"Hujan itu tegar.
Tau Kenapa?
Sebab dia tidak pernah marah
Ketika dirinya di anggap
Mengganggu, meski
kenyataanya tidak begitu"
~Shakira Azna Mutiara~*******
Azna berlari mengelilingi lapangan sepak bola. Napasnya memburu, bagaikan orang yang sedang di kejar waktu. Memang Azna sedang di kejar waktu. Ia sudah kehilangan jam pertama untuk mengikuti pelajaran. Ketinggalan materi pelajaran pula. Sungguh hari ini hari paling sial bagi Azna.
Matahari membara, tepat di atas kepala. Panas yang meradang tanpa ampun, keringat bercucuran tanpa henti. Perut terasa kosong, kerongkongan kering. Azna melangkah dengan kepala tertunduk, kakinya seolah bagaikan kayu yang rapuh, yang siap patah kapan saja. Pandangannya berkunang-kunang, Azna menderita dehidrasi.
"Aku tak sanggup lagi," ucap Azna gemetar hebat.
Azna sudah berlari mengelilingi lapangan sepuluh kali, sudah berdiri dengan satu kaki. Padahal ini adalah kali pertama Azna terlambat. Namun, hukumannya seberat gajah. Bagaimana mereka yang disebut langganan terlambat.
Napas Azna tercekat, air liur kering tak tersisa, bagaikan di tengah gurun sahara. Mungkin keinginan untuk melanjutkan perjalanan ke kelasnya itu memang tak ada.
Azna mengumpulkan segenap tenaga. Tapi ternyata sebelum sampai di kelas rasanya Azna sudah ingin pingsan di tempat, seolah gravitasi berputar berkali- kali lipat, semua benda di sekitar Azna bergerak. Bahkan Azna tak bisa membedakan jenis tumbuhan, bangunan yang ada di sekitar. Lambat laun warna-warna semakin memudar, pada akhirnya semua dunia ini gelap. Azna tak mengingat apapun lagi setelah itu.
*********
Mengerjapkan mata berkali-kali Azna mengumpulkan segenap raga dan jiwa. Ia memandang sekeliling, satu kata 'bau obat'.
Semuanya bernuansa putih, bau obat menyengat hingga sampai pada indra penciuman.Azna sudah bisa menebak dirinya ada dimana. " kok, aku di UKS?" tanyanya.
"Iya, tadi kamu pingsan. Jadi, aku bawa kamu kesini." Intonasi seseorang dengan suara berat.
"Oh, makasih ya," jawab Azna seraya memiringkan kepala agar melihat siapa lelaki baik yang sudah menolongnya. " loh, kamu cowok yang kemarin kan?" Azna menerka mengingat kembali ingatan tentang hari kemarin.
"Ternyata kamu masih inget."
"Sekali lagi makasih yah, aku utang banyak sama kamu," sesal Azna, ia ingat sudah banyak sekali dirinya menyusahkan pria yang satu ini.
Pria itu menganggukan kepala, sambil meraih gelas di nakas yang sudah disediakan, gelas yang berisi air teh.
Pria itu menyodorkan gelas tepat di depan Azna. "Minum!" titahnya.
Azna meminum hingga tersisa air setengah gelas, hambar rasanya. Padahal teh manis, ditambah masih hangat lagi, tapi justru meminum teh itu membuat Azna makin mual.
Pria yang masih setia di samping Azna menunjuk teh manis di tangan Azna menggunakan dagunya. "Habisin."
Azna menggeleng tanda tidak mau. "Udah, nanti malah mual."
*********
Anaz_pov
Hari ini adalah jadwal piket gue, karena tadi pagi berangkat sekolah agak siang, jadilah tidak bisa piket sapu kelas. Alhasil gue di suruh mengambil buku paket di perpustakaan. Gue dengan Arshaq.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine (END)
Teen FictionShakira Azna Mutiara gadis ceroboh, heboh, cerewet, lebay, ceria, ralat, ceria hanya untuk menutupi kesedihannya. Pintar merupakan sebuah kelebihan bagi dirinya. Mungkin ia tidak senang dengan kepintaran yang ia miliki, bukan mungkin itu memang pas...