bab 3

1.7K 84 2
                                    

Hello guys, Assalamualaikum ^^

Ketemu lagi sama cerita I'M FINE :)

***
Begitulah hidup
Apa yang tampak baik-baik saja
Terkadanh jauh terluka
Dari pada yang kelihatan.
***
shakira azna m

********

Selesai menunaikan sholat dzuhur Azna bergegas memakai sepatunya, di depan masjid. Diluar dugaan sakit yang sudah Azna derita kambuh, kepalanya begitu merasa kesakitan

"Aduh mah, s-ss-akit,"ucap Azna sembari memegang kepalanya yang semakin berdenyut.

"A-a! arsshh sa-sakit ma," kata Azna kembali.

********

Anaz_pov

Selesai sholat gue berjalan menuju kelas, namun sebelum meninggalkan masjid gue lihat gadis itu, gadis yang selama ini membuat hari-hari gue terusik.

Dia yang ceria, ceroboh sekarang diam sambil memegang kedua kepalanya.

"Lah, apa dia sakit yah?" Batinku bermonolog.

"permisi, kenapa? Sakit yah?" tanya gue ragu-ragu.

"A-aahm iya, cuma pusing kok," jawab gadis itu cepat.

heran gue, kayaknya ada yang di sembunyiin. Tapi apa? Gue sendiri juga nggak tahu.

Dia itu sosok yang sulit untuk di ketahui, dia menutupi semua masalahnya rapat-rapat. Seakan dunia nggak boleh tau. Apalagi gue, teman saja bukan.

Gue lihat tangannya gemetar, buat ambil tali sepatu aja nggak bisa.

"Yakin cuma pusing?" tanya gue memastikan.

Masa iya, cuma pusing tangan sampai gemetaran gitu, wajahnya sudah pucat pasi.

Gue putusin buat nolong dia, rasa iba.

"Biar gue bantu," kata gue meminta izin.

Gue berjongkok didepan dia, mengambil alih tali sepatu dia kemudian menalinya menjadi sampul pita. Azna? Dia hanya diam memperhatikan.

"M-ma-makasih yah," cicit Azna lirih suaranya masih gemetar.

Gue cuma tersenyum simpul sambil merapikan ikat talinya. Saat gue mendongakan kepala hal pertama yang gue lihat yaitu, darah yang keluar dari hidung bangirnya.

"Hidung lo-" belum selesai bicara Azna sudah buru-buru mengusap darah yang mengalir dari hidungnya.

"Ini udah biasa kok," jawabnya agak canggung.

"Yakin lo nggak papa?" tanya gue lagi, entah untuk keberapa kalinya gue nanyain itu yang jelas gue khawatir sama dia.

Bukannya menjawab pertanyaan gue, dia malah pergi berlari dengan tergopoh-gopoh memegangi hidungnya.

"Siapapun lo! Gue makasih banget sama lo!" teriak dia melengking di tengah lapangan yang jaraknya lumayan dekat dengan masjid.

I'm Fine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang