Bab 26

1.3K 62 4
                                    

Rasa ini akan tetap sama,
Hingga esok ataupun lusa,
Takkan ada yang mampu mengubahnya,
Kecuali yang maha kuasa.

Azna♡

Mata telanjang Azna melirik setiap buku yang tersusun rapi di rak, Azna sedang di perpustakaan dengan Syakila, dan Eshan.

Syakila sudah menemukan buku yang tepat untuk ia baca, Eshan sendiri Azna kurang tahu.

Saat ingin mengambil satu buku dari rak, tidak sengaja Azna melihat Anaz duduk sendiri dengan beberapa buku berserakan di depannya.

Tampan, sangat tampan. Ketampanan Anaz bertambah saat ia menyisir rambutnya dengan jari ke belakang, dengan bolpoin di tangan kanan yang sibuk menari di atas buku kosong.

"Boleh duduk sini," pinta Azna.

Anaz hanya mengangguk, ia sudah tahu siapa yang berbicara, karena suaranya sangat familiar di telinga.

"Syakila, Eshan. Sini," panggil Anaz sedikit lirih.

Di perpus tidak boleh berisik, semua indonesia pun pasti tahu. Saat di perpus di larang berisik, karena mengganggu yang lain, tentunya yang sibuk membaca.

Mereka berempat bertukar pikiran, hingga keheningan menyelimuti mereka, sibuk pada buku masing-masing.

Handphone Azna bergetar menandakan ada pesan, Azna segera membukanya.

Satu pesan dari Anaz paling teratas masuk, Azna membuka roomchat Anaz.

Anaz

Assalamualaikum maaf kalo lancang. Mau ngomong penting nih.

Penting banget ya?
Send

Iya, lewat sini aja. Jangan ngomong langsung. Ada temen kamu soalnya.

Boleh, silakan
Send

Jalan yuk! Tapi nunggu weekend dulu.
Mau nggak?

Mau dong!
Send

Azna tersenyum geli saat chatingan dengan Anaz, yang jelas-jelas orangnya sedang ada di hadapan ia sendiri.

Andaikan ia tidak sedang di perpustakaan sudah di jamin ia akan tertawa terbahak-bahak, tapi sayangnya sekarang ia ada di tempat ini. Membuat Azna tidak dapat mengekspresikan apa yang ada di otaknya.

Sepertinya pria itu sangat takut di ejek oleh teman Azna, sampai-sampai mengajaknya jalan lewat WA.

Anaz memang tidak bisa romantis dengan wanita, salahkan saja ia sepenuhnya, Anaz juga mengakui. Maklumin saja, ini kali pertama ia dekat dengan gadis.

Keduanya masih sama-sama labil.

"Kalau gitu, aku pergi dulu." Anaz angkat bicara.

Anaz merapikan buku di meja, lalu berdiri, tersenyum pada mereka yang duduk di meja yang sama dengannya. Kemudian, pergi dengan beberapa buku di tangan kanan.

"Lo kenapa Na?" tanya Syakila.

Syakila jadi takut ketika melihat Azna tersenyum, bahkan tertawa cekikikan dengan volume suara yang kecil saat menatap ponselnya.

I'm Fine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang