Bab 13

1.2K 65 2
                                    

Perlahan tapi pasti
Mereka yang ada di dekatku berubah.
Berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya,

****

~S.A.M~
******

Azna sama sekali tidak di bawa ke UKS, penyakit yang ia derita kali ini tak seserius yang temannya kira. Mereka hanya khawatir yang terlalu berlebihan.

Kini Azna dan Syakila berada di depan pintu gerbang sekolah, bel pulang sekolah sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Hampir semua siswa sudah keluar dari sekolah, selebihnya masih di dalam dengan kegiatan ekstrakulikuler yang mereka tekuni.

"Ayo Sya, jadikan mampir ke rumah gue?" Azna menggandeng tangan Syakila, menuntunnya menuju halte di depan sekolah.

"Jadi dong," kata Syakila.

Setelah lama menunggu angkot dengan tujuan kompleks perumahan Azna, akhirnya mereka kini sedang didalam angkot menuju rumah.

Syakila melirik kanan kiri, ia ingat terakhir kali kerumah Azna tidak menaiki angkot yang satu ini.

"Na, ini bukan angkot kerumah elo, kan?" tanya Syakila memastikan.

"Nggak kok, ini angkot kerumah gue. Rumah gue yang sekarang tepatnya," ungkap Azna.

"Lo! lo minggat dari rumah bonyok lo?!" Pertanyaan melengking dari Syakila membuat Azna menutup kedua teliganya rapat-rapat.

"Belajar mandiri kata halusnya," ujar Azna.

"Iss, jadi sekarang lo tinggal sama siapa?" tanya Syakila kembali.

"Sama ibu, bapak," ujar Azna.

"Tiri?" Pertanyaan Syakila hanya diangguki Azna.

Syakila mendudukan dirinya agak mendekat kearah Azna, badannya ia condongkan tepat ke telinga Azna.

"Punya Bonyok tiri enak nggak sih?" tanya Syakila agak berbisik.

"Emang kenapa?" tanya balik Azna.

"Ya, kan kadang kalo punya bonyok tiri itu kaya di film-film sinetron gitu," ujar Syakila sambil meringis dengan canggung.

"Nggak semuanya gitu, bukan?" Jelas Azna. Syakila mengangguk sambil memandang Azna. Ia sedang berimajinasi.

*****

"Kiri bang," ucap Azna.

Ia turun terlebih dahulu sebelum Syakila, setelah itu memberi uang dengan jumlah yang pas kepada supir angkot.

"Jadi ... sekarang lo tinggal di daerah sini?" Syakila memandang sekeliling perumahan yang ada di samping jalan.

Rumah ini jauh lebih kecil dari rumah Azna sebelumnya, bahkan rumah di sini lebih kecil dengan rumahnya.

Azna tak menggubris ucapan Syakila. Iya, semenjak turun dari angkot hingga sekarang Syakila terus saja berkomentar tentang hal-hal spele, seperti pindah rumah, ibu tiri, supir angkot, perumahan, jalan, dan lain sebagainya.

Azna menganggap itu hanya angin lalu, bukan Azna tak setia kawan, tapi memang begitulah Syakila.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh dengan jalan kaki, akhirnya kedua gadis SMA itu kini telah tiba di depan rumah.

I'm Fine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang