Bab 12

1.3K 61 4
                                        

***
Keinginanku saat ini hanya satu,
Yaitu melihat semua orang bahagia,
Walau aku sendiri belum merasakan kebahagiaan itu.

***
_Shakira Azna Mutiara_

Azna terus dibuat tertawa oleh Anaz, mereka bercanda gurau diluar kelas dengan lawakan garing dari Anaz yang justru membuat Azna terkikik geli.

"Stts, diem kalian berdua. Harap tenang ada ujian," kata guru fisika yang mengajar di kelas Azna.

"Kamu Na, ibu suruh kamu keluar supaya temenmu nggak nyontek kamu. Kok malah kamu diluar pacaran," kata Bu guru.

"Hah?" Azna berkata sambil melotot, ia kaget mendengar pernyataan Bu gurunya.

"Kita nggak pacaran kok Bu," ungkap Anaz dan Azna bersamaan.

"Terserah kalian mau pacaran atau nggak, yang penting jangan berisik," ujar guru itu lagi kemudian menutup pintu.

*******

"Lo tadi ngobrol sama siapa di luar?" tanya Syakila.

Mereka sudah selesai menjawab soal ujian. Ralat, bukan selesai menjawab, tapi waktu jam pelajaran guru fisika telah usai yang mengharuskan mereka mengumpulkan kertas jawaban dengan apa adanya. Kecuali Azna yang sudah selesai duluan.

"Ada deh, kepo semua lu pada." Azna mengulum senyum.

Semua teman Azna kembali diam, mereka sibuk mengunyah makanan masing-masing tanpa suara, tepat sekali mereka sedang mengisi perut setelah mengurasnya untuk berfikir.

Azna mengaduk nasi goreng didepan bangku tempat ia duduki, raganya ada disini, tapi pikirannya entah kemana.

Aku sadar,
Ternyata ada kebahagiaan di setiap kesedihan.
Walaupun kebahagiaan itu hanya sesaat.
Iya, mungkin kala aku dirumah selalu merasa sedih. Namun, siapa sangka, aku yang di sekolah bersama teman sungguh ceria.
Awalnya hanya untuk menutup luka, tapi tanpa sadar aku kadang tertawa dengan sendirinya. Tawa kebahagiaan, bukan paksaan.

Dulu, aku tak pernah memiliki semangat hidup.
Aku sangat pasrah pada apa yang aku derita selama ini. Namun, sekarang aku memiliki tujuan hidup, aku memiliki orang yang menyayangiku. Aku akan berusaha melawan rasa sakit ini dengan segenap jiwa dan raga.
Jika memang aku ditakdirkan untuk tiada di dunia, aku berharap kalian merelakan kepergianku nantinya.

Tuhan, terima kasih untuk segalanya.
Tuhan, terima kasih telah memberikanku kebahagiaan dengan adanya ibu dan ayah yang selalu menjaga.
Tuhan, terima kasih telah memberikanku dia yang selalu membuat bibir ini tersenyum.
Tuhan, walau aku di berikan kebahagiaan hanya sesaat, tapi aku sungguh bersyukur. Setidaknya, aku dapat merasakan apa itu kebahagiaan.

Azna tersenyum, ia memandang kosong entah ke arah mana.

"Azna?" Syakila berkali-kali melambaikan tangan didepan wajah Azna, tapi tak mendapat respon sama sekali. Bahkan nama Azna sudah ia panggil kesekian kalinya.

Azna tersadar. "Eh, ada apa? Kok pada liatin gue gitu," kata Azna, ia sedikit risih melihat temannya yang menatap ia secara intens.

"Lo nggak kesambet kan?" tanya Eshan sambil memasang wajah cengonya.

Azna menampik wajah Eshan dengan tangan kanannya, supaya menjauh dari wajahnya yang hanya berjarak beberapa centi meter. "Ngaco lo," selorohnya.

I'm Fine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang