bab 15

1.2K 55 0
                                    

***
Dunia begitu indah juga menyenangkan,
Pada saat engkau bersama orang tersayang,
Dan merasakan kebahagiaan,
Tanpa memperdulikan kesehatan yang kian menghilang.

-Shakira Azna Mutiara-

***

Azna dan Nadia berjalan dengan tawa terbahak-bahak. Ia memasuki kelas lima menit lebih awal sebelum Zaki muncul dengan nafas tersegal. Zaki mengusap keringat yang membanjiri pelipisnya.

"Tega lo, masa gue ditinggal sendirian di kantin," kata Zaki setelah ia mengatur nafasnya.

"Lagian, salah sendiri ngapain gombal sama kita," ujar Nadia.

Zaki cemberut, ia berkata,  "iya, gue yang salah."

Eshan yang berada di belakang Azna tertawa tanpa henti. Ia sampai di jitak Zaki pada jidatnya.

Azna kembali tertawa, hingga tanpa sadar matanya berserubuk dengan Syakila yang sedang menatapnya dengan ... entahlah. Ia segera menghentikan tawa dengan berubah menjadi senyuman, yang tentunya di tujukan untuk Syakila. Namun, Syakila lagi-lagi membuang muka secara kasar.

Azna yang tersenyum kepada Syakila sekarang malah cemberut, ia sedih. Azna berharap bisa berbaikan dengan Syakila, karena Syakila adalah teman sebangkunya, teman berbagi jawaban saat ada tugas ataupun ulangan.

****

"Jadi ... mau sampai kapan lo sama Azna marahan?" tanya Azura, setelah Syakila dan Azna marahan, Syakila lebih sering dengan Azura.

"gue juga nggak tahu," ujar Syakila lemah.

"Lo sahabat dia, udah lama sahabatan kan? harus bisa dong selesaikan masalah baik-baik." Azura mengela nafas, ia jadi kesal sendiri melihat Syakila yang uring-uringan.

"Lo nggak tahu masalahnya. Azna itu ...." Syakila menghentikan ucapannya mana kala ia akan membongkar rahasia Azna.

"Lagian, Azna tanpa gue juga bahagia. Dia kan banyak temennya," ungkap Syakila setelah hening beberapa saat.

Azura menyeruput es teh yang ia pesan, tanpa sengaja matanya menangkap siluet Azna yang sedang duduk dengan seorang cowok, ia yakin cowok tersebut bukan Zaki, apalagi Eshan.

"Sya, lihat deh Azna. Sama siapa tuh?" tanya Azura penasaran. Akhir-akhir ini mereka sering memperhatikan Azna dari kejauhan.

"Pastinya sama cowok," ujar Syakila.

"Iya juga ya, dia sama cowok." Azura menggaruk rambutnya tanpa merasa gatal.

Syakila mendengus, ia harus ekstra bersabar saat di dekat Azura, apalagi tanpa ada Azna yang selalu menjadi penengah di antara mereka.

Syakila melamun, ingatanya kembali di mana ia menghabiskan waktu makan dengan Azna, Azura, dan juga Nadia. Dimana setiap mereka bersama ada saja yang di pertengkarkan. Lalu, Azna yang diam tanpa ikut bercampur dalam pertengkaran angkat bicara, ia selalu berkata.

"stts, diam! Kalian ini hobi banget sih ribut. Diem napa, mending kita makan, kenyang. Abis itu lanjut gibahin orang."

Selalu saja topik mereka adalah orang lain, entah teman rumah mereka masing-masing atau malah teman sekolah yang tidak hadir. Pastinya, akhir dari cerita mereka tertawa bersama.

I'm Fine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang