Bab 29

1.5K 66 10
                                    

Ternyata aku masih di beri kesempatan untuk merasakan kebahagiaan💙

*******

Pagi pukul 08:30 Azna sudah berada diruang operasi dengan Arka yang menanganinya serta di bantu oleh beberapa dokter lainnya.

Asih dan Tarjun duduk dengan gelisah menunggu selesainya operasi di kursi tunggu.

Tidak ada teman Azna yang datang, memang dirinya yang merahasiakan operasi ini.

Setelah kemarin sadar, Azna meminta Arka untuk menginformasikan bahwa dirinya besok sudah bisa pulang, padahal belum bisa.

Arka sudah gemetar hebat, ia baru saja memegang alat-alatny, belun sama sekali menyentuh kepala Azna yang botak.

"Bismillah," ucap Arka.

Arka mulai membedah kepala Azna dengan hati-hati. Suster yang menjadi pendamping Arka sesekali mengelap keringat yang mengucur pada dahi Arka.

Arka memang sudah profesional, tapi saat hari ini ia operasi dengan pasien Azna entah kenapa menjadi kurang fokus.

Sudah setengah jam operasi di lakukan, sejauh ini tidak ada masalah sama sekali, Arka dapat bernafas lega mengetahui hal itu.

Ia kembali konsentrasi menangani Azna yang kini berbaring di depannya.

"Detak jantung pasien melemah Dok," ujar salah satu suster.

Arka yang semula sedang sibuk mengobrak-abrik kepala Azna langsung menghentikkan tindakannya saat mendengar interupsi dari suster.

10 menit berlalu ....

"Gimana? udah normal kembali?" tanya Arka.

Suster tersebut mengangguk setelah mengecek alat di depannya.

Arka kembali melanjutkan tindakannya yang sempat tertunda.

Sudah satu jam lamanya Arka duduk sembari memegang alat-alat bedah. Ia masih konsen pada pasien, tanpa memeperdulikan sekitarnya.

"Detak jantung melemah lagi Dok," ujar suster itu kembali.

Arka langsung mengangkat alat bedah yang ia gunakan tadi, menjauhkan alat tersebut dari kepala Azna yang sudah terbelah.

Arka menghela nafas kasar, operasi kali ini sungguh membuatnya tegang, persis seperti operasi pertama yang ia lakukan dulu.

Arka sedikit meregangkan otot-ototnya yang kaku akibat terlalu lama duduk, sembari menunggu detak jantung Azna kembali normal.

"Gimana?" tanya Arka.

"Tidak ada perkembangan," jawab suster.

"Shit!" umpat Arka lirih, bahkan hanya ia yang bisa mendengar umpatan tersebut.

Arka kembali menghela nafas, kali ini cukup panjang. Ia melirik ke arah suster tersebut kembali.

Lagi-lagi Arka mendapat jawaban yang sama.

20 menit kemudian ....

I'm Fine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang