"Nyaman, rasa ini sungguh nyaman.
Dalam sekejap aku bersamamu, aku tak pernah mengigat waktu."☆M. Anaz Al-farizqi☆
*******
Azna melangkah dengan senyum sumringah, tidak lupa menyapa teman seangkatan juga adik kelasnya. Yang jelas, siapapun yang melewati Azna, pasti ia sapa.
"Assalamualaikum penghuni kelas! Si cantik datang!" ungkap Azna. Ia berjalan memasuki kelas sambil koar-koar.
Semua penghuni kelas menatap Azna bingung dan kesal. Azna pun dibuat bingung dengan temannya yang tiba-tiba ... berubah.
"Salah kelas neng," seloroh cowok bernama Denis.
"Eh, kok bisa salah kelas sih," cicit Azna, ia menggaruk tengkuk yang sama sekali tak gatal.
Ia melihat Anaz yang sedang menutup mulutnya dengan tangan kanan, sepertinya menahan tawa yang hampir pecah. Sedangkan temannya yang lain sudah menertawakan kebodohan Azna.
Azna berlari keluar kelas, ia merutuki dirinya yang bisa-bisa salah kelas. Padahal sudah satu tahun lebih di sekolah ini. Setelah menutup pintu, Azna memegang dadanya yang berdebar hebat. Niatnya saat jam istirahat tiba nanti, Azna mau caper sama calon suami. Ehh, baru juga niat udah kena karma, malah malu-maluin diri sendiri.
"Ish, hancur deh reputasiku di depan calon suami. Bisa-bisanya kaki gue jalan ke kelas calon suami," rutuknya.
"Ngapain lo disini? nggak masuk?" tanya Zaki yang sudah berdiri di samping Azna. Azna berjingkrak kaget.
"Hah, nggak kok. Itu tadi cuma mau buka pintu eh ... e-elo dateng," gurau Azna.
"Masa sih, terus siapa yang lo maksud calon suami?" Zaki memandang Azna dengan tatapan mengintimidasi.
"Ah, calon suami. Itu ... hehehe, ya ... calon suami." Azna melangkah pergi meninggalkan Zaki yang masih berdiri tegak, ia mencoba mencerna pernyataan Azna yang sangat misterius-menurutnya-.
"Dijodohin maksudnya?" tanya Zaki, yang lebih tepat untuk dirinya sendiri.
*********
Azna duduk di sembarang tempat setelah menaruh tas gendong di bangku. Ia melirik teman di sebelahnya lalu mengulum senyum.
"Pagi Azura," sapa Azna.
Azura melirik sebelah bangku yang tak kosong seperti sebelumnya, kemudian kembali fokus ke arah tulisan yang berjejer rapi di kertas folionya. "Juga," balas Azura.
Azna menampilkan deretan gigi yang tersusun rapi, ia tersenyum dengan kelewatan.
"Apa?!" tanya Azura sarkatis.
"Nggak, cuma mau ngusilin," jawab Azna yang malah mendapat tabokan pada lengan tangan kanannya.
"Pergi lo!" teriak Azura.
Azna tertawa, ia berlari sambil melambaikan tangannya, tak lupa ia menjulurkan lidah sebagai ejekan.
"Azna pe'a!" seloroh Azura.
"Tapi Azna nggak peduli," kata Azna.
*******
Hening, kelas yang semula ramai kini hening, damai sekali rasanya jika guru melihat suasana kelas seperti ini. Sampai-sampai murid yang berlalu lalang mengira tidak ada penghuni di kelas XI MIPA 3. Iya, kelas Azna akan ulangan dadakan. Pastinya para murid khusyuk dalam belajar agar mendapat nilai paling baik diantara yang lain. Ulangan diadakan 1 jam lagi, tapi semua murid sudah membolak-balik buku menghafal rumus juga teori. Berbeda dengan Azna yang masih duduk memainkan handphone-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine (END)
Teen FictionShakira Azna Mutiara gadis ceroboh, heboh, cerewet, lebay, ceria, ralat, ceria hanya untuk menutupi kesedihannya. Pintar merupakan sebuah kelebihan bagi dirinya. Mungkin ia tidak senang dengan kepintaran yang ia miliki, bukan mungkin itu memang pas...