku sedang dipenuhi banyak pertanyaan sekarang" keluh gadis cantik itu kemudian.

Zahra bisa melihat Dika bergeser untuk menyandarkan punggungnya di lemari pembatas dua kasur yang ada, gadis tomboy itu kemudian menekuk kakinya sambil lalu memeluknya dengan segera "Aku juga nggak bisa tidur" adu gadis tomboy itu kemudian.

Hal yang tentunya membuat Zahra jadi ikut-ikutan bersender di samping si tomboy meskipun sedikit menjaga jarak darinya karena ia tidak ingin mengakui bahwa perasaan itu benar adanya. "Kenapa?" ujar Zahra setelah gadis itu menatap sisi rahang tegas milik Dika lantas kemudian membuang pandangannya jauh-jauh karena gadis cantik itu merasakan desiran aneh di dalam dadanya.

"Nggak betah" jawaban si tomboy membuat gadis di sampingnya jadi melirik kembali. Meskipun enggan untuk berpendapat, si cantik akhirnya memberikan senyum menyungging dan menjawab ujaran Dika yang terdengar sedih "Kamu sedang rindu keluarga ya?" dan anggukan itu sudah menjadi jawaban cukup baginya.

"Siapa?"

Dika melirik saat mendengar pertanyaan itu dari si cantik. "Maksudnya?" alis gadis tomboy itu terangkat satu sebagai bentuk pertanyaan.

"Maksudnya siapa yang dikangenin. Ayah, Ibu atau Adek gitu.." jelas Zahra yang langsung membuat si tomboy jadi terkekeh karenanya.

Zahra bisa melihat si tomboy mengambil napas berat dan mengeluarkannya dengan satu hentakan "Saudara" ujarnya kemudian.

Gadis cantik itu melirik tidak mengerti lantas melemparkan pertanyaan yang muncul di atas kepalanya "Saudara?"

"Iya" jawab Dika singkat.

"Siapa?"

"Namanya Adinda Nadara" lanjut gadis tomboy itu dengan pandangan kosong seperti tengah membayangkan sosok yang baru saja ia sebutkan namanya.

Zahra terkejut saat gadis cantik itu tiba-tiba saja mendengar kekehan cukup keras dari si tomboy "Aku kangen ngejahilin dia" lanjut Dika masih dengan tawanya yang tersisa.

Tanpa bisa menahan rasa penasaran yang datang kepadanya, Zahra memuntahkan pertanyaan yang ada di dalam kepalanya tanpa berpikir lebih dulu "Kamu punya perasaan khusus sama dia?" dan karena ekspresi tidak percaya itu muncul di wajah milik Dika, Zahra jadi menggeser jauh darinya.

"Mana mungkin aku punya perasaan khusus sama saudara aku sendiri? Lagi pula dia itu masih satu tahun, Khumaira" bantah Dika dengan nada tidak terima.

"Maksud dari perasaan khusus yang aku katakan adalah perasaan sayang. Kamu tahu sendiri kan kalau perasaan sayang itu bisa datang pada siapa saja?" elak Zahra sempurna membuat si tomboy jadi mendekat kepadanya dengan disertai senyumnya yang menyungging dan terlihat khas.

Tangan gadis tomboy itu terulur secara perlahan hanya untuk menangkup pipi berisi milik Zahra dan membisikkan "Seperti aku sama kamu. Sayangnya datang tiba-tiba. Padahal baru kenal beberapa hari" ujar gadis tomboy itu seraya langsung pergi begitu saja setelah mencuri satu ciuman kecil di pipi tembam yang sedari tadi di tangkup oleh kedua tangannya.

Zahra terdiam mematung seketika saat merasakan perasaan hangat dari pipinya berdesir dengan cepat menuju dada miliknya. Apa itu tadi?





*--BIG SIN 2019 by Riska Pramita Tobing--*




          Zahra terpejam saat merasakan sentuhan lembut di atas pahanya. Tanpa bisa menolak, gadis cantik itu kemudian melepaskan napas berat dan membawa gadis tomboy itu mendekat untuk mencium bibir berisinya yang sedari tadi menjamah lehernya. "Mauria.."

Zahra tersentak kaget dari alam mimpinya, gadis cantik itu kemudian mengambil napas panjang saat ia melihat wajah kebingungan milik gadis tomboy yang baru saja muncul di dalam mimpinya berada tepat beberapa puluh senti di hadapannya.

"Kenapa?" ujar gadis tomboy itu dengan suara serak khas baru bangun tidur.

Zahra bergerak mundur untuk menyenderkan punggungnya yang terasa dipenuhi dengan peluh pada dipan kasur miliknya. Napas gadis cantik itu masih terdengar memburu saat akhirnya ia memberanikan diri untuk melepaskan erangan berat sambil memanggil Tuhannya "Astaghfirullah, apa itu tadi?" bisik Zahra yang tentunya membuat Dika mendekat pada gadis yang terlihat linglung itu.

"Kamu kenapa?" ujar Dika dengan nada yang lebih memaksa untuk jawaban.

Zahra menarik tangannya yang baru saja disentuh oleh Dika. Gadis cantik itu ingin menjauh dari seseorang yang baru saja menyelinap ke dalam mimpinya. Seseorang yang berani-beraninya membuat celana dalam Zahra jadi basah karenanya.

Bukannya menjauh, Dika justru mendekat dengan tampang heran terukir di wajah cantiknya "Kamu kenapa, Khumaira?" tanya gadis tomboy itu dengan nada lembut yang membuat debaran di dalam dada milik Zahra jadi kembali menggila.

Zahra menggeleng enggan lantas membisikkan penolakan pada sikap manis si tomboy "No" hal yang tentunya membuat Dika jadi mengerutkan kedua alisnya yang tebal.

"Kamu aneh banget sih. Ada apa, hmm?" belum sempat Dika mendekat, Zahra sudah lebih dulu mengulurkan tangannya dan menahan bahu tegap milik gadis tomboy agar tetap menjaga jarak dengannya. Hal yang justru membuat orang keras kepala seperti Dika jadi semakin kukuh untuk mendekatkan jarak diantara keduanya.

"Just stay away from me" bisik Zahra saat ia melihat tampang keras di ekspresi milik si tomboy yang menuntut satu jawaban darinya yang tidak akan mungkin ia akui.

"Just tell me what's wrong, okay. I'm not gonna hurt you"

"You already did"

Bisikan dengan disertai desahan sakit hati itu membuat Dika memundurkan tubuhnya dengan seketika.

Apa kata si gadis cantik berpipi tembam itu? Dika telah melukainya? Tapi apa yang mungkin saja melukai gadis cantik itu jika saja Dika bahkan tidak merasa kalau ia melakukan hal seperti itu terutama pada teman sekamarnya sendiri?

"I just need to be alone. Please leave me"

*-----*

Riska Pramita Tobing.

Note: Cerita ini akan mengandung banyak sekali perdebatan yang mungkin saja akan menyakiti perasaan kalian. Jangan bilang kalau saya ngga ngasih tahu ya? Saya sudah kasih tahu sejak sekarang kok.

BIG SIN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang