Aku melayang jauh ke atas awan, saat mendapatkan perlakuan menyenangkan dari setiap orang yang ada di sekitarmu, dan itu cukup membuatku terkesan.
♡Azna♡
******
Azna_pov
Aku menatap diriku di pantulan cermin, cukup yakin dengan penampilan hari ini. Jam sudah menunjukkan pukul 9, tepat sekali aku hari ini akan menjalani rutinitas.
Hari libur, bersyukurlah aku, hari ini libur. Jadi, aku dapat mengunjungi rumah sakit untuk melakukan kemoterapi.
Satu jam sebelum bersiap untuk pergi, aku terlebih dahulu menghubungi Syakila. Namun, nampaknya gadis itu sedang menikmati liburan singkat di pertengahan semester.
Alhasil, disinilah aku sekarang, rumah sakit berjalan sendirian di setiap lorong.
******
Selesai kemoterapi, aku dan Bang Arka berjalan beriringan dengan lelucon garing dokter muda itu. Tawa kita terhenti seiring aku menangkap seorang yang aku kenali duduk di kursi tunggu dengan handphone yang di pegang.
Tidak salah lagi, itu dia. Untuk apa kesini, apa ia juga memiliki penyakit? Akh, jangan berburuk sangka terlebih dahulu.
"Siapa? Pacar lo Dek?" tanya Bang Arka membuatku menggeleng secara spontan.
"Anaz," sapaku.
Dia mengadah, menatapku dari bawah, yah ia duduk dan aku berdiri tepat di depannya. Sudah jelas aku lebih tinggi daripada ia. Walau aku akui, saat ia mulai menegakan badan, tinggiku hanya sampai di bahunya, mengenaskan. Kenapa seorang wanita selalu lebih pendek dari prianya.
"Azna, ngapain di sini?" tanyanya balik, setelah memutuskan kontak mata yang tidak sengaja bertemu.
"Jenguk Abang gue, yang lupa sama sepupu," ujar ku, lalu melirik Arka yang tak terima di sindir.
Anaz mengangguk setelah menatap Bang Arka dengan tersenyum bersahabat.
"Gue pergi dulu," kata Arka pergi meninggalkan kami berdua.
"Kamu? Ngapain?" tanya Azna.
"Nganterin Ummi, cuci darah. " Anaz menatap pintu yang di buka, nampak umminya sedang tersenyum hangat.
"Ummi udah selesai?" tanya Anaz, Ummi mengangguk.
Detik berikutnya, Ummi Anaz melirikku dan Anaz bergantian, seolah memberi isyarat pada sang putra untuk menjelaskan siapa aku. Namun, terlalu peka hingga aku memperkenalkan diri.
"Saya Azna tante, teman Anaz," kataku memperkenalkan diri.
"Umminya Anaz," sahut Ummi Anaz seraya membawaku dalam pelukan.
Pelukan ini, aku ingin di peluk seperti ini. Pelukan seorang Ibu, pelukan ini terasa nyaman, ingin rasanya berlama-lama di pelukan hangat seorang Ibu.
"Ummi belum pernah liat Anaz punya temen cewek loh, kamu gadis pertama yang Anaz kenalin sama Ummi," ungkap Ummi Anaz.
"Ah, begitu ya Tante," jawabku canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine (END)
Teen FictionShakira Azna Mutiara gadis ceroboh, heboh, cerewet, lebay, ceria, ralat, ceria hanya untuk menutupi kesedihannya. Pintar merupakan sebuah kelebihan bagi dirinya. Mungkin ia tidak senang dengan kepintaran yang ia miliki, bukan mungkin itu memang pas...