Sequel

941 42 2
                                    

Hay pembaca cerita I'm Fine

Masih pada simpan cerita ini di perpustakaan kan?

Kemarin-kemarin ada beberapa yang meminta dibuatin sequel nih.

Setelah author pikir-pikir dengan matang, author setuju buat sequel.

Selain karena banyak yang minta, author juga udah mikirin alur ceritanya. Jadi, author putuskan buat sequel.

cuplikan prolog : D

Anaz memasuki rumah dengan wajah yang begitu lesu, kepalanya pusing akibat terlalu lama berfikir. Ia memijit pelan keningnya.

"Papa!"

Teriakan seorang anak perempuan sukses membuat penat yang Anaz rasakan seketika hilang entah kemana.

Dengan semangat anak berusia lima tahun itu berlari menghampiri lelaki yang baru saja ia sapa Papa.

Kakinya yang pendek, membuat ia berjalan dengan terkantuk-kantuk. Anak perempuan dengan rambut yang tergerai itu meregangkan tangannya.

Anaz yang melihat Anaknya berlari dengan kedua tangan yang diregangkan membuat ia berjongkok di depan pintu masuk, ia meregangkan tangan seraya mengembangkan senyuman termanis untuk anak yang menyebutnya Papa.

"Papa udah pulang sekolah?" tanya anak tersebut setelah berhambur didekapan sang Ayah.

"Udah sayang," jawab Anaz sembari mengelus sayang surai hitam milik anaknya.

"Shakira udah makan?" tanya Anaz setelah menggendong anak tersebut, membawanya masuk lebih dalam ke kediaman Al-Farizqi.

"Udah dong, Pa. Shakil pintelkan?" ujar Shakira bangga, ucapannya yang tidak terlalu jelas masih dapat Anaz mengerti. Iya, anak berusia lima tahun itu masih cedal.

"Pa, mainan boneka Shakil lusak lagi," adu Shakira.

Shakira Humairah Al-Farizqi, nama itu diberikan oleh Anaz. Ia menemukan kesamaan sifat yang hampir sama dengan seorang gadis yang ia sukai. Tidak heran, nama depannya sama dengan nama gadis yang menjadi cinta pertama dan mungkin cinta terakhirnya itu.

"Kenapa bisa rusak?" tanya Anaz, ia menurunkan Shakira di sofa panjang.

"Nggak tahu," jawab Shakira dengan bibir mengerucut.

"Pa," panggil Shakira. Anaz menatap anak tersebut, Shakira sudah memasang puppy eyes sebagai pelancar aksinya meminta mainan baru.

"Boleh, tapi janji jangan sampe rusak lagi." Anaz melayangkan jari kelingkingnya, dengan senang hati gadis cantik berwajah imut itu menautkan jari kelingkingnya pada jari sang Papa.

"Papa, nanti celitain waktu Papa dulu yah," pinta Shakira, ia berpindah tempat duduk menjadi ke pangkuan Papanya.

Anaz tak menjawab, ia justru menciumi wajah anak berusia lima tahun itu dengan gemas. Anak tersebut tertawa, merasa geli di cium secara bertubi-tubi oleh Papanya.

Shakira tak perlu merengek jika minta diceritakan soal masa muda Papanya, karena sang empu akan sesuka hati menceritakannya.

Ia tahu itu, hampir tiap malam Papanya selalu menceritakan masa dimana ia masih labil-labilnya. Cerita itu belum pernah ada kata tamat yang keluar, hingga berkelanjutan sampai malam nanti.

"Papa! Sana ihh! Bau Papa belum mandi!" teriak Shakira yang terus saja dicium oleh Anaz, Papanya.

Anaz tertawa bahagia, baginya kehadiran Shakira mampu sedikit membuat ia menghilangkan stres dikala lelah sehabis pulang kampus.

"Iya deh, Shakira yang udah wangi," ledek Anaz sembari mencubit kuat-kuat kedua pipi anak di pangkuannya.

Shakira menepuk kasar tangan Papanya yang bertengger manis di kedua wajah ia. Anak berusia lima tahun itu menampakkan wajah kesalnya yang justru membuat Anaz makin gencar mencubit pipinya yang kelewatan imut.

"Papa!" teriakan melengking Shakira mampu menghentikan aksi usil Papanya.

"Jangan ganggu Shakira, sayang!" Suara tegas dari dapur menginterupsi, membuat senyuman Anaz kian mengembang.

Anaz segera berlari menuju dapur, dimana wanita yang ia cintai tengah berkutat di depan kompor menyala dengan berbagai bahan pangan di dalam wajan.

Anaz memeluk erat wanita tersebut dari belakang, ia mengecup singkat pipi kanan wanita yang ia sayangi.

"Baunya enak, cacing di perut aku ternyata udah pada demo aja nih," ujar Anaz.

Wanita tersebut merasa risih, acara masaknya selalu saja terganggu oleh Anaz. Wanita itu menyikut perut Anaz hingga mengaduh kesakitan, akhirnya tangan yang melingkar di perutnya dapat terlepas.

"Sana mandi! bau tau nggak," perintah wanita tersebut.

Anaz segera berdiri tegak, tangannya seperti seorang murid yang tengah melaksanakan upacara bendera.

Dengan patuh Anaz segera menaiki tangga menuju kamar miliknya. Bagi Anaz, perintah dari wanita yang ia sayangi tersebut adalah mutlak, tidak ada ganggu gugat.

Melihat aksi Anaz, sang wanita lantas tersenyum. Anaz ia masih sama seperti yang dulu, tak ada yang berubah.

***

Gimana? Penasaran nggak?

Apa Anaz sudah menikah?
Menikah dengan siapa?
-Syakila?
-Nadia?
-Cewek lain mungkin?
- Atau malah Azna?

Wahh kalau penasaran nanti jangan lupa baca I'm Fine 2

Insya allah akan hadir sesaat lagi.

bocoran:

Cerita dipublish bulan ini ^^
Kalau udah publish aku umumin di sini :)

jadi tetep simpan cerita I'm Fine edisi pertama yah ^^

Pendapat kalian kalau ada I'm Fine 2 gimana? Komen yah ^^

See you

I'm Fine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang