Bab 19

1.3K 62 1
                                    

Syakila gusar, sudah hampir tengah malam, tapi matanya tidak bisa terpejam. Sedari tadi yang ia pikirkan hanya gadis yang terbaring lemah di rumah sakit.

"Azna! Lo tuh ngeselin banget tau nggak! Puas lo udah buat gue nggak bisa tidur semaleman!" Syakila menendang kasurnya kesal.

Syakila memandang langit-langit kamar untuk kesekian kali, menghela nafas gusar, lalu menyembunyikan wajahnya pada bantal.

*****

Syakila menuju perjalanan rumah sakit, seperti biasa, menjenguk sahabat karibnya.

Ia membuka pintu dengan senyuman mengembang, melihat Azna tertawa cekikikan dengan Dokter muda itu.

Syakila langsung menatap keduanya intens, matanya menyulut emosi.

"Bang*at! Gue dirumah semaleman nggak bisa tidur. Ehh, elo disini cekikikan sama dokter tamvan.

Mati aja sono Na! jangan ding, kan gue sayang."

Syakila mengucapkannya lewat hati.

"Hai," ucap Syakila gugup, bingung sendiri ia di tatap kedua orang yang di hadapannya.

"Ekhm, temennya Azna kan?" tanya dokter Arka.

Syakila langsung mengembangkan senyuman, lalu mengangguk malu-malu meong.

"Hahaha, giliran ada yang bening dikit langsung kalem lo," kelakar Azna.

Wajah Syakila merah padam, semburat merah kemudian muncul di pipi gembulnya.

"Muka lo merah. Kaya ceri," ungkap Arka, lalu pergi meninggalkan rawat inap Azna setelah menyempatkan untuk mengelus puncak kepala Azna sayang.

Syakila tersenyum, ia memandang dokter tersebut tanpa henti, hingga dokter itu mengilang dibalik pintu.

Syakila memasang wajah masam. "Kok cuma lo yang di elus?! Gue kagak?!"

Azna tertawa, dasar Syakila selalu saja berharap lebih.

"Emang lo siapanya dia?" tanya Azna.

Syakila menatap sepatunya, semburat merah kembali muncul saat Syakila mengingat wajah Dokter muda, Arka.

Entah dari mana asalnya, tiba-tiba bayangan Arshaq, cowok kelas sebelah yang ia kagumi terlintas begitu saja di pikiran, membuat wajah Arka menghilang dari pikirannya.

"Lihat ciptaan tuhan dikit napa," gumamnya pada diri sendiri.

Azna menautkan alisnya, ia mengambil bantal. Melemparnya tepat sasaran, wajah Syakila.

"Dasar!" cetus Azna.

Syakila mengkibaskan tangannya, tidak peduli sama sekali dengan omongan Azna barusan. Ia mendudukkan diri pada sofa panjang di kamar inap Azna.

Mengeluarkan handphone lalu menyalakanya, mengacuhkan Azna yang mengamati setiap pergerakannya.

"Ngapain lo kesini? Gangguin gue?" tanya Azna, emosinya belum mereda.

I'm Fine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang